CINTA adalah rezeki, sehat adalah rezeki, pekerjaan adalah rezeki, amanah adalah rezeki, sebagaimana harta adalah rezeki. Sayangnya, kita terbiasa memandang rezeki itu hanya terbatas pada harta. Kata para ulama: “Orang miskin yang sesungguhnya adalah orang yang permintaannya kepada Zat Pemberi Rezeki melulu masalah harta.”
Sungguh kasihan kepada mereka yang tak memiliki apapun kecuali harta. Lebih kasihan lagi adalah kepada mereka yang tak punya apa-apa sama sekali, termasuk harta. Berbahagialah mereka yang memiliki iman dan Islam dalam kehidupannya. Mereka adalah orang kaya yang sesungguhnya yang akan senantiasa disayang, dilindungi dan dirahmati Allah SWT.
Selalu saja nikmat iman dan islam disebut dalam khutbah dan ceramah. Namun jarang sekali yang bisa memahaminya sebagai nikmat, anugerah dan rezeki yang luar biasa. Karena itulah maka jarang sekali orang yang bersyukur karena telah berbuat kebaikan (ibadah). Jarang sekali kita mendengar orang tua berteriak bangga sebangga mendapat kabar anaknya menjadi juara kelas. Pertanyaannya: mengapa?
Jawabannya adalah karena pendidikan agama kita saat ini masih terbatas pada pengetahuan agama, bukan pada pelatihan rasa atau hati dalam beragama. Pendidikan kita saat ini lebih pada sesuatu yang tampak, berwujud dan nyata, tidak menyentuh sesuatu di atas apa yang bisa dilihat, diraba dan dirasa. Akhirnya, agama hanya apa yang dihapal di kepala dan tidak pernah menyentuh pada apa yang seharusnya ada di hati.
Sampai jumpa dalam pondok ramadan di pondok pesantren kota Alif Laam Miim Surabaya. InsyaAllah kita akan kaji masalah ini. Berminat? Daftar saja. Salam, AIM, Pengasuh. [*]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2300814/rezeki-sebatas-harta#sthash.Qh0BUku1.dpuf