Telah menjadi sunatullah bahwa ada kebaikan dan keburukan yang saling berdampingan, namun bertolak belakang dalam kehidupan dunia. Hal ini ditakdirkan untuk menghiasi kehidupan umat manusia. Banyak hal, baik yang bersifat fisik maupun mental, terkadang mengganggu, bahkan dapat mencelakai diri kita. Dan hal tersebut merupakan perkara-perkara di luar kendali kita.
Misalnya, sakit demam, tertabrak saat membawa kendaraan, jatuh tanpa disengaja, tertipu oleh orang lain, dimarahi, bahkan hingga dianiaya oleh orang. Begitu pula, dalam aspek-aspek yang bersifat mental, seperti gangguan psikis, pikiran, kegundahan hati, kegelisahan, hingga ketakutan yang menghampiri jiwa. Wal’iyadzu billah.
Sayangnya, tidak sedikit manusia yang menggantungkan urusan-urusan yang bersifat perlindungan diri kepada hal-hal yang telah nyata bertentangan dengan batasan syariat Islam, bahkan pada level yang sangat fatal yang dapat membatalkan keislaman seseorang. Seperti meminta perlindungan kepada selain Allah, memakai jimat, berdoa memohon perlindungan kepada orang-orang yang dianggap ‘sakti’ dan yang sudah meninggal dunia. Bahkan, ada pula yang benar-benar menggantungkan dan memasrahkan keselamatannya kepada entitas-entitas yang tidak memiliki manfaat dan mudarat tersebut. Na’udzubillah.
Padahal, sebagai seorang muslim, kita dituntut untuk senantiasa menggali lebih dalam ajaran agama yang mulia ini. Karena semua panduan kehidupan dari berbagai aspek telah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam secara paripurna, tidak terkecuali panduan tentang bagaimana kita meminta perlindungan dan keselamatan di dunia ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengajarkan kepada kita sebuah doa yang tidak pernah ia tinggalkan untuk diamalkan pada pagi dan petang hari. Doa yang memuat kalimat-kalimat agung untuk memohon keselamatan dan perlindungan kepada Allah Ta’ala terhadap agama, keluarga, dunia, dan harta kita. Keselamatan dan perlindungan dari seluruh penjuru dan sumber gangguan yang dapat menimpa kita.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga, dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari depan, belakang, kanan, kiri, dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain yang membuat aku jatuh).” (HR. Abu Daud no. 5074 dan Ibnu Majah no. 3871. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih)
Saudaraku, sembari mempelajari dan menghafalkan zikir agung ini. Mari kita sejenak membaca dan merenungkan, serta mentadaburi makna tiap-tiap kalimat dari zikir ini. Mudah-mudahan, dengan mendalami maknanya, pengetahuan kita dapat bertambah, memotivasi kita untuk merutinkan zikir ini pada pagi dan petang kita dengan mudah dan istikamah kita jalankan.
Permohonan kebajikan dan keselamatan dunia dan akhirat
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ
Perhatikan kalimat pertama dari bacaan zikir di atas. Sebuah doa permohonan yang berisi dua hal yang sungguh sangat diinginkan semua umat.
Pertama, ampunan.
Kita tentu menyadari bahwa setiap anak Adam pasti melakukan kesalahan dan dosa. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Anas radhiyallahu ‘anhu,
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.
“Setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertobat.” (HR. At-Tirmidzi no. 2499, Ibnu Majah no. 4251, Ahmad, 3:198, Al-Hakim, 4:244)
Lihatlah diri kita. Semenjak balig hingga berada pada usia saat ini, sudah berapa banyak dosa yang telah kita perbuat? Oleh karenanya, senantiasa memohon ampunan kepada Allah Ta’ala semestinya menjadi hal yang kita prioritaskan di setiap doa-doa kita.
Kedua, kesehatan yang prima.
Apabila kita perhatikan esensi dari rukun Islam, semua poin rukun yang menjadi satu kesatuan itu menuntut seorang muslim untuk memiliki fisik yang prima. Bagaimana mungkin jika tanpa kondisi kesehatan yang baik, kita mampu melaksanakan salat, puasa, dan ibadah haji ke baitullah dengan baik dan sempurna?
Karenanya, sudah semestinya kita selalu memanjatkan doa meminta kepada Allah agar diberikan ampunan dan dikaruniai kesehatan yang prima. Maka, dengan senantiasa memohon ampunan dan kesehatan kepada Allah, mudah-mudahan dua hal ini menjadi perisai diri bagi kita untuk dapat terhindar dari segala macam godaan dosa. Dan dengannya pula, kita termotivasi untuk melaksanakan ibadah-ibadah wajib ataupun sunah dengan semaksimal mungkin.
Permohonan perlindungan terhadap agama, dunia, keluarga, dan harta
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ
Berikutnya, zikir ini mengandung kalimat-kalimat doa memohon kebajikan dan keselamatan agama, dunia, keluarga, dan harta. Sungguh, bait doa yang paripurna.
Betapa Allah Ta’ala sangat menyayangi kita, hamba-hamba-Nya, hingga kalimat untuk memohon kepada-Nya pun kita diajarkan. Perhatikanlah substansi kalimat ini. Agama, dunia, keluarga, dan harta adalah empat perkara yang sangat rentan terhadap kerusakan. Wal’iyadzu billah.
Pertama, agama.
Kita dapat menyaksikan di zaman ini, ada saja orang-orang yang tidak begitu mempertimbangkan ajaran agamanya sendiri, yaitu Islam. Agama hanya simbol bagi mereka agar mendapat tempat di tengah-tengah masyarakat. Adapun kewajiban dan tuntutan syariat terhadap diri mereka dari sisi iman dan takwa, enggan untuk dilaksanakan, seperti salat, puasa, zakat, dan sebagainya.
Kedua, dunia.
Tidak sedikit pula orang-orang menggantikan keimanan demi perkara duniawi. Seakan mereka yakin bahwa Allah akan memberikan kesempatan hidup seribu tahun lagi. Padahal, mereka sendiri sadar bahwa kisaran umur umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanyalah 60 – 70 tahun saja. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
“Umur umatku antara 60 hingga 70. Dan sedikit dari mereka yang melebihi itu.” (HR. Tirmidzi no. 3550, Ibnu Majah no. 4236 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Lantas, apakah gerangan yang dapat mendorong kita untuk mengedepankan dunia daripada masa depan akhirat kelak?
Ketiga, keluarga.
Keluarga merupakan amanah dari Allah Ta’ala, untuk kita berikan pendidikan, pembinaan, dan kasih sayang dengan sebaik-baiknya dalam rangka memperoleh rida Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At Tahrim: 6)
Selain diberikan petunjuk jalan yang lurus dan istikamah dalam keimanan dan ketakwaan, kita pun tentunya ingin agar keluarga yang kita cintai diberikan perlindungan oleh Allah Ta’ala dari segala marabahaya yang dapat menimpa. Oleh karenanya, sangat penting bagi kita untuk senantiasa menjaga keluarga kita dari segala ancaman baik duniawi maupun ukhrawi.
Keempat, harta.
Saudaraku, dengan harta, kita dapat melakukan banyak sekali kebajikan. Kita bisa beribadah haji ke baitullah, memberi bantuan materi kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan, membangun masjid dan sekolah-sekolah, dan berbagai manfaat lainnya. Namun, tidak jarang pula, kita lihat orang-orang yang terkenal dengan harta melimpah, tetapi di saat yang bersamaan, hartanya bisa punah, hilang, atau hancur karena berbagai musibah, seperti kebakaran, pencurian, atau menjadi korban penipuan. Wal’iyadzu billah.
Karenanya, mohonlah pertolongan Allah Ta’ala, tidak hanya agar ditambahkan harta atau rezeki, tetapi juga agar Allah Ta’ala memberikan penjagaan terhadap harta kita, serta diberikan hidayah untuk menginfakkannya di jalan agama Allah.
Permohonan agar kehormatan dijaga dan perlindungan dari rasa takut
اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى
Kehormatan dan ketentraman dari rasa takut merupakan dua hal yang diinginkan oleh semua manusia. Tidak ada orang yang menginginkan kehormatan atau aibnya diketahui oleh orang lain. Tidak pula ada yang menginginkan selalu berada dalam rasa cemas, khawatir, dan takut dari segala macam ancaman yang mungkin menimpanya. Mari kita renungkan dua hal ini lebih dalam.
Pertama, kehormatan.
Saudaraku, janganlah menjadi penyebab Allah Ta’ala membuka aib kita di hadapan orang banyak dengan kita menceritakan aib orang lain. Ya, menceritakan aib saudara kita sama saja dengan mengundang murka Allah Ta’ala. Karena, bisa jadi setelahnya, aib kita akan dibuka oleh Allah Ta’ala sebagai hukuman bagi kita di dunia.
Tidak ada seorang pun yang tidak punya dosa di dunia ini. Hanya saja, kita masih dipandang baik di tengah-tengah masyarakat, itu karena Allah Ta’ala masih menutup aib-aib kita. Bukankah demikian?
Coba bayangkan, apabila Allah Ta’ala murka kepada kita, kemudian orang-orang yang tadinya menghargai, menghormati, dan meneladani kita tahu tentang aib-aib kita, yang sebelumnya hanya Allah Ta’ala dan kita saja yang tahu. Betapa hinanya kita di hadapan hamba-hamba Allah yang lain. Na’udzu billah.
Oleh sebab itu, mohonlah kepada Allah agar aib dan aurat kita ditutup oleh Allah Ta’ala. Namun, jangan lupa, barengi permohonan kita itu dengan perbuatan yang baik dan jangan pernah menyingkap aurat orang lain, dengan sengaja menceritakan keburukannya, mempermalukannya, dan menjatuhkannya.
Kedua, ketentraman dari rasa takut. Kegelisahan dan kecemasan merupakan perasaan yang lazim dirasakan oleh manusia dengan berbagai sebab dan alasan. Baik karena persoalan ekonomi, sosial, dan berbagai aspek lainnya, khususnya dalam menghadapi kehidupan dunia yang penuh tantangan. Allah Ta’ala berfirman,
اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Mengingat Allah Ta’ala adalah kunci ketenangan jiwa. Tetapi, apakah kita sudah senantiasa mengingat Allah dengan selalu melantunkan zikir-zikir mulia yang menemani aktivitas kita setiap waktu? Maka, mohonlah kemudahan itu kepada Allah melalui doa dan zikir ini.
Memohon penjagaan Allah Ta’ala dari multisumber marabahaya
اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ
Sebagai seorang mukmin, kita beriman kepada hal yang gaib dan berikhtiar dengan segala hal yang syar’i dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan saat ini dan yang akan datang. Karenanya, tidak dipungkiri pula bahwa selain hal-hal yang bersifat materil, ancaman terhadap diri kita dan keluarga kita bisa pula datang dari hal-hal yang bersifat imateril.
Sebagaimana kita tahu bahwa cobaan berupa godaan dan kecelakaan terhadap manusia, bukan saja berasal dari perkara yang terlihat secara visual. Tetapi, juga datang dari hal yang tak terlihat, seperti sihir-sihir, baik dari jin maupun manusia, berupa: leak, santet, suanggi, palasik, pelet, dan sejenisnya. Wal’iyadzu billah.
Karenanya, dalam Al-Qur’an, kita diajarkan untuk senantiasa membaca surah An-Nas di mana di dalamnya terdapat doa memohon perlindungan kepada Allah dari jin dan manusia yang membisikkan kejahatan kepada manusia.
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ, مَلِكِ النَّاسِۙ, اِلٰهِ النَّاسِۙ, مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ, الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ, مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
“Katakanlah, “Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia, Raja manusia, Sesembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. An-Nas: 1-6)
Perhatikan kalimat zikir ini. Kita diberikan/diajarkan doa langsung oleh Allah Ta’ala melalui rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam untuk kita amalkan agar mendapat perlindungan dari berbagai macam marabahaya yang datang dari depan, dari belakang, dari kanan, dari kiri, dari atas, serta dari bawah. Subhanallah! Praktikkan segera zikir ini pada waktu pagi dan petangmu!
Maka, jelaslah bahwa apapun sarana yang digunakan oleh orang-orang yang meyakininya sebagai pelindung selain dari amalan-amalan sunah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, merupakan tempat berlindung yang sangat lemah. Sadarilah bahwa Allah Ta’ala telah memberikan sebaik-baik petunjuk kepada kita untuk memohon perlindungan kepada-Nya melalui zikir ini yang dipraktikkan dengan haqqul yaqin.
Saudaraku, dengan mempelajari dan mendalami makna dari salah satu zikir pagi ini, kita dapat memahami bahwa betapa sempurnanya ajaran agama Islam yang mulia ini. Apabila kita senantiasa mempraktekkan zikir pagi yang jelas-jelas bersumber dari hadis sahih ini, maka insyaAllah perlindungan Allah Ta’ala akan dianugerahkan kepada kita. Namun, jangan lupa pula bahwa kita tetap selalu mendekatkan diri kepada Allah, menjauhi segala potensi dosa-dosa yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah Ta’ala. Semoga kita semua dikaruniai iman dan takwa yang dapat mendekatkan diri kita selalu kepada Allah Ta’ala.
Wallahu A’lam
***
Penulis: Fauzan Hidayat
Sumber: https://muslim.or.id/91028-amalan-perisai-diri.html
Copyright © 2024 muslim.or.id