Terletak sekitar 120 kilometer dari kota di Mesir selatan, Al Samaha adalah satu-satunya desa yang didedikasikan untuk para wanita, khususnya para janda, ibu tunggal dan anak-anak.
Pria tidak diijinkan memasuki desa. Jika ada wanita di desa yang sudah menikah, mereka akan disarankan keluar dari Al Samaha, tulis Al Arabiya English Ahad, (28/01/2018).
Ditempati sekitar 303 ibu tunggal, desa ini terletak di tengah gurun di Edfu, dua jam perjalanan dari Aswan.
Dengan ratusan rumah, sebagian besar penduduknya terpinggirkan oleh masyarakat setelah musibah kematian atau perceraian mereka.
Pada tahun 1998 Kementerian Pertanian Mesir mengembangkan sebuah proyek desa kepada para ibu tunggal dengan menyediakan lahan yang memungkinkan mereka memelihara unggas dan ternak sebagai sumber pendapatan. Termasuk beternak ayam, dan kambing.
Di tempat ini, semua tanaman dapat tumbuh dengan kecuali tebu, dan jika terjadi pelanggaran, wanita tersebut tidak lagi diberi pupuk.
Koordinator proyek tersebut, Hamdi Al-Kashef, mengatakan hanya perempuan dan anak-anak yang boleh tinggal di desa tersebut, dan setiap keluarga menyediakan rumah dan enam hektar lahan pertanian, serta bantuan masyarakat internasional.
“Proyek desa dimulai pada tahun 1998 ketika Kementerian Pertanian memutuskan untuk mengalokasikan dua desa baru kepada perempuan dan janda yang bercerai, ” kata Hamdi Al-Kashef, kepada Al Arabiya.
Semua keluarga juga dilengkapi dengan perabotan dan keperluan pertanian, serta beberapa pinjaman jangka pendek. Pembangunan rumah bertingkat didanai melalui subsidi pemerintah, dan warganya diperbolehkan melakukan pembayaran secara angsuran.
Hamdi mengatakan saat wanita itu sudah menikah, semua tanah dan rumah akan dikembalikan kepada pemerintah untuk diserahkan ke ibu tunggal lain yang membutuhkan.
Proyek ini bertujuan untuk melestarikan masa depan bagi mereka yang kehilangan anggota keluarga mereka, dan untuk membantu perempuan yang kini menjadi pencari nafkah tunggal untuk anak-anak mereka.
“Proyek ini bertujuan untuk menjaga masa depan orang-orang yang kehilangan keluarga mereka dan untuk mendukung perempuan yang sekarang menjadi satu-satunya harapan anak-anak mereka,” katanya.
Ketua Asosiasi Wanita Selatan di Aswan, Safinaz Ibrahim mengatakan bahwa desa tersebut mewakili kekuatan wanita Mesir yang mampu menanggung beban tugas berat.
“Mereka tinggal di padang pasir di lingkungan yang sangat sulit, tanpa kebutuhan dasar. Tapi mereka bisa melewati semua tantangan ini untuk membesarkan anak-anak mereka, “katanya.*