Manusia adalah makhluk sosial, yang kehidupannya tidak lepas dari berinteraksi dengan orang lain, dimana antara satu orang dengan orang lain saling membutuhkan, baik dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan maupun papan. Sebagai seorang makhluk sosial maka sepantasnyalah ia bisa menempatkan dirinya ditengah masyarakat sebagai orang yang bisa bermanfaat bagi sesama, termasuk dalam masalah pergaulan.
Dalam pergaulan sehari-hari tentunya kita akan sering berinteraksi dengan teman-teman dekat, baik teman di lingkungan rumah, kantor maupun teman dalam organisasi. Cara memilih teman yang baik dalam Islam bukanlah suatu perkara mudah dan ringan. Islam memerintahkan kita untuk memilih siapa yang menjadi teman kita. Rasulullah bersabda:
المرء على دين خليله فلينظر احدكم من يخالل
“Seseorang itu berada pada agama teman karibnya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapakah yang dia jadikan teman karibnya”. (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ahmad).
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Al-Imam Qatadah berkata: “Demi Allah. Kami tidaklah melihat seseorang berteman kecuali dengan yang setipe dan sejenis (satu sama sifatnya). Maka hendaknya kalian berteman dengan hamba-hamba Allah yang shalih agar kalian bersama mereka atau seperti mereka.”
Ditanyakan kepada Sufyan, “Kepada siapa kami bermajelis?” Beliau menjawab, “Seseorang yang jika engkau melihatnya engkau ingat Allah Subhanahu wa Ta’ala, amalannya mendorong kalian kepada akhirat, dan ucapannya menambah ilmu kalian.” (Lihat Min Hadyis Salaf hal. 54-55)
Ibnu Hibban berkata, “Seorang yang berakal tidak akan bersahabat dengan orang-orang jahat.”
Beliau juga berkata: “Empat hal yang termasuk kebahagiaan seseorang: Istri yang senantiasa taat kepadanya, anak-anak yang shalih, teman-teman yang baik, dan rezekinya di negerinya.” (Lihat Ni’matul Ukhuwah hal. 22).
Cara Memilih Teman Yang Baik Dalam Islam
Seorang muslim haruslah mengetahui bahwa tidak semua orang layak dijadikan teman karib. Karena itu, orang yang dijadikan teman karib harus memiliki sifat-sifat yang menunjang persahabatan, berikut beberapa point penting tentang cara memilih teman yang baik dalam Islam:
1. Beraqidah lurus dan bermanhaj Ahlu Sunnah wal Jama’ah
2. Orang yang berakal dan tidak rakus dunia
3. Baik akhlaq dan perangainya
4. Bukan ahli bid’ah dan maksiat
5. Taat beribadah dan giat amal shalih
6. Banyak ilmu dan mau berbagi ilmu serta mengamalkan ilmunya
7. Mendukung syari’at Allah tegak di muka bumi dalam naungan sebuah negara dan kekhalifahan.
Nah itulah point-point penting tentang cara memilih teman yang baik dalam Islam, jika sifat – sifat yang kami sebutkan di atas ada pada teman-teman anda, Insyaa Alloh mereka akan menjadi syurga di dunia dan diakhirat kelak, namun jika sebaliknya, maka ia akan bisa menjadi sarana yang dapat menghancurkan kehidupanmu di dunia ini bahkan di akherat kelak.