Malaikat yang kita ketahui namanya dari dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah sebagai berikut.
Jibril
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ مَن كَانَ عَدُوّاً لِّجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللّهِ مُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
“Katakanlah, ‘Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.’” (QS. Al-Baqarah: 97)
Allah Ta’ala berfirman,
إِن تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا وَإِن تَظَاهَرَا عَلَيْهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ مَوْلَاهُ وَجِبْرِيلُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمَلَائِكَةُ بَعْدَ ذَلِكَ ظَهِيرٌ
“Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan). Dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik. Dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.” (QS. At-Tahrim: 4)
Dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ القُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadan ketika malaikat Jibril ‘alaihissalam menemuinya. Dan Jibril ‘alaihissalam mendatanginya setiap malam di bulan Ramadan, di mana Jibril ‘alaihissalam mengajarkan Al-Qur’an. Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jauh lebih lembut daripada angin yang berhembus.” (HR. Bukhari no. 6)
Nama lain dari malaikat Jibril yang terdapat dalil dari Al-Qur’an adalah Ar-Ruuh, Ruhul Qudus, dan Ar-Ruuh Al-Amiin.
Allah Ta’ala berfirman,
فَاتَّخَذَتْ مِن دُونِهِمْ حِجَاباً فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَراً سَوِيّاً
“Maka dia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka, lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.” (QS. Maryam: 17)
Allah Ta’ala berfirman,
نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ
“Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril).” (QS. Asy-Syu’ara’: 193)
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِن رَّبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah, ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).’” (QS. An-Nahl: 102)
Malaikat Jibril ‘alaihissalam disebut dengan “ruh” karena malaikat Jibril bertugas membawa wahyu kepada para rasul dari kalangan manusia. Sedangkan wahyu adalah merupakan sumber hidupnya hati, sebagaimana roh adalah sebab hidupnya badan (manusia. (Lihat Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah, hal. 301 karya Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi rahimahullah)
Mikail
Allah Ta’ala berfirman,
مَن كَانَ عَدُوّاً لِّلّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللّهَ عَدُوٌّ لِّلْكَافِرِينَ
“Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril, dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 98)
Dari Samurah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي قَالاَ الَّذِي يُوقِدُ النَّارَ مَالِكٌ خَازِنُ النَّارِ، وَأَنَا جِبْرِيلُ وَهَذَا مِيكَائِيلُ
“Aku bermimpi pada suatu malam, ada dua laki-laki yang datang kepadaku. Keduanya berkata, ‘Malaikat yang menyalakan api adalah Malik sebagai penunggu neraka, sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mikail.’” (HR. Bukhari no. 3236)
Israfil
Dari Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf, beliau berkata, “Saya bertanya kepada ‘Aisyah Ummul mukminin, ‘Doa iftitah apakah yang dibaca Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika membuka salat malamnya?’
‘Aisyah menjawab, ‘Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat malam, beliau membaca doa iftitah sebagai berikut,
اللهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ، وَمِيكَائِيلَ، وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“ALLAHUMMA RABBA JABRAA`IIL WA MIIKAA`IIL WA ISRAAFIIL FAATHIRAS SAMAAWAATI WAL ARDLI ‘AALIMAL GHAIBI WASY SYAHAADAH ANTA TAHKUMU BAINA ‘IBAADIKA FIIMAA KAANUU FIIHI YAKHTALIFUUN IHDINII LIMA UKHTULIFA FIIHI MINAL HAQQI BIIDZNIKA INNAKA TAHDII MAN TASYAA`U ILAA SHIRAATHIN MUSTAQIIM”
(Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil, Maha Pencipta langit dan bumi, Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Engkaulah hakim di antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang mereka perselisihkan, tunjukilah aku jalan keluar yang benar dari perselisihan mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, bagi siapa yang Engkau kehendaki.)” (HR. Muslim no. 770)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Pembesar malaikat ada tiga, yaitu malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda …. “ (kemudian beliau rahimahullah menyebutkan hadis di atas)
Ibnul Qayyim rahimahullah melanjutkan, “Maka dalam hadis tersebut, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertawassul dengan dengan sifat rububiyyah yang bersifat umum dan bersifat khusus berkaitan dengan tiga malaikat tersebut, yang diberi tugas mengurusi kehidupan.
Malaikat Jibril diberi tugas membawa wahyu yang merupakan sumber hidupnya hati dan roh manusia. Mikail diberi tugas mengatur hujan yang merupakan sumber hidupnya bumi, tumbuhan, dan hewan. Sedangkan Israfil diberi tugas meniup terompet (sangkakala) yang dengannya hiduplah manusia setelah kematian mereka. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meminta kepada Allah Ta’ala dengan rububiyyah-Nya untuk memberikan petunjuk yang benar dari perkara yang diperselisihkan dengan seizin-Nya. Karena hal itu merupakan kehidupan yang bermanfaat.” (Ighatsatul Lahfan, 2: 829)
Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi rahimahullah mengatakan, “Pembesar malaikat ada tiga, yaitu malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil yang diberi tugas mengurusi kehidupan. Malaikat Jibril diberi tugas membawa wahyu yang hati dan roh manusia menjadi hidup dengan wahyu tersebut. Mikail diberi tugas mengatur hujan yang bumi menjadi hidup dengannya. Sedangkan Israfil diberi tugas meniup trompet (sangkakala) yang dengannya hiduplah manusia setelah kematian mereka.” (Syarh Ath-Thahawiyyah, hal. 300)
Malik, malaikat penjaga neraka
Allah Ta’ala berfirman,
وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُم مَّاكِثُونَ
“Mereka berseru, ‘Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja.’ Dia menjawab, ‘Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).’” (QS. Az-Zukhruf: 77)
Dari Samurah, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي قَالاَ الَّذِي يُوقِدُ النَّارَ مَالِكٌ خَازِنُ النَّارِ، وَأَنَا جِبْرِيلُ وَهَذَا مِيكَائِيلُ
‘Aku bermimpi pada suatu malam, ada dua laki-laki yang datang kepadaku. Keduanya berkata, ‘Malaikat yang menyalakan api adalah Malik sebagai penunggu neraka, sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mikail.’” (HR. Bukhari no. 3236)
Munkar dan Nakir
Dua malaikat ini adalah malaikat yang diberi tugas untuk menanyai manusia di dalam kubur. Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا قُبِرَ المَيِّتُ – أَوْ قَالَ: أَحَدُكُمْ – أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ، يُقَالُ لِأَحَدِهِمَا: الْمُنْكَرُ، وَلِلْآخَرِ: النَّكِيرُ
“Jika salah seorang dari kalian dimakamkan, maka akan datang kepadanya dua malaikat yang hitam dan biru. Salah satunya bernama Munkar, dan yang lainnya bernama Nakir.” (HR. Tirmidzi no. 1071, dinilai hasan oleh Al-Albani)
Malaikat Maut (Malakul Maut)
Allah berfirman,
قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ
“Katakanlah, ‘Malaikat maut yang diserahi tugas untuk mencabut nyawa kalian, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.’” (QS. As-Sajdah: 11)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menceritakan proses kematian hamba yang beriman. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,
ثُمَّ يَجِىءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِى إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ
“Kemudian datanglah Malaikat maut ‘alaihissalaam. Dia duduk di samping kepalanya, dan mengatakan, ‘Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan rida-Nya.’” (HR. Ahmad no. 18543 dan Abu Dawud no. 4753. Dinilai sahih oleh Syu’aib Al-Arnauth)
Harut dan Marut
Allah Ta’ala menurunkan malaikat Harut dan Marut sebagai ujian bagi manusia. Allah Ta’ala berfirman,
وَاتَّبَعُواْ مَا تَتْلُواْ الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَـكِنَّ الشَّيْاطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولاَ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setanlah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut. Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu jangnalah kamu kafir.” (QS. Al-Baqarah: 102)
Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah berkata, “Tidak ada dosa berkaitan dengan diturunkannya sihir kepada dua malaikat tersebut. Demikian juga tidak ada dosa berkaitan dengan pengajaran malaikat kepada manusia yang belajar dari mereka berdua. Hal ini karena pengajaran kepada manusia tersebut berdasarkan izin dari Allah Ta’ala untuk mengajarkannya, setelah mereka mengabarkan bahwa mereka berdua itu adalah fitnah (ujian), dan setelah mereka melarang dari (belajar) sihir, mengamalkan sihir, dan kekafiran. Dosa itu hanyalah bagi mereka yang belajar sihir dan mengamalkan sihir.” (Tafsir Ath-Thabari, 2: 423)
Nama-nama malaikat yang tidak ada dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah
Nama-nama di atas adalah nama-nama malaikat yang terdapat dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun nama selain itu, maka bisa jadi dalilnya lemah (dha’if) atau bahkan tidak ada asal usulnya.
Di antara nama yang tidak terdapat dalilnya dari hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah menyebut malaikat “Izrail”, sebagai nama untuk Malaikat Maut. Hal ini perlu mendapakan perhatian, karena banyaknya kaum muslimin yang menyebutkan nama malaikat “Izrail”.
Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah berkata dalam catatan beliau terhadap kitab Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah,
هذا هو اسمه في القرآن، وأما تسميته بـ “عزرائيل” كما هو الشائع بين الناس فلا أصل له، وإنما هو من الإسرائيليات
“Nama ini (Malaikat Maut) itulah nama yang ada di dalam Al-Qur’an. Sedangkan nama “Izrail”, yang terkenal di masyarakat, tidak ada dasarnya. Ini adalah nama yang bersumber dari berita israiliyat.” (Takhrij Al-‘Aqidah at-Thahawiyah)
Yang juga dianggap sebagai nama malaikat, padahal tidak ada dalilnya adalah malaikat “Raqib” dan “Atid”. Dua kata ini merupakan sifat malaikat, dan bukan nama untuk malaikat. Dua kata ini disebutkan dalam Al-Qur’an,
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 17-18)
Al-Baghawi rahimahullah berkata, “Raqib artinya penjaga (pengawas), sedangkan ‘Atid artinya selalu hadir di mana saja berada.” (Tafsir Al-Baghawi, 7: 359)
Meskipun kita tidak mengetahui nama malaikat tersebut, tetapi kita wajib beriman bahwa ada dua malaikat, satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri, yang bertugas mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia.
Demikian penjelasan ini, semoga bermanfaat.
[Selesai]
***
Penulis: M. Saifudin Hakim
Artikel: Muslim.or.id
Catatan kaki:
Disarikan dari kitab Haqiqatul Malaikat karya Ahmad bin Muhammad bin Ash-Shadiq An-Najar, hal. 45-49. Kutipan-kutipan dalam artikel di atas adalah melalui parantaraan kitab tersebut. Juga ditambahkan penjelasan dari kitab yang lain.
Sumber: https://muslim.or.id/70017-nama-malaikat-dari-alquran-dan-sunnah.html