Perwakilan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Hagi Yulia Sugeha mengatakan perilaku hewan laut tergolong mengalami perubahan saat terjadi gerhana matahari total (GMT), termasuk pula lumba-lumba yang berada di penangkaran Osean Dream Samudra, Ancol. Hewan mamalia itu pun memberikan reaksinya atas peristiwa gerhana pagi tadi, (9/3) di Jakarta.
Hagi menyebut perairan Indonesia sangat terkenal dengan keragaman hewan-hewan laut, terutama lumba-lumba jenis hidung botol. Meski ia mengatakan pengamatan lebih baik dilakukan di alam bebas, namun kendala biaya masih menghantui. Sehingga ia merasa pengamatan lumba-lumba yang ada di penangkaran pun bisa dilakukan.
“Hewan miliki insting, ada suatu yang salah (saat gerhana). Sudah pagi kok tapi kenapa gelap lagi. Ada yang senang, ada juga yang takut. Anaknya (lumba-lumba) lari-lari ke indung nggak, tapi di sininggak ada anaknya,” ujarnya kepada wartawan.
Ahli biodiversitas dan konservasi sumber daya laut tersebut menyebut tingkat laku khas lumba-lumba yang biasanya diamati yaitu berkelompok, bernafas dengan semburan udara, bersiul, bergulung-gulung dan melompat-lompat. Menurutnnya aktifitas sepert itu paling mudah dilihat dari lumba-lumba
“Aktivitas bernapas sering dilakukan, tapi saat GMT tidak sering. Frekuensi tidak seperti normal. Selain itu juga malu-malu (pada pengunjung kolam lumba-lumba). Setelah selesai (GMT) mereka napas seperti biasa lagi,” ujarnya.