Bagaimana hukum mendengarkan takbiran dari Youtube? Sebelum menjawab itu, saya ingin menyampaikan bahwa hari raya idul fitri atau lebaran merupakan hari yang sangat dinantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia, apalagi di Indonesia. Saat lebaran tiba, semesta kita dipenuhi oleh bacaan takbir baik dari rumah-rumah, masjid, mushola, jalan-jalan, pasar, dan lain sebagainya. Hal tersebut memang sesuai dengan semangat Alquran surat Al-Baqarah ayat 185 yang didalamnya terdapat perintah untuk memperbanyak takbir sesudah puasa Ramadhan selesai:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
wa litukabbirullāha ‘alā mā hadākum wa la’allakum tasykurụn
Artinya: “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Saat sekarang ini, jika seseorang ingin melakukan takbiran bersama tidak mesti harus berjumpa secara fisik, namun bisa juga dengan menggunakan media lain semacam radio, televisi, atau yang terbaru saat ini ialah dengan menonton youtube. Kita tentu sudah sangat memahami bahwasanya melakukan takbiran bersama di malam lebaran secara fisik hukumnya adalah sunah dari sisi melafalkan takbir-nya dan dari sisi silaturrahimnya. Lantas bagaimana dengan bertakbiran atau mendengarkan takbiran lewat youtube? Apakah juga berpahala?
Dalam persoalan takbiran di hari lebaran ini, Imam Syairazi dalam kitab al-Muhadzdzab menjelaskan:
التكبير سنة في العيدين لما روى نافع عن عبد الله أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يخرج في العيدين مع الفضل بن العباس وعبد الله بن العباس وعلي وجعفر والحسن والحسين وأسامة بن زيد وزيد بن حارثة وأيمن بن أم أيمن رضي الله عنهم رافعاً صوته بالتكبير فيأخذ طريق الحدادين حتى يأتي
Artinya: “Takbir hukumnya sunnah dalam dua id sebagaimana riwayat Nafi’ dari Abdullah bahwasanya Rasulullah Saw. keluar untuk menuju salat id bersama Fadhl ibn Abbas, Abdullah ibn Abbas, Ali, Ja’far, Hasan, Husein, Usamah ibn Zaid, Zaid ibn Haritsah, dan Aiman ibn Ummu Aiman Ra. Nabi mengeraskan bacaan takbir tersebut, melewati jalan Hadadain hingga sampai di tempat pelaksanaan salat id.”
Penjelasan diatas memberikan pengertian kepada kita bahwa Nabi membaca takbir lebaran bersama-sama dengan sahabat-sahabat beliau dalam perjalanan menuju ke tempat salat id dengan mengeraskan suara. Alasan mengapa harus mengeraskan suara dijelaskan dalam lanjutan keterangan kitab Al-Muhadzdzab:
ويستحب رفع الصوت بالتكبير لما روي أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يخرج في العيدين رافعاً صوته بالتهليل والتكبير لأنه إذا رفع صوته سمع من لم يكبر فيكبر
Artinya: “Disunnahkan mengeraskan suara saat bertakbir sebagaimana riwayat bahwasanya Nabi Saw. keluar untuk menuju salat id mengeraskan suara beliau saat membaca tahlil dan takbir, karena jika bacaan takbir dikeraskan, maka orang yang tidak bertakbir akan mendengarnya sehingga ia tertarik untuk takbiran juga”.
Berarti dengan demikian, yang disunnahkan saat lebaran ialah membaca takbir, bukan hanya mendengarkannya saja. Meskipun demikian, apabila dengan mendengarkan takbiran itu akan menggerakkan kita untuk membaca takbir, maka hal tersebut dianggap sebagai media menuju kesunnahan.
Maka bagi seseorang yang mendengarkan takbiran lewat youtube, ia tetap masih mendapatkan pahala apabila dengan mendengarkan takbiran tersebut bisa menjadi media baginya untuk melafalkan takbir dengan suara yang lantang memuji kebesaran Allah.
Wallahu a’lam bi shawab.