Ada sejumlah hal penyebutan Ka’bah.
Alquran Surat Al Maidah ayat 97 menyebutkan:
جَعَلَ ٱللَّهُ ٱلْكَعْبَةَ ٱلْبَيْتَ ٱلْحَرَامَ قِيَٰمًا لِّلنَّاسِ وَٱلشَّهْرَ ٱلْحَرَامَ وَٱلْهَدْىَ وَٱلْقَلَٰٓئِدَ ۚ ذَٰلِكَ لِتَعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ وَأَنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
Ja’alallāhul-ka’batal-baital-ḥarāma qiyāmal lin-nāsi wasy-syahral-ḥarāma wal-hadya wal-qalā`id, żālika lita’lamū annallāha ya’lamu mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍi wa annallāha bikulli syai`in ‘alīm
Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian pula) bulan Haram, had-ya, qalaid. (Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
DR Muhammad Ilyas, penulis buku Sejarah Mekah, yang mengutip kitab Al-Qamus al Muhith, “Ka’aba: Al Nihayah li Ibn Al-Atsir, dinamakan dengan ‘Ka’bah’ karena beberapa sebab:
a. Bentuknya yang persegi empat, di mana pada umumnya orang Arab menyebut setiap rumah berbentuk persegi empat dengan Ka’bah.
b. Karena ketinggiannya dari tanah.
c. Karena bangunannnya yang terpisah dari bangunan lainnya.