BAGI manusia normal, harga diri adalah kehormatan diri yang menentukan nilai diri sebagai orang mulia atau orang hina. Orang normal akan mengorbankan apa saja demi harga dirinya tetap terjaga mulia. Orang yang tidak normal akan berpikir sebaliknya, tak apa kehilangan harga diri yang penting tak rugi secara duniawi. Kecuranganpun dilakukan, bahkan menjual diripun dilakukan.
Allah menciptakan manusia dalam bentuk terindah dengan kemuliaan sempurna. Namun ada saja manusia yang merusak keindahan dan kemuliaan dirinya dengan perilaku tercelanya. Turunlah derajatnya ke ‘asfala saafiliin’ (derajat terbawah). Na’udzu billaah. Hidup adalah pertaruhan dan pertarungan. Menangkanlah harga diri.
Kisah nyata berikut adalah contoh kasus pertaruhan dan pertarungan yang saya maksud. Seorang pencuri berhasil mencuri ayam jago kesayangan seorang warga. Pencuri itu dikejar tapi berhasil lolos. Pemilik ayam jago menangis sedih berpisah dengan ayamnya. Pencurinya sepertinya bahagia karena berhasil membawa ayam itu. Keadaanpun berubah dalam hitungan jam. Ternyata hape (handphone) pencuri itu terjatuh saat dikejar. Diketemukan pemilik ayam di rerumputan semak-semak. Hape nya lumayan bagus, lebih mahal harganya ketimbang harga ayam itu.
Pemilik ayam itu sesungguhnya sangat mudah melacak siapa pencuri itu. Ini pelajaran berharga bagi para pencuri agar tidak membawa hape saat mencuri. Pemilik ayam itu menulis pengumuman di twitter sebagaimana terlampir foto kecerannya berikut ini. Singkatnya dia berkata: “Bagi pencuri yang merasa kehilangan hape, datanglah ke sini kembali untuk ambil hapenya. Namun, bawa sertalah ayam jago saya. Ada ayam jago, ada hape.”
Benar-benar pertaruhan harga diri, bukan? Apakah pencuri itu akan kembali demi hape atau dibiarkan saja hape itu demi harga diri? Nah, cobalah baca dulu foto capture berikut ini. Salam, AIM. [*]