Mengenal Shalawat Burdah dan Fadhilahnya

Mengenal Shalawat Burdah dan Fadhilahnya

Shalawat merupakan syair cinta Rasul, dan sudah jelas bahwa yang dibicarakan adalah sosok Rasulullah SAW, yang tidak asing lagi bagi kita semua. Beliau adalah Nabi terakhir sekaligus sulthan al-anbiya’ wa al-mursaliin. Kekaguman yang diungkapkan dalam kasidah burdah, merupakan apresiasi terhadap sosok Muhammad SAW, yang begitu besar pengaruhnya bagi umat manusia. Beliau adalah sebaik-baiknya ciptaan, manusia yang paling baik akhlaknya, berbudi pekerti halus, santun.

Kasidah burdah juga merupakan cermin perjalanan hidup Imam Bushiri sebagai seorang sufi (ahli tasawuf). Beliau penganut tarekat sadziliyah, yaitu tarekat yang didirikan oleh Syekh Abu Hasan asy-Syadzili. Allah SWT menganugrahi perasaan cinta kasih dan rindu kepada Rasul Nya ke dalam lubuk hati beliau, yang kemudian beliau ungkapkan lewat shalawat burdah. Dengan cintanya al-Bushiri kepada Rasulullah SAW, Allah SWT menunjukkan cinta Nya terhadap Rasulullah sebagai al-habib al-mushthafa (kekasih pilihan). Makna itulah yang hendak disampaikan oleh al-Bushiri dalam puisi-puisi cintanya. Selain itu di dalam cinta dan diri tersebar pandangan dunia dan kerohanian seorang penyair yang sebenarnya. Cinta dipandang penting dan dijadikan tumpuan oleh banyak penyair muslim khususnya oleh penulis-penulis sufistik, karena seperti yang dikatakan Rumi, “cinta adalah lautan tanpa tepi, cinta adalah alat penangkap rahasiarahasia ketuhanan”.

Di Indonesia sendiri burdah sudah sangat populer. Hal ini disebabkan burdah merupakan salah satu kitab-kitab maulid yang sering dibaca pada peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Sedangkan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, di Indonesia sudah menjadi tradisi bagi masyarakat pada umumnya. Diketahui bahwa tradisi peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, sudah ada di Indonesia sejak abad ke13 dan ke 16, pada awal perkembangan Islam di nusantara. Maulid burdah juga disebut shalawat, karena dalam pembacaannya wajib disahuti dengan bacaan shalawat. Islam mengategorikan shalawat sebagai salah satu ibadah sunnah yang diutamakan. Ada janji pahala yang sangat tinggi bagi orang-orang yang melakukannya. Firman Allah SWT: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab: 56)

Shalawat juga dapat dijadikan wasilah mendekatkan diri kepada Allah. yaitu jalan tercepat menuju whusul kepada Allah adalah memperbanyak istighfar dan membaca salawat kepada Nabi Muhammad SAW. Kaitannya dengan wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah, dalam dunia tasawuf dikenal dengan tarekat.

Ketika syair burdah dilantunkan, para jamaah larut dalam puisi madah Imam Bushiri ini. Seperti menghadirkan insan yang tersanjung itu, dengan penuh sikap hormat, cinta, rindu, dan pengharapan menyambut kedatangan kekasih yang ditunggu. Seorang yang tinggi derajatnya, mulia akhlaknya, lembut tutur katanya, penerang hati yang gelap, makhluk pilihan dan kekasih Tuhan seluruh alam. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian bahwa shalawat merupakan bentuk puji-pujian yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW.

Bentuk dan ragam shalawat beraneka macam salah satunya yakni shalawat burdah yang merupakan syair puji-pujian yang dikarang oleh seorangpenyair bernama Abu Abdillah Syarafudin Abi Abdillah Muhammad bin Khamad ad-Dhalashi ash-Shanja asy-Syadzili al-Bushiri yang kemudian di kenal sebagai Imam Bushiri yang paling fenomenal di antara karya-karya yang lain, dan juga karena kasidah tersebut merupakan salah satu karya sastra yang paling populer dalam khazanah sastra Islam.

Pengertian Shalawat Burdah

Burdah adalah syair puji-pujian (madaih) terhadap Rasulullah SAW yang ditulis oleh Imam Bushiri, sebagai ungkapan rasa rindu dan cinta yang dalam terhadap Nabi Muhammad SAW dengan segala implikasinya. Berdasarkan pendapat yang lain, kata burdah sebenarnya memiliki arti berupa mantel dari wol yang dapat dipakai sebagai jubah diwaktu siang dan dipakai sebagai selimut di malam hari. Shalawat Burdah merupakan syair puji-pujian yang ditujukan untuk Nabi Muhammad SAW, yang ditulis oleh seorang penyair bernama Abu Abdillah Syarafudin Abi Abdillah Muhammad bin Khammad ad-Dalashi ash Sanhaji asy-Syadzili Al Bushiri yang kemudian terkenal sebagai Imam Bushiri.

Mengapa shalawat ini dinamakan sebagai shalawat burdah? Berdasarkan cerita Bushiri sendiri konon ketika ia sedang menderita kelumpuhan akibat penyakit yang bernama angin merah, dalam mimpinya ia bertemu dengan Rasulullah SAW dan kemudian Rasul memberikan mantel (burdah) itu kepadanya. Yakni mantel yang sama seperti yang diberikan Kaab, ia terkejut dan melompat dari tidurnya sehingga lumpuhnya tak terasa lagi. Begitu bangun ia merasa terharu sekali lalu menulis syair-syair yang dikenal dengan judul al-kawakib ad durriyah (bintang-bintang gemerlapan).

Syair tersebut berisi puji-pujian terhadap Nabi. Dan karena ada hubungannya dengan mantel yang diberikan oleh Nabi, maka kemudian syair-syair tersebut dikenal dengan nama al-burdah. Burdah terdiri dari 160 bait, yang berisi nasehat dan peringatan. upamanya soal angkara nafsu, pujian kepada Nabi, keagungan Al-Quran, Isra Miraj, jihad prajurit Nabi Muhammad SAW, doa-doa (munajat-munajat) serta shalawat kepada Nabi, keluarga, para sahabat.

Biografi Pengarang Shalawat Burdah

Imam Bushiri juga disebut-sebut berdarah Maroko dari marga Bani Habnun. Ibunya berasal dari Bushir, sedangkan nenek moyangnya dari garis ayah tinggal di Dalash. Oleh karena itu, kadang ia di sebut Al-Bushiri, kadang Ad-Dalashi, kadang Ad-Dalashiri gabungan dari Dalashi dan Bushiri. Awal studinya dimulai dengan menghafal Al-Quran, lalu ke Kairo bergabung dengan para pelajar yang menuntut ilmu di Masjid Syekh Abd AzZahir. di situ Al-Bushiri belajar berbagai macam ilmu agama, juga ilmu bahasa dan sastra. Kairo merupakan kota yang menjadi tempat tinggal Bushiri dalam masa yang panjang dalam hidupnya. Pada tahun 1250 M, di saat berusia sekitar 40 tahun, Imam Bushiri mulai mempelajari dan menekuni ilmu-ilmu tasawuf. Jalur yang dia pilih adalah tasawuf melalui amalan-amalan dan tarekat syadziliyyah. Sebuah tarekat rintisan seorang sufi kebangsaan Tunisia yang bernama Abu Al-Hasan Asy-Syadzili. Tarekat ini ia tekuni di bawah bimbingan Abu Al-Abbas Al-Mursi, salah seorang murid senior Asy- Syadzili. Ternyata pada tahapan kehidupan selanjutnya, ajaran tasawuf yang ditekuninya itu berpengaruh cukup besar terhadap pola pemikiran dan orientasi karya sastranya.

Imam Bushiri merupakan penyair yang sangat produktif. Banyak karya sastra terutama syair yang telah digubahnya. Selain produktif dia juga sangat mumpuni kemampuan sastranya, terbukti syair gubahannya diakui memiliki nilai sastra yang sangat tinggi. Burdah merupakan karya yang paling fenomenal dari Imam Bushiri, dibanding karya-karyanya yang lain. Sejak awal syair burdah sudah mendapatkanperhatian yang besar dari masyarakat luas. Baik kalangan awam maupun budayawan.

Di kawasan Eropa pun tidak kurang dari enam edisi terjemahan shalawat burdah telah diterbitkan. Antara lain, Uri (1861) seorang sastrawan asal Belanda, orang pertama yang menerjemahkan syair-syair burdah ke dalam bahasa Latin dengan judul Carmen Mysticum Borda Dictum. Terjemahan ini dicetak berulang-ulang dan tersebar luas terutama di Leiden Belanda. Di Jerman, setidaknya ada dua edisi terjemahan yang diterbitkan. Yang pertama diterjemahkan oleh Von Rosenweg (1824) dengan judul Funkelnde Vandelsterne Zum Iobe Des Geschopfe, sementara yang kedua oleh Redhouse (1881) dengan judul The Burda, sementara di Italia, ada satu edisi yang berhasil ditemukan yaitu terjemahan Gabrielli (1901) dengan judul Al-Burdatain.

Setelah mengarungi kehidupan selama sekitar 82 tahun, pada penghujung abad ke 13 M, tepatnya pada 1295, Imam Bushiri menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang di Iskandaria. Konon jenazahnya dikebumikan di dekat bukit Al-Mughatham berdekatan dengan makam Muhammad Ibn Idris Asy-Safii tokoh sentral Mazhab Syafi’i.

Isi Kandungan Shalawat Burdah

Bait-bait shalawat burdah terdiri dari sepuluh tema pokok pembicaraan, yaitu, (1) Prolog cinta sang kekasih, berjumlah12 bait (2) Peringatan akan bahaya menuruti hawa nafsu, sebanyak 16 bait (3) Pepujian, sebanyak 30 bait (4) Kisah kelahiran, sebanyak 13 bait (5) Mukjizat, sebanyak16 bait (6) Al-Quran, sebanyak 17 bait (7) Isra Miraj, sebanyak 13 bait (8) Jihad, sebanyak 12 bait (9) penutup dan permohonan ampun, sebanyak 12 bait dan ada yang berpendapat sebanyak 19 bait.

Fadhilah Shalawat Burdah

Burdah artinya mantel dan juga dikenal sebagai bur’ah yang berarti shifa (kesembuhan). Imam Bushiri adalah seorang penyair yang suka memuji-muji raja-raja untuk mendapatkan uang. Kemudian beliau tertimpa sakit faalij (setengah lumpuh) yang tak kunjung sembuh setelah berobat ke tabib manapun, tak lama kemudian beliau bermimpi bertemu Rasulullah SAW yang memerintahkan untuk menyusun syair yang memuji Rasulullah. Maka beliau mengarang syair burdah dalam 10 pasal. Pada tahun 6-7 H, seusai menyusun syair burdah, beliau kembali bermimpi bertemu Rasullulah SAW yang menyelimutinya dengan burdah (mantel). Ketika bangun, sembuhlah beliau dari penyakit lumpuh yang dideritanya.

Qosidah burdah ini tersebar di seluruh penjuru bumi dari timur hingga barat. Bahkan disyarahkan oleh sekitar 20 ulama, diantaranya yang terkenal adalah Imam Syabukhiti dan Imam Baijuri. Habib Husein bin Mohammad Al-habsiy (saudara Habib Ali Alhabsyi Sohibul Maulid Simtud Duror) biasa memimpin Dalail Khoiroot di Mekkah. Kemudian beliau mimpi bertemu Rasulullah SAW yang memerintahkannya untuk membaca burdah di majelis tersebut. Dalam mimpi tersebut, Rasulullah SAW bersabda bahwa membaca burdah sekali lebih afdol dari pada membaca dalail khoiroot 70 kali. Ketika Hadramaut tertimpa paceklik hingga banyak binatang buas berkeliaran di jalan, Habib Abdurrahman Al Masyhur memerintahkan setiap rumah untuk membaca burdah sehingga rumah-rumah mereka aman dari gangguan binatang buas.

Imam Bushiri mengatakan bahwa burdah ini sangat mujarab untuk mengabulkan hajat-hajat kita dengan izin Allah SWT. Namun terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi. yaitu istiqomah, mengulangi bait “maula ya solli wa sallim” berwudhu, menghadap kiblat, memahami makna bait-bait, dibaca dengan himmah yang besar, beradab, memakai wewangian.

ISLAM KAFFAH