Apa itu hadis hasan? Hadis hasan adalah hadis yang sanadnya tersambung, dengan perantara perawi yang adil, yang sedikit lemah hafalannya, tidak ada syadz (berbeda dengan hadis yang lebih shahih) dan illat (penyakit).
Al-hasan secara bahasa merupakan sifat musyabahah dari kata al-husna yang berarti al-jamal, yang baik / bagus. Secara istilah, ulama hadits berbeda pendapat mengenai definisi hadits hasan sebab tingkatan hadits hasan berada di pertengahan antara sahih dan daif.
Imam Tirmizi mendefinisikannya sebagai hadis yang perawinya tidak ada yang dicurigai pembohong, tidak bertentangan dengan hadis lain, dan diriwayatkan lebih dari satu sanad. Namun definisi yang lebih disepakati para ulama hadis adalah definisi yang disebutkan pada awal artikel, pengertian itu didapat berdasarkan pendapat Ibnu Hajar tentang hadis sahih.
Berdasarkan pengamalannya, sebagaimana hadits sahih, hadis hasan dapat dijadikan sebagai ranah penggalian hukum-hukum Islam sekalipun tidak sekuat hadits sahih, mayoritas para ahli fikih dan usul fikih menggunakannya sebagai landasan dalil kecuali para ulama yang tergolong mutasyaddid (keras).
Terkadang para ulama yang mutasahil (tidak terlalu ketat) seperti Ibnu Hibban, al-Hakim dan Ibnu Khuzaimah menggolongkan hadis hasan sebagai hadis sahih.
Contoh hadis hasan ditemukan dalam Sunan Tirmidzi;
إن أبواب الحنة تحت ظلال السيوف
Artinya; Sesungguhnya pintu surga berada di bawah bayangan pedang. (HR. Tirmizi)
Menurut Imam Tirmizi, hadits ini adalah hadis hasan gharib. Gharib karena diriwayatkan oleh satu jalur perawi. Sementara hadis ini dinilai hasan karena empat perawinya tsiqah (terpercaya) kecuali Ja’far bin Sulaiman al-Dha’i yang kekuatan hafalannya sedikit lemah sehingga hadis ini dari sahih turun derajatnya menjadi hasan.
Contoh Sanad Terbaik dalam Hadits Hasan
Tingkatan pertama sanad terbaik dalam hadits hasan adalah yang diriwayatkan dari Bahzu bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya dan Amru bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya dan Ibnu Ishaq dari al-Taimy. Ada yang berpendapat ini termasuk rantai sanad sahih, atau bisa dikatakan sanad terendah dalam tingkatan sanad hadis sahih.
Kemudian tingkatan kedua adalah perawi yang masih diperdebatkan apakah ia tsiqah atau tidak. Seperti hadisnya Harits bin Abdullah dan ‘Ashim bin Dhamrah dan Hajjah bin Arthah dan selainnya.
Maksud Perkataan Shahih al-Isnad dan Hasan al-Isnad
Ucapan hadza hadits shahiihu al-isnad berbeda dengan ucapan hadza haditsun shahihun. Demikian juga ungkapan hadza hadits hasanu al-isnad berbeda dengan hadza haditsun hasanun.
Hasanu al-isnad maksudnya sanadnya hasan tapi matannya belum tentu bebas dari syadz dan illat. Demikian pula perkataan haditsun shahihun berarti riwayat hadis tersebut memenuhi lima syarat yang harus dimiliki hadis sahih. Sedang shahihul isnad maksudnya, berarti hadis tersebut baru memenuhi tiga syarat hadis sahih (sanad tersambung, perawi adil dan perawi kuat hafalan) sedang dua syarat terkait matan (bebas dari syadz dan illat) tidak terpenuhi.
Kitab yang Memuat Hadits Hasan
Para ulama hadits tidak membukukan kitab khusus yang memuat hadis hasan sebagaimana mereka membukukan hadis sahih dalam satu kitab. Akan tetapi terdapat kitab yang sekiranya memuat banyak hadis hasan di dalamnya, di antaranya;
1. Kitab Jami’ al-Tirmidzi yang terkenal dengan nama Sunan al-Tirmidzi. Kitab ini merupakan sumber mengetahui tentang hadits hasan. Imam Tirmidzi dianggap yang telah memashurkan istilah hadis hasan dan memang beliau banyak menyebut itu dalam kitabnya.
2. Sunan Abi Dawud. Dalam suratnya kepada penduduk Makkah, Abu Dawud menuliskan bahwa dalam kitabnya itu ia menyebutkan hadis sahih dan yang serupa dengannya atau mendekatinya, juga yang terdapat cacat yang dia beri keterangan. Jika beliau tidak menyebutkan komentarnya berarti hadis itu salih. Maka jika terdapat dalam kitabnya hadis yang beliau tidak jelaskan kedhaifannya dan tidak ada keterangan tentang pendapat ulama yang mensahihkannya, maka bagi Abu Dawud hadis tersebut hasan.
3. Sunan al-Daruquthni, dalam kitab tersebut al-Daruquthni banyak menyebutkan hadits hasan.