Inilah Sosok Saleh Al-Arouri, Wakil Pimpinan Hamas yang Syahid

Inilah Sosok Saleh Al-Arouri, Wakil Pimpinan Hamas yang Syahid

Wakil Biro Politik Hamas Syeikh Saleh Muhammad Suleiman Al-Arouri (Syeikh Al-Aruri), yang juga dikenal sebagai Abu Muhammad, gugur dalam serangan udara Israel di Beirut tengah pada malam hari Selasa, 2 Januari 2024.

Al-Arouri adalah tokoh pejuang yang memainkan peran penting dalam pembentukan Brigade Izuddin Al-Qassam, sayap militer Hamas di Tepi Barat.

Pengaruh Al-Arouri meluas ke arena diplomatik, di mana ia menjadi anggota tim perunding yang bertanggung jawab atas kesepakatan Wafa al-Ahrar, yang umumnya dikenal sebagai “Kesepakatan Gilad Shalit”.

Hanya sedikit orang mengetahui latar belakangnya. Siapa sesungguhnya Saleh Muhammad Suleiman Al-Arouri? Dan apa peran pentingnya dalam perjuangan pembebasan Palestina, khususnya di Hamas?

Barisan Intifadah

Saleh al-Arouri, lahir di desa Aroura dekat Ramallah pada tahun 1966, memegang gelar sarjana dalam hukum Islam dari Universitas Hebron. Sejak kecil ia diajarkan ayahnya aktif di masjid, melalui seorang imam masjid desa bernama Syeikh Saeed Maatan, yang berasal dari desa Burqa, timur Ramallah.

Bakat kepemimpinannya sejak awal ketika ia memimpin pekerjaan mahasiswa Islam di universitas pada tahun 1985, dan dengan pembentukan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) tahun 1987.

Ia bergabung dengan barisannya setelah Intifada Palestina pertama pada tahun 1987. Sempat ditahan tahun 1990 tanpa tuduhan dan akhirnya dibebaskan.

Aruri, yang dijuluki “Abu Muhammad” oleh gerakan tersebut, membantu mendirikan Brigade Izzuddin al-Qassam, di Tepi Barat antara tahun 1991 dan 1992, di mana ia ditangkap dan menjadi sasaran interogasi keras selama berbulan-bulan di Pusat Kompleks Rusia di Yerusalem (Baitul Maqdis) dan di Penjara Pusat Tulkarm, sebuah penjara yang tahanannya memiliki ingatan buruk tentang efek penyiksaan brutal.

Setelah beberapa sidang pengadilan, ia dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Ketika masa hukumannya habis, penjajah menangkapnya kembali dan kembali ditahan terus menerus sampai menghabiskan sekitar 18 tahun.

Selama puluhan tahun dia disekap di ruang bawah tanah, yang sebagian besar di sel isolasi tertutup membuatnya tidak bisa melihat matahari dan hanya diizinkan pergi ke kamar mandi sekali dalam sehari.

Metode Jarak Jauh

Ia ditahan sejak tahun 1990 hingga 2007.  Bahkan kebanyak ditempatkan di sel isolasi tertutup.

Meski diisolasi di sel tertutup, ia tetap berhasil membangun jaringan untuk membebaskan Palestina dan Masjid Al-Aqsha dali balik penjara bersama rekan-rekannya: Zaher Jabarin, Musa Dudin, Haroun Izzudin, Jihad Yaghmour, dan Abdul-Rahman Ghunaimat, yang kemudian akan bekerja dengannya di front Tepi Barat setelah dibebaskan.

Saat dibebaskan tahun 2010, ia dideportasi ke Suriah dan menetap di sana selama tiga tahun sebelum pindah ke Turki pada Februari 2012. Akhirnya, ia menemukan tempat tinggal baru di pinggiran selatan Lebanon.

Al-Arouri terpilih sebagai anggota biro politik Hamas pada 2010, dan pada 2017 dia terpilih mendampingi Ismail Haniyah. Sementara Yahya Sinwar dinyatakan terpilih kembali sebagai kepala gerakan Hamas Jalur Gaza, dan Khaled Misy’al terpilih sebagai presiden Hamas Wilayah Luar Negeri.

Pada tanggal 9 Oktober 2017, ia secara resmi diumumkan sebagai Wakil Presiden gerakan Hamas, memperkuat perannya sebagai tokoh terkemuka dalam kepemimpinan para pejuang pembebasan Palestina.

Arouri adalah orang penting dalam negosiasi menyelesaikan kesepakatan Wafa al-Ahrar, yang juga dikenal sebagai “Kesepakatan Shalit 2011”, di mana lebih dari seribu tahanan Palestina dibebaskan dan ditukar satu orang tentara Israel bernama Gilad Shalit.

Pada tahun 2014, pasukan penjajah mulai menghancurkan rumahnya di kampung halamannya di Arura. Didukung Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS)  menetapkan Hamas sebagai “Teroris Global yang Ditunjuk Khusus” tahun 2015, semua properti dan kepentingan Al-Arouri yang berada di bawah yurisdiksi AS diblokir, dan orang Amerika umumnya dilarang melakukan transaksi dengannya, di samping itu, Washington menunjuk Hamas sebagai “organisasi teroris asing.”

Tak hanya itu, Deplu AS pada hari Selasa (13/11/2018) memberikan hadiah sebesar $ 5 juta untuk informasi keberadaan Saleh al-Aruri. Kemudian dilanjutkan ancaman dari PM Israel Benjamin Netanyahu, yang mengatakan: “Dia (Arouri) tahu betul mengapa dia dan teman-temannya bersembunyi. Siapa pun yang mencoba menyakiti kami dan yang membiayai, mengatur dan mengirim terorisme terhadap Israel akan membayar harga penuh,” ancamnya.

Seruan pembunuhan padanya kembali muncul setelah banyak operasi perlawanan muncul di Tepi Barat yang menewaskan lebih dari 40 warga Israel tahun lalu dan melukai puluhan lainnya, korban tewas tertinggi sejak 2001.

Ancaman penjajah Israel ini adalah ekspresi nyata dari rasa sakit yang dirasakannya dari meningkatnya perlawanan di Tepi Barat dan ketidakmampuan untuk menghadapi atau menghentikannya.

Tahun ini, khususnya sejak agresi Israel di Gaza, operasi perlawanan makin intens di berbagai wilayah Tepi Barat, Yerusalem dan wilayah yang diduduki, bahkan di daerah-daerah yang diyakini penjajah sebagai daerah yang tenang, seperti; Yerikho dan Lembah Yordan, di tengah berita Al-Arouri mengoordinasikan operasi ini dari kediamannya di Beirut.

Pengganti Al-Arouri Lebih Hebat

Seorang pensiunan Jenderal Israel Eitan Dangot, mengatakan; “Al-Arouri adalah orang paling berbahaya dan penting di Hamas saat ini,” mengutip Surat Kabar Yedioth Ahronoth.

Brigadir Jenderal Ronen Manelis, Juru Bicara Pasukan Penjajah Israel (IDF) tahun 2017 – 2019 di saluran Israel “Kan” mengatakan,  keterlibatan Al-Arouri dalam beberapa bulan terakhir perlawanan, tampaknya sangat tinggi.

Menurutnya, ketiadaan Al-Arouri adalah kerugian besar, mungkin hanya di Tepi Barat, tetapi itu tidak akan menghentikan perlawanan di Tepi Barat. Karena perlawanan telah menyaksikan pembunuhan puluhan pemimpin selama bertahun-tahun, dan selalu melahirkan pemimpin baru yang melanjutkan pawai perjuangan, katanya.

Bahkan sebelum syahid, Al-Arouri sempat menanggapi banyak ancaman pembunuhan pihak Israel terhadap dirinya, seolah dirinya sudah terasa masa perjuanganya tinggal sedikit saja:

“Rentang hidup saya sudah berakhir,” katanya.

Karena itulah ia telah banyak mengirim “pesan panas” terkait dan perlawanan habis-habisan di beberapa front perjuangan.

Meski penjajah berhasil membunuh Al-Arouri, namun kepergiannya diyakini banyak pihak tidak begitu mencemaskan para para pejuang Palestina dan Hamas, bahkan pihak keluarganya sendiri.

Mereka yakin, kesyahidanya akan memunculkan para pemimpin pejuang yang lebih hebat.

“Ini adalah keinginannya yang beliau doakan setiap hari. Ketika beliau berdo’a, dia akan berkata; ‘Ya Allah, berilah aku kesyahidan,’ setiap hari,” ujar adik Syeikh Saleh Al-Arouri, Ummu Qutaibah saat diwawancari Al Jazeera Bahasa Arab.

“Saya mengucapkan selamat kepada diri saya sendiri dan rakyat Palestina atas kesyahidannya. Palestina memberi. Ketika mereka membunuh seorang pemimpin, maka akan muncul pemimpin yang lebih hebat, atas kehendak Allah, Insya Allah,” katanya yang yakin kemenangan Palestina akan segera tiba.

“Alhamdulullah, dia syahid sebagaimana rakyat Gaza,” ujar ibunya.*

HIDAYATULLAH