Hapus Tato dan Wakaf Al-Qur’an di Lapas Samarinda

Hapus Tato dan Wakaf Al-Qur’an di Lapas Samarinda

Bangsa Indonesia akan berpesta demokrasi pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang. Berbagai dinamika pun telah terjadi Ketika masa kampanye telah dimulai saat ini. Para kontestan Pemilu pun telah melakukan kampanye baik secara offline maupun  online.    

Menanggapi hal itu Wakil Wakil Ketua Umum MUI, KH Marsudi Syuhud berpesan agar umat sebagai masyarakat dapat memilah informasi dan tidak langsung percaya dengan apa yang diperoleh dari  media sosial.

“Kita harus mampu ‘aridh ‘anil jahilin (tidak pedulikan orang-orang bodoh). Sumber WhatsApp dan media sosial, jangan semuanya dijadikan dalil. WhatsApp dan media sosial harus ditabayyunkan terlebih dulu,” ujar Kiai Marsudi.

Pernyataan itu diucapkan Kiai Marsudi saat membuka Standardisasi Kompetensi Dai Angkatan 27 dan 28 yang diselenggarakan Komisi Dakwah MUI di Wisma Mandiri, , Jakarta, akhir pekan ini.

ia berharap agar pemilu yang akan datang berjalan dengan baik dan tidak terjadi persaingan yang tidak sehat dalam ajang kompetisi tersebut.

“Jadwal pemilu sebentar lagi, maka ayo kita bersama mengajak bangsa ini menjaga agar berjalan dengan baik. Jangan sampai persaingan tidak sehat terjadi sehingga ada gejolak di sana dan di sini,” imbuhnya.

Kiai Marsudi juga mengimbau umat untuk menggunakan hak suaranya dalam Pemilihan Umum pada 14 Februari 2024.

“Memilih pemimpin, memilih presiden, hukumnya wajib. Nanti jangan ada yang golput. Cari sesuai keyakinannya masing-masing. Saya tidak akan mempengaruhi hal ini. Saya atas nama MUI, MUI-nya secara kelembagaan netral, makhluknya terserah,” jelas Kiai Marsudi.

Kiai Marsudi mengajak untuk melaksanakan kompetisi yang sehat dalam pemilu. Kompetisi yang sehat itu akan tumbuh jika masyarakat sebagai aktor utama pemilu sadar. Kesadaran itu muncul dari peran dai yang hadir dalam Standardisasi ini.

“Pemilu itu kata lain dari membuat persaingan, antar partai bersaing, antar caleg bersaing. Terkadang kita sudah paham soal perbedaan pendapat, tapi persoalan persaingan inilah yang bisa mengakibatkan kita tercerai-berai. Jadi yang merusak organisasi, partai, dan sebagainya adalah persaingan yang tidak sehat,” katanya.

Pengasuh Pondok Pesantren Ekonomi Darul Uchwah Jakarta inimenyampaikan,  persaingan yang tidak sehat itu yang menjadi bibit konflik di tengah masyarakat. Keributan yang tidak perlu seringkali muncul karena persaingan seperti ini.

ISLAMKAFFAH