Al-Qur’an Journaling

Al-Qur’an Journaling

Saudaraku, seberapa sering engkau berinteraksi dengan Al-Qur’an?

Sebuah kitab suci yang mulia. Terkandung di dalamnya kalamullah. Ayat-ayat yang langsung bersumber dari Allah Ta’ala, Pencipta alam semesta, Maha Mengatur seluruh makhluk-Nya. Rabb yang telah menetapkan takdir kehidupan dunia dan akhirat kita. As-Shamad yang semestinya kita menggantungkan segala urusan kepada ketetapan-Nya.

Allah Ta’ala telah memberikan kepada kita panduan hidup yang fundamental baik secara duniawi maupun ukhrawi. Selayaknya, panduan ini menjadi pegangan yang tak pernah lepas dari ingatan dan fokus kita setiap waktu. Adalah Al-Qur’an yang menjadi pedoman hidup. Kita membutuhkan kitab suci ini. Karenanya, kita butuh berinteraksi dengannya setiap hari.

Lantas, bagaimana caranya agar kita dapat dengan mudah melakukan interaksi dengan Al-Qur’an?

Ada beberapa metode dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an. Di antaranya adalah dengan membacanya, memahami maknanya, belajar membacanya, mengkaji tafsirnya, menghafalnya, serta yang paling utama adalah mengamalkan kandungan isinya sesuai dengan metode penafsiran yang mengacu pada pemahaman salaf saleh.

Mungkin, di antara kita ada yang menjadikan tidak adanya kajian Al-Qur’an terdekat yang dapat dihadiri, tidak adanya asatidz, atau terbatasnya ilmu, bahkan ketersediaan waktu, sebagai alasan untuk tidak mentadaburinya. Atau, ada pula mungkin di antara kita yang hanya mencukupkan diri dengan membacanya saja dan mencoba untuk menghafalnya sedikit demi sedikit.

Hal demikian adalah baik dan insyaallah tetap mendapatkan ganjaran pahala dari Allah Ta’ala. Namun, bagaimana jika kita melakukan tadabur Al-Qur’an setiap hari melalui suatu cara yang mudah dan dapat dilakukan secara konsisten?

Ya, cara mudah tersebut adalah dengan membuat catatan harian atau dengan bahasa populernya “Al-Qur’an Journaling”.

عن أبي عبد الرحمن السُّلمي قال: حدثنا مَن كان يُقرئنا من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم أنهم كانوا يقترئون من رسول الله صلى الله عليه وسلم عشر آيات، فلا يأخذون في العشر الأخرى حتى يعلموا ما في هذه من العلم والعمل، قالوا: فعلمنا العلم والعمل.

Dari Abi Abdurrahman As-Sulami, beliau berkata, “Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang membacakan Al-Qur’an kepada kami, menceritakan bahwa mereka biasa membaca sepuluh ayat dari Rasulullah ﷺ, dan mereka tidak melanjutkan sepuluh ayat berikutnya sampai mereka memahami ilmu dan amal yang terkandung dalam sepuluh ayat tersebut. Mereka berkata, ‘Kemudian kami belajar ilmu dan amal dari ayat-ayat tersebut.’ ” (HR. Ahmad)

Journaling Al-Qur’an dapat kita lakukan dengan beberapa hal berikut: memantapkan niat, menyusun rencana, menyiapkan sarana dan prasarana, melakukannya dengan konsisten, dan mengevaluasi secara konsisten.

Memantapkan niat dan memohon kemudahan kepada Allah

Dari Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Sesungguhnya semua amalan itu terjadi (tergantung) dengan niat. Dan setiap orang hanya mendapatkan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari, no. 1; Muslim, no. 1907)

Ikhlaskanlah niat dalam melakukan tadabur Al-Qur’an ini semata-mata untuk memperoleh keridaan dari Allah Ta’ala. Karena melakukan amalan ibadah dengan niat selain itu adalah tertolak dan –na’udzubillah– dapat terjerumus pada kesyirikan, disebabkan menjadikan tandingan bagi Allah Ta’ala dalam perkara peribadatan.

Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ. أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan amal perbuatan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Merekalah orang-orang yang di akhirat (kelak) tidak akan memperoleh (balasan), kecuali neraka. Dan lenyaplah apa (amal kebaikan) yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka lakukan.” (QS. Hud: 15-16)

Hal yang menjadi sangat penting juga adalah berdoa memohon kemudahan kepada Allah Ta’ala agar diberikan anugerah berupa kemampuan dalam mencerna isi kandungan Al-Qur’an, mengikuti petunjuk dan metode salaf saleh dalam memahaminya, serta mendapatkan keistikamahan untuk menjadikan tadabur Al-Qur’an ini sebagai habit setiap hari (amalan yaumi). Karena, betapa banyak orang yang telah mengerti, bahkan tafsir dan hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an, tetapi masih enggan untuk mentadaburi dan mengamalkannya.

Mereka paham bahasa Al-Qur’an, namun masih memprioritaskan perkara duniawi daripada mempelajari Al-Qur’an secara konsisten, baik karena merasa telah cukup ilmunya atau bahkan karena Allah Ta’ala telah menutup hatinya, meskipun mereka memiliki ilmu tentang Al-Qur’an  –wal’iyadzubillah-.

Oleh karenanya, menyadari bahwa kecenderungan untuk senantiasa melaksanakan amalan saleh ini adalah karunia Allah Ta’ala, maka wajib bagi kita untuk memohon kepada Allah agar diberikan kemantapan hati, keikhlasan niat, serta kemudahan dan kekuatan untuk melakukan tadabur Al-Qur’an.

Menyusun rencana

Sebagaimana kebiasaan para sahabat radhiyallahu ‘anhum terdahulu, dalam mempelajari dan mengamalkan setiap hari minimal 10 ayat Al-Qur’an. Maka, kita pun sebaiknya menargetkan hal serupa, yaitu membaca dan memahami minimal 10 ayat setiap harinya. Namun, sebagai permulaan, kita bisa menetapkan minimal 1 ayat setiap hari untuk dibaca, dipahami, dicatat, dan diamalkan.

Kita dapat memulainya dengan merencanakan tadabur Al-quran untuk satu bulan pertama, yaitu 1 hari, 1 ayat. Artinya, dalam satu bulan ada 30 ayat yang kita targetkan untuk kita baca, pahami, catat, dan amalkan kandungannya.

Apabila sampai pada ayat-ayat tentang perintah dan larangan Allah, kita langsung dapat mencatat dan meniatkan untuk segera mengamalkannya. Namun, jika ayat-ayat yang sedang kita tadaburi berisi kisah-kisah, kita dapat melanjutkan tadabur hingga bertemu dengan ayat-ayat yang mengandung perintah dan larangan Allah Ta’ala.

Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung

Selanjutnya, kita pun dapat menyiapkan satu tempat untuk tadabur Al-Qur’an ini di rumah, masjid, atau tempat-tempat syar’i, di mana kita dapat berkonsentrasi dalam mentadaburi Al-Qur’an. Hal yang penting untuk kita siapkan adalah mushaf, kitab tafsir, buku catatan, dan pena. Khusus untuk kitab tafsir, apabila kita belum memilikinya, kita dapat memanfaatkan media yang ada.

Kami merekomendasikan app Al-Qur’an Tadabur yang diasuh oleh Al-Ustadz Firanda Andirja hafidzahullah yang dapat diakses di play store secara gratis. Pada aplikasi tersebut, telah tertera 4 (empat) sumber kitab tafsir, seperti: Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir As-Sa’di, Tafsir At-Taisir, dan Tafsir Al-Muyassar. Insya Allah, penjelasannya cukup mudah dipahami.

Catatlah setiap ayat-ayat yang dirasa perlu untuk ditadaburi lebih dalam, baca terjemahannya, dan telusuri tafsirnya. Pahami, lalu tambahkan catatan dengan tafsir yang telah dipahami.

Amalkan kandungan Al-Qur’an dan evaluasi secara konsisten

Sebagaimana disebutkan di awal, bahwa apabila kita berjumpa dengan ayat-ayat perintah dan larangan, maka segeralah mempersiapkan diri untuk melaksanakan (perintah) dan menjauhinya (larangan). Renungkan maknanya secara mendalam dan jangan hanya mencukupkan diri dengan pemahaman sendiri dalam melaksanakan perintah dan larangan tersebut. Namun, bacalah tafsirnya, telusuri haris-hadis sahih yang berkaitan dengan ayat-ayat tersebut.

Misalnya, kita sampai pada ayat terkait perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, kerabat, yatim piatu, orang miskin, sebagaimana dalam firman Allah,

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَٰقَ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَقُولُوا۟ لِلنَّاسِ حُسْنًا

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu), ‘Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.’” (QS. Al-Baqarah: 83)

Kita dapat memahami ayat ini dari konteks prioritas dalam berbuat baik, yaitu: pertama adalah kepada kedua orang tua, kemudian kerabat, anak yatim, dan orang-orang miskin. Dalam memahami makna ‘kerabat’, mungkin kita butuh penjelasan lebih rinci, siapa ‘kerabat’ yang dimaksudkan Allah Ta’ala dalam ayat ini. Maka, kita kemudian dapat menelusuri lebih jauh dalam tafsir dan hadis-hadis sahih sehingga kita menemukan bahwa kerabat yang dimaksud adalah saudara-saudara kandung/seayah/seibu, paman dan bibi dari ayah dan ibu, kakek dan nenek, dan seterusnya.

Maka, dengan metode demikian, insyaallah wawasan kita terhadap Al-Qur’an akan bertambah dan pemahaman kita dapat menjadi lebih dalam. Namun, yang paling utama adalah bagaimana hati, pikiran, dan fisik kita terdorong untuk segera melaksanakan isi kandungan Al-Qur’an tersebut.

Terakhir, jangan lupa untuk mencatat proses yang telah dijalani dan rencana tadabur ayat-ayat selanjutnya. Kita dapat menetapkan setiap akhir pekan, misalnya, kita kembali membuka catatan-catatan kita lembar demi lembar untuk mengevaluasi kekurangan dan untuk menyiapkan penyempurnaan catatan selanjutnya.

Saudaraku, catatan harian Al-Qur’an atau Al-Qur’an Journaling ini adalah bagian dari ikhtiar kita dalam rangka mentadaburi Al-Qur’an. Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan pertolongan-Nya kepada kita agar kita dapat lebih istikamah selalu ber-taqarrub kepada-Nya. Allahumma amin.

Wallahu A’lam.

***

Penulis: Fauzan Hidayat

Sumber: https://muslim.or.id/90796-al-quran-journaling.html
Copyright © 2024 muslim.or.id