Penulis berdarah Irlandia, Sally Rooney, menolak tawaran perusahaan penerbit ‘Israel’ untuk menerjemahkan novel terbarunya ke dalam bahasa Ibrani. Hal itu menunjukkan sikapnya dalam konflik Palestina-Israel, lansir Al Jazeera, Selasa (12/10/2021).
Rooney, 31 tahun, mengatakan bahwa keputusannya menolak tawaran Modan untuk hak menerjemahkan, Beautiful World, Where Are You, di ambil untuk mendukung gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) rakyat Palestina.
BDS menyerukan boikot budaya, ekonomi dan akademik penuh terhadap ‘Israel’ karena penindasannya terhadap hak-hak Palestina.
“Untuk saat ini, saya memilih untuk tidak menjual hak terjemahan ini ke penerbit yang berbasis di ‘Israel’,” kata Rooney.
“Saya mengerti bahwa tidak semua orang akan setuju dengan keputusan saya, tetapi saya hanya merasa tidak tepat bagi saya dalam situasi saat ini untuk menerima kontrak baru dengan perusahaan ‘Israel’ yang tidak secara terbuka menjauhkan diri dari apartheid dan mendukung hak-hak rakyat Palestina yang ditetapkan PBB.”
Sally Rooney mengutip laporan kelompok HAM yang mengungkap “sistem dominasi rasial Israel dan segregasi terhadap Palestina” sebagai faktor pendorong dalam keputusannya.
Ia tidak keberatan bukunya di terjemahkan ke dalam bahasa Ibrani, namun itu harus sejalan dengan pedoman BDS.
“Hak terjemahan bahasa Ibrani untuk novel baru saya masih tersedia. Dan jika saya dapat menemukan cara untuk menjual hak ini yang sesuai dengan pedoman boikot institusional gerakan BDS, saya akan sangat senang dan bangga melakukannya,” jelasnya.
Dua novel yang ia tulis – Normal People dan Conversations with Friends – membuatnya “sangat bangga” karena di terjemahkan ke dalam bahasa Ibrani.
‘Tidak ada Bisnis seperti Biasa’
Gerakan pendukung Palestina menyambut baik langkah penulis Irlandia ini.
“Sudah sepantasnya tidak ada bisnis dengan negara dan institusi apartheid yang terlibat di dalamnya,” kata Kampanye Palestina untuk Boikot Akademik & Budaya Israel (PACBI) dalam unggahannya di Twitter.
Hil Aked, peneliti dan aktivis, menyebut langkah Rooney “tindakan solidaritas yang berprinsip”.
“Dia bergabung dengan sederet tokoh budaya yang semakin banyak untuk menunjukkan dukungna terhadap kebebasan, keadilan, dan kesetaraan Palestina,” ujarnya.
“Meskipun ‘Israel’ – dan banyak pemerintah lainnya – berusaha untuk menekan gerakan BDS, gerakan itu terus berkembang”.*