Analogi Gus Baha Tentang Kebolehan Maulid

Analogi Gus Baha Tentang Kebolehan Maulid

Berikut ini analogi Gus Baha tentang kebolehan Maulid. Hal ini ia sampaikan ketika mengisi ceramah dalam salah satu acara maulid. Pendapat mengenai kebolehan merayakan maulid dikutip dari kitab karya Abuya Assayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliki yang berjudul Haula al-Ihtifal bi dzikri Maulid an-Nabawiyi al-Syarif beliau menjelaskan beberapa dalil mengenai kebolehan merayakan maulid 

Pertama: Beliau membacakan dawuh Abuya Sayyid Muhammad yang menceritakan dalam kitabnya perihal sosok Abu Lahab yang senang terhadap hari lahirnya Nabi Muhammad. Yang mana Abu Lahab mendapat keringanan siksa setiap hari senin lantaran dia memerdekakan budaknya yang bernama Tsuaibah. 

 Menurut Gus Baha’ hal itu dilakukan oleh Abu Lahab sebagai bentuk partisipasi dari rasa senang dan Bahagia atas lahirnya Baginda Nabi Muhammad Saw. Lalu beliau membacakan kutipan Sayyid Muhammad dari muhaddist Addimisykiy bahwa beliau berkata;

 “Jika seorang Abu Lahab yang orang kafir dan orang yang dicela oleh Allah bahkan celaannya abadi dalam Al-qur’an yaitu surat Al-lahab bisa mendapat keberkahan maulid karena partisipasinya yaitu dengan memerdekakan budaknya, lantas bagaimana dengan orang yang sepanjang umurnya mencintai dan senang terhadap lahirnya Nabi Muhammad dan dia mati dalam keadaan bertauhid”.

Kedua: Adalah analogi beliau yang berbunyi “misalnya ada seorang anak yang belum jelas prospeknya apakah saleh atau tidak saja orang tuanya merasa bahagia dan senang dengan kelahirannya, dan itupun tidak ada yang menggugat kenapa dia senang? Padahal tidak jelas prospek sang anak, lalu bagaimana dengan Nabi Muhammad yang Sudah jelas kesalehannya” . 

Perkataan beliau yang demikian didapat dari teori analogi yang dikemukakan oleh Abuya Sayyid Muhammad dalam kitab Haula al-Ihtifal bi dzikri Maulid an-Nabawiyi al-Syarif  bahwa “ tidak dibenarkan bagi orang yang berakal bertanya karena apa kamu merayakan maulid?”. Lalu Sayyid Muhammad melanjutkan dawuhnya “apakah terbayang bagi seorang muslim yang membaca syahadat bertanya kenapa senang merayakan maulid Nabi Muhammad Saw”.

Gus Baha mengatakan bahwa ada kajian ilmiah dari dua dalil yang mendasari kebolehan merayakan maulid di atas. Dua dalil yang dikemukakan oleh Sayyid Muhammad di atas juga sebagai bentuk counter terhadap kelompok yang membid’ahkan adanya perayaan maulid Nabi. Jadi, kebolehan merayakan Maulid Menurut Gus Baha’ adalah dengan cara mengambil pemahaman dari dua dalil yang dikemukakan oleh Abuya Sayyid Muhammad.

Demikian penjelasan mengenai penjalasan Gus Baha tentang kebolehan merayakan Maulid. Semoga bermanfaat. Wallahu ‘alam.

BINCANG SYARIAH