SEORANG jemaah pengajian bertanya, masih adakah pohon Khuldi di surga? Apakah pohon itu pun ada dalam kehidupan dunia?
Atas pertanyaan itu, Ustaz Ammi Nur Baits menjelaskan, yang lebih penting dalam membahas masalah surga dan neraka adalah bagaimana kita bisa termotivasi untuk melakukan amalan yang mendekatkan diri kita ke surga dan menjauhkan diri kita dari neraka. Dan seperti inilah tujuan Allah ceritakan surga dan neraka dalam Alquran.
Dalam sebuah ayat, seusai Allah menyebutkan kondisi penduduk surga, Allah menyatakan, “Untuk seperti inilah hendaknya seseorang berlomba-lomba dalam beramal.” (QS. as-Shaffat: 61).
Di ayat lain, sesuai Allah menjelaskan kenikmatan surga, Allah menyatakan,
“Untuk mendapatkan seperti ini, hendaknya orang berlomba memperebutkannya.” (QS. al-Muthaffifin: 26)
Demikian pula sebaliknya, ketika Allah menceritakan kedahsyatan neraka, tujuannya agar para hamba menjadi takut. Usai Allah menyebutkan kedahsyatan neraka, Allah menegaskan, “Seperti itulah bagaimana Allah menakut-nakuti hamba-hamba-Nya. Wahai para hamba-Ku, bertaqwalah kepada-Ku. (QS. az-Zumar: 16).
Sementara bagaimana detil isi surga, berapa suhunya, seperti apa cuacanya, apa di surga bisa merayakan ulang tahun, apa di surga ada permainan water boom, termasuk bagaimana nasib pohon Khuldi, dst. sebenarnya kurang penting untuk kita ketahui. Meskipun setidaknya itu bisa menjadi wacana bagi orang yang membacanya.
Pohon yang besar di surga
Sebelum mengulas pohon khuldi, kami kenalkan dulu salah satu kenikmatan di surga, yaitu pohon yang sangat besar. Allah sebutkan dalam Alquran, “(Ahli surga berada di bawah) teduh bayangan yang sangat panjang.” (QS. al-Waqiah: 30).
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan makna ayat ini,
Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pohon, andai orang yang naik kuda hendak melintasi bayangannya, selama 100 tahun belum sampai ke ujungnya. Bacalah firman Allah, teduh bayangan yang sangat panjang. (HR. Ahmad 7709, Bukhari 4881, Muslim 7317)
Dimanakah pohon Khuldi?
Kita sepakat, yang dimaksud pohon Khuldi di sini adalah pohon yang dulu Nabi Adam dilarang untuk mendekatinya. Meskipun penamaan khuldi berasal dari setan, untuk menggoda Adam. Karena arti kata khuldi adalah kekal. Agar Adam mengira dengan makan pohon ini, beliau bisa kekal di surga.
Dalam al-Bidayah, Al-Hafidz Ibnu Katsir menulis,
Setan membisikkan kepadanya, dia mengatakan, “Hai Adam, maukah kutunjukkan pohon Khuldi dan kerajaan yang tidak pernah sirna?” artinya, akan kutunjukkan sebuah pohon yang jika kamu memakannya maka kamu akan menjadi kekal dalam kenikmatan yang saat ini kamu rasakan. (al-Bidayah wa an-Nihayah, 1/77).
Apakah pohon Khuldi adalah pohon besar itu?
Imam Ahmad meriwayatkan dari jalur Syubah dari Abu ad-Dhahak, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya di surga ada satu pohon, apabila ada penunggang kuda hendak melintasi bayangannya, selama 10 tahun, tidak sampai ke ujungnya. Itulah pohon Khuldi. (HR. Ahmad 9950, ad-Darimi 2895, dan tambahan Pohon khuldi dinilai dhaif oleh Syuaib al-Arnauth).
Keterangan lain disampaikan al-Hafidz Ibnu Katsir. Beliau menjelaskan bahwa bisa jadi pohon Khuldi di masa Adam adalah pohon besar yang teduhnya sangat panjang itu.
Di kitab al-Bidayah, beliau melanjutkan keterangannya,
Bisa jadi, pohon khuldi itu adalah pohon yang disebutan dalam hadis riwayat Imam Ahmad.. (kemudian beliau menyebutkan hadis di atas).
Hanya saja ada sebagian ulama yang mengingkari keberadaan pohon ini di Surga. Ibnu Katsir menyebutkan keterangan dari Imam Ghundar (gurunya Bukhari),
Ghundar bertanya kepada Syubah, “Apakah pohon besar itu pohon khuldi?”
Jawab Syubah, “Di sana tidak ada lagi pohon khuldi.” (al-Bidayah wa an-Nihayah, 1/78).
Apakah kita dilarang mendekatinya?
Kita tidak tahu pasti, apakah pohon itu masih ada ataukah tidak. Karena kesimpulan keberadaan pohon Khuldi di surga akhirat, masih diperselisihkan ulama. Andai itu masih ada, apakah kita akan dilarang mendekatinya?
Tidak ada hari setelah akhirat. Sehingga penduduk surga akan kekal di surga selamanya. Sementara penduduk neraka yang beriman akan diselamatkan menuju surga. Ketika penduduk neraka yang tersisa tinggal orang kafir, mereka mendekam kekal di dalamnya.
Karena itu, peristiwa yang dialami Nabi Adam tidak akan berulang. Sehingga tidak ada istilah, jika besok di surga manusia mendekati pohon larangan maka dia akan diusir ke dunia. Jelas ini tidak terjadi. Tidak ada orang yang masuk surga kemudian dikeluarkan darinya. Allah menegaskan,
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan kepada mereka): “Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman” Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya danmereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan dari surga. (QS. al-Hijr: 45 48)
Disamping itu, penduduk surga diberi keistimewaan, mendapatkan apapun yang mereka inginkan.
Di surga, kalian mendapatkan apapun yang diinginkan jiwa kalian dan kalian mendapatkan apa yang kalian minta sebagai balasan dari Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Fushilat: 31 32)
Di ayat lain, Allah juga menegaskan, “Masuklah ke dalam surga dengan keselamatan, itulah hari yang kekal. Mereka mendapatkan apapun yang mereka inginkan, dan kami memiliki nikmat tambahan.” (QS. Qaf: 34 35).
Dengan mempertimbangkan berbagai dalil, ditegaskan dalam Fatawa Syabakah Islamiyah, di surga akhirat tidak ada lagi istilah larangan. Lembaga Fatawa Syabakah Islamiyah menjelaskan hubungan pohon besar dengan ppohon khuldi. Kemudian mereka menyatakan,
Jika pohon yang disebutkan dalam al-Quran adalah pohon yang pohon yang disebutkan dalam hadis, berarti pohon itu ada hingga sekarang. Dan tidak dilarang bagi penghuni surga di akhirat untuk memanfaatkannya. Karena Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan pohon besar itu sebagai motivasi bagi umatnya untuk mendapatkannya, sehingga mereka berusaha beramal agar bisa masuk surga. Dan di surga tidak ada yang haram. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 113009). Allahu alam. []