Islam, melalui Al-Quran telah mendeklarasikan diri sebagai agama yang rahmatan lil ‘aalamin. Visi dan misi Islam sebagai gama rahmat bagi alam ditunjukkan Nabi Muhamad lewat tingkah dan laku beliau. Pun akhlak yang Nabi tonjolkan selaras dengan penyebaran rahmat (kasih sayang) kepada seluruh alam.
Deklarasi Islam sebagai rahmat bagi alam semesta bisa dirujuk pada Q.S al Anbiyā’/21:107). Hal ini berarti, Islam tempat bernaung pelbagai makhluk, baik manusia, hewan, tumbuhan. Pun tempat bernaun makhluk yang tak kasat mata (ghaib), seperti jin dan setan. Semuanya merasa aman, damai, sejahtera, di dalamnya.
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةً لِّلۡعَٰلَمِينَ
Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Jalaluddin al Mahalli dan Jalaluddin Suyuthi dalam kitab Tafsir al Jalalin, menjelaskan bahwa ayat menjelaskan posisi Islam sebagai agama rahmat bagi alam semesta. Ia menambahkan bahwa Muhammad diutus ke dunia, sebagai rahmat (bagi semesta alam) manusia dan jin melalui kerasulanmu.
Dari penjelasan di atas tertangkap jelas, kehadiran Islam yang dibawa Nabi Muhammad tidak hanya untuk manusia, tetapi juga makhluk yang tak kasat mata. Yang dalam Islam digolongkan sebagai makhluk ghaib.
Profesor Quraish Shihab dalam buku Islam yang Saya Anut; Dasar-dasar Islam, menjelaskan manusia tak dapat mengetahui secara pasti jenis makhluk ghaib. Akan tetapi yang biasa dikenal adalah jin dan malaikat. Itulah yang banyak pula dijelaskan dalam Al-Qur’an, hadis Nabi, pun berbagai kitab para ulama.
Kendatipun mereka makhluk ghaib, sebagai seorang penganut agama Islam yang mendeklarasikan diri sebagai agama rahmat, seorang muslim harus memiliki sopan santun pada makhluk ghaib. Terlebih pada malaikat Allah.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan ada malaikat yang bertugas menjaga manusia dari mara bahaya, demi mencapai ajal/tujuan yang Allah tetapkan. Ada juga malaikat yang melakukan tugas mendorong manusia untuk kepada kebaikan.
Nah salah satu cara sopan santun terhadap malaikat adalah merasa malu melakukan dosa. Pasalnya, ada malaikat yang bertugas mencatat dosa manusia, yakni malaikat Raqib dan Atid.
Sejatinya, para malaikat yang mencatat amal kebajikan dan dosa manusia berharap manusia senantiasa melakukan kebaikan. Misalnya, malaikat yang mencatat amal kebaikan, ketika manusia berniat melakukan kebaikan, maka itu langsung di catat. Pun sebaliknya, ketika ingin keburukan, maka jika sebatas niat tak akan dicatat, terkecuali sudah dilaksanakan.
Untuk itu, menurut Profesor Quraish Shihab sudah selayaknya manusia malu melakukan dosa, terlebih para malaikat yang senantiasa menemani manusia. Bahkan dalam salah satu riwayat, ada malaikat itu bila manusia yang dicatat amalnya telah wafat, maka akan mendoakan manusia yang telah wafat itu agar dosanya diampuni.
Pun seyogianya manusia bersangka baik pada malaikat, terutama yang mencatat amal kebaikan dan dosanya. Jangan ada sangkaan dari manusia, bahwa malaikat itu—terutama yang mencatat dosa—, mencari-cari dosa manusia. Pasalnya, malaikat maha suci dari sangkaan tersebut.
Pun terhadap jin, manusia juga harus memiliki etika dan sopan santun. Misalnya dalam sebuah riwayat dijelaskan manusia jangan membuang air kecil sembarangan. Pun ada etika lain yang harus dijaga antar sesama makhluk Tuhan.