Dengan nama Allah Yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang.
Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Selawat dan salam serta keberkahan semoga tercurah kepada hamba dan utusan-Nya, yaitu Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada keluarganya, para sahabat, dan pengikut setia beliau. Amma ba’du.
Sesungguhnya di antara perkara paling agung yang seharusnya mendapatkan perhatian di zaman ini, wahai saudara-saudara sekalian, ialah hendaknya seorang insan beribadah kepada Allah Rabbnya Tabaraka Wa Ta’ala di atas bayyinah (bukti). Allah Ta’ala berfirman,
أَفَمَن كَانَ عَلَىٰ بَیِّنَةࣲ مِّن رَّبِّهِۦ
“Apakah seorang yang berada di atas bayyinah/ bukti yang berasal dari Rabbnya …” (QS. Muhammad: 14)
Dan hendaknya dia berada di atas nur (cahaya). Allah Ta’ala berfirman,
أَوَمَن كَانَ مَیۡتࣰا فَأَحۡیَیۡنَـٰهُ وَجَعَلۡنَا لَهُۥ نُورࣰا یَمۡشِی بِهِۦ فِی ٱلنَّاسِ
“Apakah orang yang dahulunya mati (hatinya) lalu Kami hidupkan dia (dengan iman) dan Kami jadikan untuknya cahaya sehingga dia bisa berjalan di tengah manusia…” (QS. Al-An’am: 122)
Demikian pula, hendaknya dia beragama di atas bashirah (hujjah yang nyata). Allah Ta’ala berfirman,
قُلۡ هَـٰذِهِۦ سَبِیلِیۤ أَدۡعُوۤا۟ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِیرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِیۖ
“Katakanlah, ‘Inilah jalanku, aku menyeru menuju Allah di atas bashirah/hujjah yang nyata, inilah jalanku dan jalan orang-orang yang mengikutiku…’” (QS. Yusuf: 108)
Maka, al-bayyinah, nur, dan bashirah ini termasuk perkara yang dapat membantu insan dalam menjalani kehidupan ini agar tetap di atas jalan yang lurus, dan tegar di atasnya sampai mati.
Kebutuhan terhadap hal ini di masa sekarang ini, wahai saudara-saudara sekalian, yang mana banyak hal menjadi rancu/ tercampur aduk dan di masa ini juga terjadi keterasingan/ ghurbah dalam beragama, sebagaimana apa yang memang telah dikehendaki oleh Allah. Maka, hal ini termasuk perkara yang paling penting yang harus diperhatikan dan termasuk sebab paling utama untuk bisa tegar dalam beragama.
Makna-makna ini berporos pada beberapa poin penting;
Pertama: ilmu
Kedua: keyakinan
Ketiga: tsabat/ keteguhan
Seorang akan bisa berada di atas bayyinah, di atas nur, dan bashirah apabila dia memadukan ketiga poin di atas.
Pertama, hendaklah dia beragama dengan landasan ilmu. Yaitu dia beribadah kepada Allah dengan dasar ilmu. Tidaklah dia melakukan atau meninggalkan suatu hal yang berkaitan dengan keyakinan atau ibadah (amalan), melainkan benar-benar berada di atas pondasi ilmu yang orisinil bersumber dari kitabullah dan sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengikuti pemahaman para sahabat dan salafus shalih.
Yang kedua, hendaklah dia termasuk orang yang memiliki keyakinan yang kuat, dan ini termasuk perkara yang paling penting dimiliki di zaman ini. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ یَرۡتَابُوا۟
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu.” (QS. Al-Hujurat: 15)
Pada zaman ini faktor-faktor yang memalingkan dari keyakinan itu sangat banyak. Hal-hal yang mendatangkan keraguan juga merebak. Maka, seyogyanya menjadi suatu hal yang paling harus dikejar di masa ini adalah dengan anda meyakini dengan kuat perkara-perkara yang wajib diyakini. Ini termasuk pondasi bagi anda yang harus anda pegang teguh dalam hidup.
Yang ketiga, hendaklah anda tegar di atas kebenaran ini sampai mati, perkara ini/ urusan dunia ini dekat/ tidak jauh. Dan hidup ini (di dunia) hanya sebentar. Maksud perkara ini dekat, yaitu kita pasti akan meninggalkan dunia ini.
Maka, kami berpesan dengan sangat agar kita tetap tegar. Janganlah jadi orang yang terpedaya sebagaimana orang-orang lain telah terpedaya sehingga dia pun berpaling dari jalan yang benar dan meninggalkan petunjuk yang Allah berikan kepadanya.
Faktor-faktor yang membelokkan dari keteguhan di zaman ini sangat banyak dan hal-hal yang membuat lalai/ terlena itu lebih banyak lagi. Maka, perkara yang hendaknya kita selalu saling berwasiat dengannya wahai saudaraku yang tercinta adalah agar kita harus perhatian dalam hal ini. Yaitu agar kita selalu memperhatikan hal ilmu, perhatian dalam hal keyakinan, dan perhatian dalam hal keteguhan dalam beragama.
Adapun lawan dari ilmu adalah kebodohan. Lawan yang merusak keyakinan adalah berbagai macam syubhat. Faktor yang menggerogoti keteguhan adalah fitnah syahwat. Oleh sebab itu, hendaknya kita cerdik dan cermat menggunakan akal sehat untuk memahami keadaan diri anda sendiri maupun keadaan yang ada pada orang lain.
Dengan melihat banyaknya orang yang berguguran dari jalan yang lurus, maka hal ini menjadi faktor yang mendorong untuk seseorang itu semakin merasa khawatir. Dia merasa takut kalau-kalau dirinya jatuh dalam kesesatan sebagaimana orang lain yang telah jatuh di dalamnya. Hal ini juga semakin membuat dirinya semakin bersandar kepada Allah agar Allah selalu membimbing hatinya dan meneguhkannya.
Karena permasalahan ini sungguh besar dan bukan bersandar kepada daya dan kekuatan atau ilmu dan ijazah yang anda miliki, juga tidak bersandar kepada jabatan, dan kedudukan yang telah anda gapai. Tidak, demi Allah. Urusan ini tidak lain bertumpu semata-mata pada karunia dari Allah, Rabb alam semesta ini. Selain itu, maka hatinya juga semakin besar bergantung kepada Allah. Hendaknya dia bersikap jujur kepada Allah, maka bergembiralah dengan kebaikan yang telah Allah janjikan.
Allah berfirman,
فَأَمَّا مَنۡ أَعۡطَىٰ وَٱتَّقَىٰ وَصَدَّقَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ فَسَنُیَسِّرُهُۥ لِلۡیُسۡرَىٰ
“Adapun orang yang memberi dan bertakwa, serta membenarkan pahala yang terbaik, maka Kami akan mudahkan baginya kemudahan/ kebaikan.” (QS. Al-Lail: 1-7)
Apabila dia jujur kepada Allah niscaya Allah pun akan bersikap jujur kepadanya, artinya Allah akan membantu urusannya. Barangsiapa yang datang kepada Allah dengan berjalan kaki, maka Allah akan datang kepadanya dengan berjalan cepat.
Maka, kita meminta pertolongan kepada Allah, saling membantu dalam kebaikan dan saling menasihati dalam kebenaran. Barangsiapa yang memiliki suatu bentuk kebaikan, memiliki ilmu atau mendapati suatu kebenaran, berpegang dengan sunnah, maka hendaklah dia bersungguh-sungguh dalam menjelaskannya kepada manusia.
Hal ini perlu dilakukan dengan serius.
Di sisi lain, ada sebagian orang yang saleh/baik, tetapi menjauhi kenyataan ini. Ketika melihat pertempuran yang begitu dahsyat antara kebenaran dan kebatilan, antara kekafiran dan keimanan, antara sunnah dan bid’ah yang begitu sengit, maka dia pun hanya berdiam diri tidak melakukan apa-apa untuk memperbaiki keadaan. Maka, hal ini muncul dari kelemahan iman dan termasuk bentuk kedunguan yang seharusnya dijauhi oleh penimba ilmu dan orang yang telah Allah beri taufik kepadanya untuk berjalan di atas jalan ahlus sunnah wal jama’ah.
Berdakwah ilallah, saling menasihati dalam kebenaran. Ini termasuk perkara penting untuk selalu kita perhatikan di zaman ini. Apabila hal ini menjadi perkara penting di masa silam, maka demi Allah, hal ini di masa ini semakin penting dan lebih ditekankan.
Saya memohon kepada Allah untuk meneguhkan diri saya dan kalian di atas kebenaran ini dan semoga Allah mencurahkan taufik kepada kita untuk mengikuti kebenaran dan memberikan kemudahan bagi kita untuk beramal dengan apa-apa yang mendatangkan keridaan-Nya. Wallahu a’lam. Selawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita, Muhammad, kepada pengikutnya dan segenap para sahabatnya.
Disampaikan oleh Syekh Prof. Dr. Shalih Sindi hafizhahullah, guru besar ilmu akidah di Universitas Islam Madinah, saat berceramah Kuwait, 18 Muharrram 1444. Video ini diupload 17 Agustus 2022 di tautan berikut.
***
Penerjemah: Ari Wahyudi, S.Si
© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/77896-wasiat-penting-bagi-kaum-beriman-di-zaman-fitnah.html