Orang yang tidak bisa mengisi waktu dengan amal saleh termasuk orang yang merugi.
Waktu terus berjalan dan berubah. Hari ini tidak sama dengan kemarin. Besok juga tak akan sama dengan hari ini. Meskipun hari dan bulan sama, tapi situasinya akan berbeda.
Meskipun juga setiap hari selalu ada pagi, siang, sore, malam, lalu pagi lagi, tentu saja kondisinya berbeda. Demikianlah Allah mempergulirkan waktu. Allah SWT berfirman, “Dan, hari-hari itu pun Kami pergulirkan di antara manusia.” (QS Ali ‘Imran [3]: 140).
Berkaitan dengan perubahan waktu di kehidupan kita, ada dua hal yang mesti kita lakukan sebagai orang beriman. Pertama, melihat perubahan itu sebagai salah satu ayat atau tanda dari Allah untuk kita pikirkan dan renungkan, sehingga dari proses ini lahir ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan membawa maslahat bagi umat manusia.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (QS Ali ‘Imran [3]: 190).
Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim menyebutkan, Syaikh Abu Sulaiman ad-Darani mengatakan, “Sesungguhnya bila aku keluar dari rumahku, tiada sesuatu pun yang terlihat oleh mataku melainkan aku melihat bahwa Allah telah memberikan suatu nikmat kepadaku padanya, dan bagiku di dalamnya terkandung pelajaran.” Sementara itu, Sufyan bin Uyainah mengatakan, “Pikiran merupakan cahaya yang memasuki hatimu.”
Kedua, perubahan itu menjadi kesempatan kita untuk mengisinya dengan amal-amal saleh dan ibadah, wujud nyata posisi kita sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. Perubahan itu mesti menjadikan orang beriman terus berkembang menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, tak hanya di mata sesama, tetapi juga di mata Allah.
Dengan kata lain, perubahan itu membuat kualitas diri kita terus naik. Dalam hadis disebutkan, seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang terbaik?”
Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya.” (HR at-Tirmidzi).
Allah SWT menyebut bahwa orang yang tidak bisa mengisi waktu dengan amal saleh termasuk orang yang merugi. Tak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. “Demi masa, sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta mereka yang saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran.” (QS al-‘Ashr [103]: 1-3).
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab al-Jawab al-Kafi memberikan nasihat, “Waktu manusia adalah umur yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi, penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan azab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung). Barang siapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya.”
Allah SWT sudah menetapkan perguliran waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, untuk manusia isi dengan amal-amal saleh dan hal-hal yang bermanfaat. Orang beriman tentu saja tak akan melewatkannya dengan hal yang sia-sia atau tak berguna.
Wallahu a’lam.
OLEH NUR FARIDAH