SETIAP kata memiliki makna dan setiap kalimat memiliki kekuatan. Islam pun memperhatikan masalah ‘kalimat’ ini. Terbukti dengan banyaknya zikir yang dianjurkan dibaca setiap hari. Karena di balik kalimat-kalimat zikir itu ada rahasia dan kekuatan yang tidak kita ketahui.
Kali ini kita akan berhenti pada kalimat Alhamdulillah. Kalimat yang begitu ringan ini bukanlah sembarang kalimat. Alquran mengajarkan untuk mengucapkan kalimat ini di setiap kita mendapatkan kenikmatan. Tapi pernahkah kita satu detik saja terlepas dari nikmat Allah swt?
Fakta tentang Alhamdulillah
1. Kalimat Alhamdulillah adalah zikir wajib bagi umat Islam pada setiap harinya. Kita harus mengucapkannya di setiap salat karena kalimat ini termasuk dalam Surat Al-fatihah. Dan tidak sah salat kita tanpa membaca Al-Fatihah.
2. Kalimat Alhamdulillah adalah salah satu perintah Allah kepada para Nabi. Setiap mereka mendapat kenikmatan, tak pernah lupa untuk berucap Alhamdulillah.
Ketika Nabi Nuh selamat dari badai banjir, Allah memerintahkannya untuk mengucap Alhamdulillah.
– Dan apabila engkau dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas kapal, maka ucapkanlah, “Segala puji bagi Allah yang telah Menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim.” (QS.Al-Mukminun: 28)
Ketika Nabi Ibrahim diberi keturunan, ia juga tak lupa mengucapkan Alhamdulillah.
– “Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq, sungguh Tuhan-ku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.” (QS.Ibrahim: 39)
Begitu pula dengan Nabi Daud dan Sulaiman ketika diberi ilmu oleh Allah swt,
– Dan sungguh, Kami telah memberikan ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang Melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya yang beriman.”(QS.An-Naml: 15)
Bahkan, Allah juga memberi perintah kepada kekasih-Nya, Nabi Muhammad saw untuk selalu mengucapkan Alhamdulillah. Dan Alquran menyebutkan perintah ini dalam beberapa kejadian, seperti:
Ketika menyampaikan Ke-Esaan Allah
– Dan katakanlah, “Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia tidak memerlukan penolong dari kehinaan dan agungkanlah Dia seagung-agungnya (QS,Al-Isra: 111)
Ketika memberi salam kepada “hamba yang terpilih” dan untuk menafikan kesyirikan.