Pakar tafsir Alquran yang juga pengisi kajian tafsir Masjid Istiqlal, KH. Amin Zaini membeberkan tafsir Alquran surat At Taubah dari kitab Shafwatut Tafasir karya syekh Muhammad Ali Ash Shabuni tentang bagaimana agar Muslim dapat menjaga pendengarannya serta agar terjauh dari fitnah orang-orang munafik yang selalu menghembuskan kabar-kabar bohong.
Allah SWT berfirman:
وَمِنْهُمُ الَّذِينَ يُؤْذُونَ النَّبِيَّ وَيَقُولُونَ هُوَ أُذُنٌ ۚ قُلْ أُذُنُ خَيْرٍ لَكُمْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَيُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِينَ وَرَحْمَةٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ ۚ وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ رَسُولَ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: “Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya”. Katakanlah: “Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu”. Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih. (Alquran surat At Taubah 61)
Kiai Amin Zaini menjelaskan sebagaimana menukil keterangan syekh Ash Shabuni bahwa ayat tersebut mengabarkan tentang orang-orang munafik pada masa lalu yang senang menyakiti nabi Muhammad ﷺ dengan menuding atau menuduh bahwa nabi Muhammad itu senang mendengar semua ucapan, kabar, atau informasi baik itu yang benar maupun yang salah, yang baik atau pun yang buruk. Maka Allah Subahanahu wa Ta’ala memerintahkan kapada nabi agar menegaskan bahwa Rasulullah itu hanya mendengarkan ucapan atau kata-kata yang baik saja. Artinya pendengaran Rasulullah ﷺ terjaga dari setiap keburukan. Seperti menguping percakapan orang lain, menerima hasud orang lain, atau mempercayai kabar bohong.
Kiai Amin Zaini menjelaskan bahwa orang yang beriman itu tidak mungkin mempercayai atau mengikuti perkataan yang buruk dari orang lain. Orang beriman juga tidak akan mengikuti kabar-kabar bohong yang datang padanya. Maka dari itu agar indra pendengaran menjadi maslahat agar menggunakan untuk mendengarkan kebaikan dan menjauhi setiap perkataan atau informasi yang buruk atau menyesatkan.
“Karena itu orang munafik itu sifatnya adalah mereka senang membuat berita hoaks, bohong. Mereka sebarkan kepada masyarakat sehingga menimbulkan keresahan. Lalu bagaimana mengefektifkan pendengaran ini? Mendengarlah kata-kata yang baik, mengikuti yang terbaik, artinya yang benar. Bukan yang hoaks,” kata kiai Zaini dalam kajian dzuhur di masjid Istiqlal Jakarta beberapa hari lalu.
Lebih lanjut kiai Zaini mengatakan orang-orang munafik senang bersumpah dengan menyebut nama Allah agar ucapannya dipercaya padahal terdapat kebohongan di dalamnya. Mereka berupaya meryakinkan orang-orang yang beriman akan suatu informasi yang sejatinya kabar hoaks, bahkan sampai bersumpah atas nama Allah.
يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَكُمْ لِيُرْضُوكُمْ وَاللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَقُّ أَنْ يُرْضُوهُ إِنْ كَانُوا مُؤْمِنِينَ
Mereka bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, padahal Allah dan Rasul-Nya itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang mukmin. (Alquran surat At Taubah 62).
Sejatinya orang-orang munafik yang senantiasa menyebarkan kabar bohong itu telah menentang Allah dan Rasul. Kelak orang-orang munafik yang senang menghembuskan kebohongan akan dimasukan dalan neraka. Sebagaimana firman Allah:
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّهُ مَنْ يُحَادِدِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَأَنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدًا فِيهَا ۚ ذَٰلِكَ الْخِزْيُ الْعَظِيمُ
Tidaklah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka jahannamlah baginya, kekal mereka di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar. (Alquran surat At Taubah 63).
“Jadi kalau kita perhatikan orang-orang munafik yang berdusta yang membuat, menyebarkan hoaks itu sangat berat azabnya. Makanya cek dulu jangan sembarangan fitnah dan sebagainya,” katanya.