Taki Takazawa, Berandalan Penuh Tato yang Kini Jadi Imam Masjid Jepang

Taki Takazawa, Berandalan Penuh Tato yang Kini Jadi Imam Masjid Jepang

Seorang lelaki tua berbaju serba putih berjalan di sebuah jalan distrik Shibuya, Jepang. Terasa aneh melihat orang tua asing berjanggut itu membagikan pamflet di jalanan Negeri Sakura.

Dia lantas bertemu seorang pria Jepang, yang tampak lebih muda, berwajah garang. Tidak hanya itu, badan pria Jepang penuh dengan tato.

Tak terpengaruh penampilan, pria tua tetap menyerahkan sehelai pamflet kepada pria Jepang itu. Di sana tertulis, sebuah kalimat yang ternyata adalah syahadat, pengakuan atas keesaan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW sebagai utusannya.

Walau sudah membacanya berulang kali, kalimat itu tetap tidak ia pahami. Kebanyakan penduduk Jepang, yang mayoritas menganut aliran kepercayaan Shinto, juga akan merasakan hal yang sama.

Momen tersebut merupakan momen yang akan selalu dikenang Syekh Abdullah Taki Takazawa, sang pria Jepang penuh tato. Itu pertama kalinya Syekh Abdullah Taki bertemu Islam, melalui pamflet yang diberikan seorang pria tua yang ternyata adalah Syekh Niamatullah, seorang imam di Masjid Nabawi.

Dulu dia berjalan penuh bangga dengan gaya rambut dan lengan pendek yang sengaja dipakainya demi memamerkan tato. Islam telah mengubahnya. Gaya rambut stylish kini sudah lama hilang, tertutupi oleh surban.

Meski badannya masih penuh dengan tato, namun tak lagi ia pamerkan. Semua tertutup jubah lengan panjang.

Suka Tato dan Rumor Mantan Yakuza

Taki Takazawa lahir dan besar di keluarga khas Jepang. Pendidikan terakhir ia tempuh hingga SMP. Sempat dia masuk SMA, tetapi akhirnya hanya bertahan satu tahun.

Kesukaannya pada seni tato dimulai sesudah dia keluar dari SMA.

“Saya hanya satu tahun di SMA, tidak lulus. Lalu sekitar tahun 1992 saya mulai menekuni sendiri cara mentato orang,” ujarnya dikutip telisik.id.

Ia mengaku mempelajari cara mentato secara otodidak, tanpa bimbingan siapapun.

“Semua saya pelajari sendiri, tidak pernah belajar dari orang lain. Mungkin inilah karakter saya ya.”

Selama 20 tahun, dia berjibaku dalam dunia tato. Selama itu pula, Taki memenuhi badannya sendiri dengan tato.

Penampilannya sempat menimbulkan rumor bahwa dia merupakan mantan anggota mafia Jepang, Yakuza. Namun, hal itu dibantahnya. Biarpun sejak kecil memang anak nakal, dia mengaku tidak pernah menjadi anggota Yakuza.

“Saya bukan Yakuza dan tak pernah jadi Yakuza. Dulu saat kecil memang saya anak berandalan, nakal seperti anak lainnya.

Namun, saya tidak pernah masuk atau jadi anggota Yakuza dan tidak juga sekarang,”

Ujarnya dalam sebuah wawancara media online.

Masuk Islam dan Jadi Mualaf

Pertemuannya dengan imam Masjid Nabawi yang sedang berdakwah ternyata sangat melekat di ingatan Taki Takazawa. Ia terus mencari tahu makna di balik pesan syahadat yang diterimanya.

Dia pun mempelajari berbagai agama sebelum akhirnya memutuskan masuk Islam pada tahun 2006 dan mengganti namanya dengan Abdullah yang berarti Hamba Allah SWT.

Dua tahun sesudah ia masuk Islam dan menjadi mualaf, Abdullah Taki Takazawa kembali bertemu pria tua serba putih yang memberinya pamflet dan mengubah hidupnya.

“Ternyata dia adalah salah seorang Imam di Masjid Nabawi, Kota Madinah, Arab Saudi. Saya sangat bersyukur bisa bertemu dengannya,” kata Takazawa.

Imam Masjid Nabawi itu kemudian memintanya untuk melaksanakan ibadah haji dan belajar agama di kota suci Makkah selama beberapa bulan.

Pada tahun 2008, ia pun dapat melaksanakan ibadah haji ke Makkah atas undangan pemerintah Arab Saudi.

Sepulangnya dari Arab Saudi, mantan tatto artist atau pembuat tato itu diberi kepercayaan masyarakat untuk mengimami salah satu masjid besar wilayah Kabukicho, Tokyo.

Saat ini, Syekh Abdullah Taki Takazawa dikenal sebagai salah satu dari imam besar masjid Jepang.

Muslim yang Tertidur

Sebuah jawaban indah pernah disampaikan Syekh Abdullah Taki bagaimana rasanya menjadi mualaf dan masuk Islam.

Ia menjawab;

“Seperti yang saya katakan, saat saya lahir saya sudah menjadi seorang Muslim. Saya sekarang berusia 39 tahun. Selama 35 tahun saya Muslim yang tertidur dan kemudian empat tahun lalu saya bangun.

Saya ingin bertanya ketika Anda bangun di pagi hari apa yang membuat Anda bangun. Saya resmi masuk Islam empat tahun lalu (2006).

Ini adalah proses bertahap; sesuatu terjadi, saya menjadi Muslim. Tentu saja, empat tahun lalu, bukan seseorang yang memaksa saya untuk bangun; bukan karena saya menggunakan jam alarm saya. Rasanya sangat menyenangkan bisa bangun.”

Apa yang dikatakan Syekh Abdullah Taki Takazawa benar bahwa kita semua adalah Muslim dan ini disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW;

“Semua bayi lahir dalam keadaan fitrah (Muslim). Orang tuanyalah yang menjadikan mereka Majusi, Yahudi & Nasrani”
[Sahih Muslim]

Berapa banyak dari kita yang masih tidur? Kapan kita harus benar-benar bangun untuk menyampaikan dakwah Islam atau belajar tentang Islam jika kita masih Belum Muslim?

Kisahnya sendiri adalah pengingat bagi kita untuk melakukan yang terbaik dan biarkan Allah melakukan sisanya. Jangan mengucilkan siapapun adalah dakwah kita. Dakwah merupakan kewajiban setiap muslim.

Tugas kita hanya berbagi kebenaran dengan mereka dan mengajak mereka kembali ke Islam. Nabi Muhammad s.a.w tidak bisa memberikan hidayah kepada setiap orang yang dicintainya meskipun dia menginginkannya karena Allah-lah yang membimbing;

HIDAYATULLAH