Dalam kajian sebelumnya telah kita bahas bahwa tujuan puasa adalah meraih ketakwaan. Berpuasa bukan hanya menahan lapar dan haus, namun yang jauh lebih penting adalah menjaga jiwa dari sifat-sifat tercela. Menjaga mata dari memandang yang haram, menjaga telinga dari mendengar yang haram, khususnya menjaga lisan dari ucapan yang menyakiti.
Islam tidak pernah memberi celah untuk ejekan dan cacian. Walau kepada musuh sekalipun.
Di bulan Ramadhan khususnya, hendaknya lisan kita ikut untuk berpuasa. Sebagaimana digambarkan dalam kisah Maryam as,
فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا
Maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” (QS.Maryam:26)
Seakan kisah ini ingin menggambarkan bahwa salah satu yang amat penting untuk dijaga diwaktu puasa adalah lisan.
Rasulullah saw pernah berpesan,
Kalau sampai engkau diganggu dan dicaci, ucapkanlah “Aku sedang berpuasa.”
Ejekan muncul karena merasa lebih baik dan lebih suci. Bukankah Al-Qur’an sering berpesan,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).” (QS.Al-Hujurat:11)
Apabila ada kesalahan yang dilakukan orang lain, bersyukur lah didalam hati bahwa kita tidak terjerumus dalam kesalahan yang sama. Islam tidak pernah mengizinkan untuk mencaci orang yang salah. Jika mampu, tegur lah ia dengan cara yang paling lembut.
Apabila ada kekurangan dalam fisik orang lain, janganlah merendahkannya. Karena mencaci orang yang berkekurangan sama dengan mencaci penciptanya.
Pantaskah seorang makhluk menghina penciptanya?
BAyar Zakat MAll yuk… klik di sini!