Ada keutamaan di balik berinteraksi dengan Alquran.
Bulan Ramadhan merupakan bulan diskon untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Khususnya dalam melakukan amalan yang baik pada bulan Ramadhan akan dilipat gandakan pahala seorang muslim oleh Allah SWT. Terdapat amalan penting yang dilakukan pada bulan Ramadhan, yaitu interaksi dengan Alquran.
“Amalan penting yang dilakukan Nabi (Muhammad) yang spesifik dilakukan secara konsisten dan intens di bulan Ramadhan, yaitu interaksi dengan Alquran. Metodologi atau cara berinteraksi dengan Alquran setidaknya didapati secara umum tiga cara utama”, kata Ustadz Adi Hidayat, dikutip dari akun Youtube pribadinya, Adi Hidayat Official, Kamis (21/03/2024).
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan, bahwa cara berinteraksi dengan Alquran yang pertama, membaca Alquran dengan tujuan untuk mengkhatamkan Alquran dengan bacaan yang benar dan dengan bimbingan yang baik sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW atau yang disebut dengan qiraah.
Metode yang kedua, yaitu mengkaji kedalaman makna Alquran yang biasa disebut dengan Tilawah. Memahami arti atau makna ini dengan harapan bisa mengamalkannya sesuai dengan kedalaman maknanya. Metode ini juga biasa disebut dengan tafsir, mencari penjelas dari bacaan – bacaan yang didapat dan ayat – ayat yang ditemukan.
Metode yang ketiga, yaitu menghafal Alquran. Metode ini memiliki banyak manfaat yang akan didapat bagi orang yang mengamalkannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dengan metode ini dapat memudahkan seseorang membawa Alquran kemanapun ia hadir saat membutuhkannya. Hal tersebut berguna untuk memberikan petunjuk, menentramkan jiwa yang gelisah, dan membawa seseorang pada kedamaian setiap beraktivitas.
Hal tersebut dijelaskan pada surat Fatir ayat 32 yang berbunyi,
ثُمَّ اَوْرَثْنَا الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَاۚ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚوَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ ۚوَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيْرُۗ
Arab Latin : Ṡumma auraṡnal-kitābal-lażīnaṣṭafainā min ‘ibādinā, fa minhum ẓālimul linafsih(ī), wa minhum muqtaṣid(un), wa minhum sābiqum bil-khairāti bi’iżnillāh(i), żālika huwal-faḍlul-kabīr(u).
Artinya : “Kemudian, Kitab Suci itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. Lalu, di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Itulah (dianugerahkannya kitab suci adalah) karunia yang besar.”