Berikut ini adalah amalan akhir bulan Rajab. Bulan Rajab merupakan satu dari empat ‘bulan yang dimuliakan’ (al-asyhur al-hurum) oleh Allah SWT. Telah masyhur diketahui bahwa keempat bulan yang dimuliakan tersebut meliputi Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram.
Dalam Q.S. At-Taubah [9] ayat 36, Allah SWT berfirman:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةًۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan mulia. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum Musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.’’ (QS At-Taubah: 36)
Untuk memperjelas makna ‘mulia’ yang disematkan pada keempat bulan tersebut di atas, dalam kitab Tafsir Ar-Razi juz 16 halaman 41, Al-Imam Fakhruddin Ar-Razi menjabarkan makna kemuliaan dalam empat bulan tersebut dengan ungkapan berikut:
وَمَعْنَى الْحُرُمِ: أَنَّ الْمَعْصِيَةَ فِيهَا أَشَدُّ عِقَابًا، وَالطَّاعَةَ فِيهَا أَكْثَرُ ثَوَابًا
Artinya: “Makna dari bulan-bulan yang dimuliakan (dalam ayat ini) ialah sesungguhnya melakukan maksiat dalam bulan ini siksanya lebih berat, sedangkan menjalankan ketaatan dalam bulan ini pahalanya lebih banyak (dilipatgandakan).” (Tafsir Ar-Râzi, 16/41).
Dari keterangan di atas, kemuliaan al-asyhur al-hurum tampak sangat jelas, sehingga harus benar-benar dihormati/dimuliakan. Bukti kemuliaan al-asyhur al-hurum ialah bila ada seseorang melakukan kemaksiatan akan dilipatgandakan dosanya.
Sebagaimana Allah SWT akan melipatgandakan pahala bagi seseorang yang menjalankan ketaatan dalam bulan-bulan yang dimuliakan tersebut—yang salah satunya ialah Bulan Rajab.
Oleh sebab itu, sebagai umat Islam, seyogyanya kita menjadikan Bulan Rajab ini sebagai momentum yang tepat untuk meningkatkan amal kebaikan dan meninggalkan segala amal keburukan.
Ada banyak amal kebaikan yang penting dan dapat dilakukan oleh umat Islam di bulan Rajab. Di antaranya ialah bersedekah, berpuasa, menyantuni anak yatim, bersilaturahmi, memperbanyak membaca sholawat, meningkatkan bacaan istighfar, membaca dzikir dan do’a Bulan Rajab, dan seterusnya.
Beragam amal kebaikan tersebut semuanya bernilai ibadah di mata Allah SWT bila dilakukan dengan ikhlas dan tentu sangat dianjurkan untuk dikerjakan secara istiqamah di dalam Bulan Rajab sebagai wujud memuliakan bulan Allah SWT. Dikatakan demikian, sebab bulan Rajab sendiri juga dikenal dalam Islam sebagai syahrullah (Bulan Allah).
Dari sejumlah amalan yang telah disebutkan, terdapat satu amalan yang juga penting untuk dilakukan. Amalan ini hanya ada pada momentum akhir bulan Rajab, yakni amalan pada Jum’at terakhir bulan Rajab. Adapun amalan yang maksud adalah membaca lafadz berikut:
أَحْمَدُ رَسُوْلُ اللهِ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ
“Ahmadu Rasûlullâh Muhammadur Rasûlullâh.”
Artinya: “Ahmad utusan Allah. Muhammad utusan Allah.”
Dalam kitab Kanzu An-Najah wa As-Surur halaman 147, disebutkan keterangan bahwa barang siapa pada hari Jum’at terakhir di bulan Rajab membaca lafadz tersebut sebanyak 35 kali ketika khatib shalat jum’at berada di atas mimbar khutbah, maka dirham (harta/uang) tidak akan putus dari tangannya pada tahun tersebut (selama setahun InSyaAllah akan selalu mempunyai uang).
Adapun cara mengamalkan amalan ini setidaknya ada dua, yakni:
Cara pertama, amalan ini dibaca ketika khatib duduk di antara dua khutbah Jum’at (sebelum lanjut khutbah kedua) sebanyak 35 kali. Hal ini sebagaimana keterangan yang disampaikan oleh KH. Achmad Chalwani Nawawi Berjan Purworejo (Wakil Rais Syuriyah NU Jawa Tengah) dalam pengajian beliau.
Cara kedua, amalan ini dibaca ketika khatib sedang menyampaikan khutbah Jum’at yang kedua sebanyak 35 kali. Cara kedua ini sebagaimana keterangan yang disampaikan oleh Al-Habib Ali bin Hasan Baharun. Beliau menulis keterangan dari gurunya, al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith sebagai berikut:
فَائِدَةٌ لِإِبْقَاءِ الدُّرَيْهِمَاتِ فِيْ جَمِيْعِ السَّنَةِ الْإِتْيَانُ بِهَذَا الذِّكْرِ خَمْس وثلاثيْن مرّة فِيْ آخِرِ جُمُعَةٍ مِنْ رَجَبَ حَالَ الْخُطْبَةِ الثَّانِيَةِ، وَهُوَ أَحْمَدُ رَسُوْلُ اللهِ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله، وَقَدْ جَرَّبَهُ الْكَثِيْرُ وَصَحَّ عِنْدَهُمْ
Artinya: “Faidah, agar uang tak kunjung habis di sepanjang tahun (dianjurkan) membaca amalan ini sebanyak 35 kali di akhir Jumat Rajab saat khutbah kedua, yaitu ‘Ahmadu Rasûlullâh Muhammadur Rasûlullâh’. Amalan ini telah dicoba oleh banyak orang dan terbukti berhasil.” (Al-Fawaid Al-Mukhtarah, hal. 445).
Terlepas dari cara mengamalkannya, amalan ini diyakini sebagai bagian dari ikhtiar agar uang atau harta yang dimiliki seseorang tidak kunjung habis alias ia senantiasa dilimpahkan rezeki yang bermanfaat dan berkah oleh Allah SWT sepanjang tahun.
Namun, bukan berarti seseorang lantas tidak bekerja sama sekali ketika telah mengamalkan amalan ini. Amalan ini hanyalah wasilah yang diyakini dapat melapangkan dan melancarkan rezeki atas izin-Nya, sehingga ikhtiar usaha atau bekerja dalam rangka menjemput rezeki mesti tetap dilakukan oleh kita sebagai hamba-Nya.
Demikian penjelasan terkait amalan akhir bulan Rajab. Wallahu a’lam bis shawab.