KETIKA tertimpa musibah, ujian, derita, kesedihan dan lainnya yang semakna, seringkali kita berucap sambil mengangkat tangan ke langit: “Yaa Rabbi, aku punya kesedihan besar.” Tidak salah dan bahkan bagus mengadukan masalah langsung kepada Tuhan Yang maha Kuasa.
Namun cobalah suatu waktu berucap dengan redaksi berbeda. Katakan pada segala sesuatu yang membuat kita sedih dan menderita: “Wahai kesedihan, aku punya Tuhan Yang Maha Besar.”
Kalimat pertama mengandung rasa pengagungan kita kepada Allah sebagai Tuhan dan pengakuan lemah kita sebagai hamba. Sementara kalimat kedua memiliki rasa pengecilan akan masalah ketika dibandingkan dengan kebesaran Allah plus percaya diri yang tinggi bahwa kita diciptakan lebih tinggi ketimbang masalah kita.
Indah nian mengingat kata Sang Guru: “Kun ma’a Allah, Fa laa tubaalii.” (Beradalah engkau selalu bersama Allah, tak usah lagi peduli dengan apa yang terjadi). Maknanya adalah bahwa ketika kita bersama Allah, maka Allah akan menjadi CEO kita, pengatur kehidupan kita.
Sedih tak akan berakhir sedih, melainkan diatur menuju senang. Derita tak akan tetap berasa derita, melainkan dituntun menuju bahagia. Tinggal kita yang harus mengatur hati untuk senantiasa yakin akan janji-janjiNya. Salam, AIM. [*]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2314274/wahai-kesedihan-aku-punya-tuhan-yang-maha-kuasa#sthash.NCclzi0d.dpuf