SALAH satu yang dibenci oleh Allah adalah terlalu aktif menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya. Dalam hadis dari al-Mughirah bin Syubah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah membenci 3 hal untuk kalian: [1] menyebarkan berita burung (katanya-katanya); [2] menyia-nyiakan harta; dan [3] banyak bertanya.” (HR. Bukhari 1477 & Muslim 4582).
Terlebih ketika berita itu bisa bikin geger di masyarakat. Allah mencela orang yang suka menyebarkan berita yang membuat masyarakat ribut. Dalam alquran, Allah menyebut mereka dengan al-murjifuun (manusia pembuat onar).
Ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam di Madinah, beberapa orang tukang penyebar berita terkadang membuat geger masyarakat. terutama berita yang terkait keluarga Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Allah mengancam, jika mereka tidak menghentikan kebiasaan ini, maka mereka akan diusir dari Madinah.
Allah berfirman,
“Jika orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah tidak berhenti (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar.” (QS. al-Ahzab: 60)
Sehingga, sebelum menyebarkan, pastikan berita anda benar. Hentikan kebiasaan buruk mudah menyebarkan berita. Tanamkan dalam diri kita, menyebarkan berita itu bukan prestasi, prestasi itu adalah menyebarkan ilmu yang bermanfaat, bukan menyebarkan berita.Bagaimana ketika tidak sengaja menyebarkan berita dusta? Setelah disebarkan, baru diingatkan bahwa ternyata itu hoax.
Pertama, orang yang melakukan kesalahan tanpa disengaja, maka tidak ada dosa baginya, antara dia dengan Allah. Allah berfirman,
“Tidak ada dosa bagimu terhadap kesalahan yang kalian lakukan tanpa sengaja, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu.” (QS. al-Ahzab: 5).
Namun jika itu merugikan hak orang lain, maka dia bertanggung jawab atas kerugian itu. Ketika Nabi Daud menjadi penguasa, ada kasus, hewan ternak milik si A, masuk ke lahan pertanian milik si B dan merusak tanamannya. Akhirnya mereka meminta keputusan Nabi Daud. Beliau memutuskan, hewan si A harus diserahkan ke si B, sebagai ganti dari tanaman yang dirusak.
Sementara Sulaiman memiliki pemahaman berbeda. Beliau memutuskan, hewan si A diserahkan ke si B untuk diperah susunya sampai menutupi nilai kerugian tanaman yang dirusak. Dan Allah memuji keputusan Sulaiman. Allah menceritakan,
“(ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat).” (QS. al-Anbiya: 78 79)
Kedua, ketika sudah tersebar di forum, berikan penjelasan di forum yang sama bahwa berita itu dusta. Agar anda bisa lepas dari tanggung jawab. Bagi mereka yang pernah menyebarkan kesesatan, kemudian bertobat, dia berkewajiban untuk menjelaskan kepada masyarakatnya, tentang kesesatan yang pernah dia ajarkan.
Beberapa ulama yang bertobat dari kesesatan, mereka mengarang buku yang membatah pendapat lamanya. Diantaranya Abul Hasan al-Asyari. Setelah beliau tobat dari akidah Kullabiyah, beliau menulis beberapa buku sebagai bantahan untuk akidah beliau yang lama. Seperti al-Ibanah an ushul diyanah, dan maqalat islamiyin.
Allah menjelaskan, “kecuali mereka yang telah tobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Menerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah: 160).
Allahu alam. [Ustaz Ammi Nur Baits]