Di sore hari, setiap orang akan mulai mempersiapkan menu berbuka yang akan disantapnya ketika bedug maghrib berkumandang. Tetapi jangan asal pilih menu berbuka ya.
Kepada detikHealth, nutrisionis dari RSUP Dr Sardjito, Retno Pangastuti, DCN, M.Kes. mengatakan menu berbuka bisa apa saja, yang penting unsur manisnya adalah yang diutamakan. Ini penting sebab tubuh harus mengembalikan pasokan glukosa yang mulai menurun.
“Untuk takjil, harus ada unsur cairannya, kemudian ada unsur manis, unsur gulanya. Tapi dalam bentuk apa silakan saja. Kalau nggak ada es buah, bisa teh atau kolak,” terangnya.
Idealnya, takjil pun dibikin sendiri, kecuali bagi mereka yang sibuk bekerja, diperkenankan untuk membeli takjil yang banyak dijual di luaran sepanjang bulan puasa.
Meski tidak dianjurkan, gorengan pun menurut Retno bisa jadi pilihan, asalkan tidak dikonsumsi setiap hari atau dimakan dalam jumlah besar karena sama saja dengan menumpuk lemak dalam tubuh.
“Sebetulnya dalam sekali makan kalau sudah ada yang digoreng, jangan ada santan. Itu sebenarnya sudah cukup mencegah penumpukan lemak berlebih dalam tubuh,” pesannya.
Begitupun dengan trik mengurangi minyak pada gorengan menggunakan tisu. Kata Retno, cara ini mungkin hanya akan menyerap minyak yang ada di permukaan gorengan saja, tetapi yang di dalam tidak mengalami perubahan sama sekali.
Bagaimana dengan menu makanannya? “Idealnya berbuka itu berkuah atau ditumis. Daging dikuah soto atau sop, rawon kan bisa, atau pindang, dimasak asam manis,” tambah dr Andry Hartono, SpGK dari RS Panti Rapih Yogyakarta.
Dijelaskan Retno, ketika waktu berbuka tiba, tubuh sedang kekurangan cairan sehingga makanan yang dibutuhkan adalah yang berkuah untuk membantu cairan masuk.
“Itu kita hitung sebagai cairan yang masuk juga. Santan pun tidak masalah, tapi bagi orang yang harus membatasi santan sebelumnya, janganlah setiap hari. Bolehlah kalau seminggu 2 kali misalkan tapi rambu-rambu harus tetap kita ingatkan,” urainya.
Untuk keadaan darurat, berbuka dengan permen juga tidak dipermasalahkan oleh Retno. Namun ia mengingatkan, ini sifatnya hanya membatalkan saja, sebab dari segi kandungan glukosanya tentu tidak sebanyak minuman manis. “Harusnya sangu (bekal, red) minum kalau puasa jadi kalau di jalan tidak kebingungan,” tutupnya.