SELALU saya katakan bahwa sakit itu adalah surat kecil dari Tuhan, surat yang kadang mengandung pesan menyadarkan bahwa “laa hawla wa laa quwwata illaa bi Allah al-‘Aliyy al-‘Adzim“. Surat yang lebih menyadarkan seorang hamba bahwa dirinya adalah hamba dan Allah adalah Tuhannya. Surat yang menyadarkan adalah surat kasih sayang terbaik, perlu dibaca dan dipahami.
Kadang kita sudah dapat kabar sebelum surat itu tiba. Namun kadangkala surat itu datang tanpa kita diberitahu sebelumnya akan adanya surat itu. Demikian juga surat kecil dari Tuhan yang bernama sakit. Kadang tiba tanpa disangka.
Kemarin, ketika saya mengisi pengajian rutin tafsir al-Qur’an di rumah saya, semula biasa-biasa saja. Ketika menginjak menit yang ke-50, tiba-tiba terasa kepala kosong oksigen, pandangan melemah dan menjadi kabur, lalu tak melihat apapun dan hanya mendengar suara. Mungkin itu yang dinamakan pingsan.
Tensi saya menjadi rendah, kasus pertama sepanjang hidup saya. Tensinya hanya 90/60 tanpa ada gejala apa-apa sebelumnya. Saya terduduk lunglai dan mata terpejam, jamaahpun bingung dan memijat tangan, kaki dan kepala saya. Jamaah yang berprofesi dokter begitu sigap menangani kasus saya ini. Sungguh perhatian dan kasih sayang orang lain kepada kita sangat tampak saat kondisi kita lemah tak berdaya. Terimakasih jamaahku, saudaraku dan sahabatku.
Mulai saat ini saya harus lebih ketat mengatur jadwal saya. Kata dokter, saya butuh istirahat. Mohon maaf bagi mereka yang undangannya terpaksa harus dicancel, tak dapat saya hadiri.
Terimakasih pengertiannya jika saya menolak undangan atau berhalangan hadir. Semua adalah demi kemaslahatan bersama. Di hati saya tetap bahwa hidup harus punya makna dan mati harus meninggalkan nilai kebajikan. Namun benar pula bahwa ada waktu bekerja, ada waktu pula untuk istirahat. Salam, AIM. [*]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2312281/surat-kecil-bernama-sakit#sthash.3PUetJLj.dpuf