PALESTINA dan Masjid Al Aqsha, yang telah menjadi bagian dari umat Islam, tak pernah lepas dari krisis selama puluhan tahun, dan keadaan semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Sejak pertama agresi Israel pada tahun 1948 hingga saat ini, setidaknya telah menelan korban hingga ratusan ribu syahid, jutaan luka-luka dan mengungsi, yang sebagian adalah perempuan dan anak-anak. Dalam sejarahnya, kota Yerusalem pernah dua kali dibumihanguskan, diblokade 23 kali, diserang 52 kali, diduduki dan direbut kembali sebanyak 44 kali.
Tindakan penjajah Israel semakin biadab terhadap penduduk dan sangat menghinakan Masjid al Aqsha.
Pada 14 Juli, tiga pemuda Palestina yang bersenjata melakukan aksi herorik, menembak mati dua polisi penjajah, sedangkan pasukan polisi Yahudi itu melepaskan tembakan balasan dan menyebabkan ketiga pemuda itu syahid.
Tak berhenti disitu, penjajah Israel menutup Masjid Al Aqsha dan belakangan memasang pintu elektronik serta kamera pengawas di semua pintu masuk masjid.
Tak urung, tindakan itu menyulut protes dari umat Muslim. Dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, pertama kalinya umat Islam tidak dapat menyelenggarakan shalat Jum’at di komplek masjid yang sucikan Muslim sedunia tersebut.
Najeh Daoud Bkerat, Direktur Wakaf Islam yang mengelola al-Aqsha, menuliskan daftar sejumlah penyerangan terhadap masjid al-Aqsha sejak puluhan tahun lalu.
Di antara serangan-serangan paling mematikan adalah pembantaian pada tahun 1990 yang dikenal dengan Black Monday, dimana petugas keamanan Zionis membunuh 20 warga Palestina yang memprotes para relawan Yahudi yang meletakkan batu pertama untuk pembangunan Kuil Ketiga di dalam kompleks Masjidil Aqsha.Menurutnya, sejak penjajah Zionis mencaplok Timur Baitul Maqdis pada tahun 1967, sudah lebih dari 1.700 kasus penyerangan atau pengrusakan properti di kompleks masjid, di luar serangan-serangan yang tak terhitung terhadap individu, termasuk penangkapan, pemukulan dan perintah-perintah yang mengekang.
Hilangnya Kemuliaan Umat
Bagaimana mungkin, bermilyar umat Islam, yang sebagiannya adalah berbagai negara yang mengelilingi penjajah Israel tak kuasa menjaga kemuliaan Al Aqsha?
Tak sanggup lagi mengirim pesan menakutkan bagi zionis yang begitu mudah mengirim pesan mematikan bagi penduduk Palestina? Tak terlihatkah dengan nyata brutalnya Zionis untuk berupaya mengambil alih al-Aqsha, menawarkan imbalan finansial kepada orang Yahudi untuk melakukan ritual di kompleks masjid, mendorong peruntuhan Masjid al-Qibli sehingga bisa membangun Kuil Ketiga di sana, yang bahkan, Wakil Menteri ‘Israel’ Tzipi Hotovely telah menunjuk kompleks Masjidil Aqsha sebagai “pusat kekuasaan warga ‘Israel”?
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam telah mengabarkan kemuliaan Masjidil Aqsha, dimana sholat di dalamnya dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat umat Islam sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah di masjidil Haram, Makkah.
Lihatlah singa-singa Allah selanjutnya memiliki taji untuk menjaga kemuliaan milik umat. Di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab ra., seluruh Palestina dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, Muslim maupun Non Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan khilafah. Salahuddin Al-Ayyubi pun membebaskannya setelah dijajah akibat serangan pasukan salib yang terus mencoba merebut Al Qudshingga mampu membangkitkannya kembali.
Rongrongan Teodore Hertzl untuk mendapatkan izin pendirian pemukiman Yahudi di Palestina pun dimentahkan secara jantan oleh Sultan Abdul Hamid II.
Surat pengantar Hertzl dibalas dengan perkataan tegasnya. “Bagaimana mungkin aku menyerahkan sebagian tanah-tanah itu, karena daerah itu bukan milikku. Tanah itu adalah milik kaum Muslim. Tanah itu diperoleh dan dipertahankan oleh mereka dengan cucuran keringat, darah, dan air mata ribuan prajurit. Selama aku masih hidup, jangan harap kalian bisa menguasai tanah Palestina”.
Seiring pengkhianatan para penguasa negeri-negeri muslim dan keberhasilan Mustapha Kemal Attaturkmeruntuhkan Khilafah Islam dan mengusir Sultan Abdul Hamid Il serta keluarganya pada tanggal 3 Maret 1924 dari wilayah Turki, hingga tegaknya negara Israel atas bantuan Inggris, seolah mulai hilang kemuliaan umat Islam dan mudahnya zionis mengangkangi Masjid Al Aqsha.
Apa yang terjadi berikutnya adalah ketidakmampuan para penguasa negeri muslim untuk mencegah aksi-aksi brutal penjajah Israel, apalagi menyingkirkan mereka dengan taring tajamnya.
Mereka hanya mampu menyandarkan penyelesaian konflik dengan bantuan PBB dan negara asing, yang bahkan tidak memahami, apa itu kemuliaan umat Islam dan Masjid Al Aqsha, karena mereka hanya berpikir kepentingan teritorial semata, tidak lebih.
Lalu, dimana penjaga Al Aqsha?
Umat Islam, tak pernah lepas dari kemuliaannya, selama berpegang teguh pada Al Quran dan sunah RasulNya.
Zionis menemukan tempat ‘kedigdayaannya’ karena memiliki entitas negara yang berbentuk Israel, memiliki pengaruh kuat bahkan dengan negara-negara superpower dijamannya, seperti Inggris dan AS. Disisi lain, umat Islam kehilangan ‘pegangan’ karena lepasnya ikatan simpul persatuan, sebuah negara ‘adidaya’ yang berlandaskan akidah Islam, seperti yang dicontohkan Rasul dan para sahabat, yang saat ini simpul itu terpecah menjadi puluhan negeri muslim.
Al-Quran dan hadits telah memberikan tanda-tanda kemulian tempat ini dan Allah Subhanahu Wata’ala pasti akan mengambilnya dari tangan-tangan kotor penjajah.
Masjid Al-Aqsa juga memiliki keistimewaan lain. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda;
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَ
“Tidaklah diadakan perjalanan dengan sengaja, kecuali ke tida masjid; masjidku ini (di Madinah), Masjidil Haram (di Makkah), dan Masjidil Aqsha.” (HR. Bukhari dan Muslim).
يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الأَرْضَ المُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللّهُ لَكُمْ وَلاَ تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنقَلِبُوا خَاسِرِينَ
“Wahai kaumku ! Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut pada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi.” (QS. Al-Maidah : 21)
Itulah janji Allah dan Rasulnya. Rugilah mereka yang tidak memami ayat-ayat ini.
Tidak perlu kita perdebatkan apa dampak perpecahan, karena puluhan fakta telah terjadi di depan mata, adu domba, penjajahan, hingga kehilangan fokus untuk bangkit dan merebut apapun yang pernah hilang dari tangan kaum muslimin.
Al Aqsha dan Palestina sedang menanti hadirnya singa Allah berikutnya, pemimpin dan pejuang layaknya Umar bin Khaththab, Shalahuddin al Ayubi, Muhammad Al Fatih dan Sultan Abdul Hamid II, membebaskan Palestina seutuhnya, mengusir Israel seluruhnya, dan menjaga Al Aqsha dengan penjagaan yang sesungguhnya.
Mereka, akan muncul saat umat terbangun dari tidur panjangnya, bangkit dan berjuang untuk menegakkan kembali izzul Islam wal muslimin, merangkai kembali simpul persatuan umat, menyadari dengan sepenuh hati musuh yang sebenarnya, dan terus berdakwah dengan menapaki jejak kemuliaan Rasulullah dan para sahabat, hingga tegaknya kepemimpinan nubuwwah ada di genggaman. InsyaAllah.
Masalahnya, apa kelak kita termasuk dari bagian yang disebut Allah dan Rasulnya untuk ikut ambil bagian ini?*
Oleh: Tari Admojo, Penulis pernah kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Pertanian Bogor