Islam sebagai finalisasi agama yang diturunkan Allah merupakan penyempurna risalah-Nya dari sejak mula diturunkan. Dengan demikian, Islam adalah syamil, tinggi dan luhur. Tidak satu agama dan keyakinan yang melampauinya. Ia sebagai agama yang paling benar seperti disampaikan langsung oleh Allah dalam al Qur’an.
Sejatinya, Islam tidak perlu dibela dari tuduhan-tuduhan yang dilekatkan kepadanya. Seperti radikalisme dan terorisme. Kesempurnaan agama Islam dibela atau tidak tetap saja tidak berubah. Akal sehat akan dengan mudah memahami ajaran-ajaran Islam yang menebarkan kasih sayang, peduli kemanusiaan dan keadilan. Ini tidak bisa dipungkiri.
Argumentasi bahwa Islam tidak mengajarkan radikalisme dan terorisme ditulis oleh Muhammad bin Ibrahim Alhamdi dalam karyanya Qishshah al Basyariah. Menurutnya, tuduhan Islam sebagai penyebab radikalisme dan terorisme adalah mengada-ada. Karena, Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang (rahmat), keramahan dan toleransi. Kalaupun terpaksa menghunus pedang dari sarungnya untuk jihad fi sabilillah, itu seperti dipan di ruang dokter yang berfungsi untuk menyembuhkan penyakit pasien.
Menghunus pedang adalah sebagai upaya untuk membela diri dan menyadarkan manusia dari kekeliruannya. Kalau musuh menyerang, maka tidak ada jalan lain kecuali menghunus pedang.
Jihad dalam Islam bukan mengalirkan darah dan penghilang nyawa. Jihad hanya bertujuan untuk menegakkan hukum-hukum Allah dan menunjukkan manusia kepada jalan penghambaan yang sebenarnya; menyembah Allah. Tujuannya supaya manusia menjadi mulia.
Umat Islam adalah umat terbaik dari umat yang lain. Sebagai umat terbaik, selalu bersungguh-sungguh menjalankan perintah Allah yang diantaranya adalah menolong manusia. Dalam posisi kuat umat Islam menjadi rahmat dan memberlakukan hukum secara adil. Tidak mengintimidasi, menindas dan apalagi memerangi.
Sejarah telah membuktikan hal ini. Disetiap belahan bumi yang dikuasai oleh umat Islam pasti kecemerlangan melingkupi wilayah tersebut. Kedamaian dan perlindungan terhadap hak-hak manusia tanpa melihat agama masing-masing berjalan dengan sempurna. Lihatlah, seperti pada masa khulafaur rasyidin, pada setiap peperangan bukankah mereka tidak membunuh orang tua, anak-anak dan kaum wanita?
Ini semua karena mereka meneladani Nabi. Di saat orang-orang yang sebelumnya memusuhi bahkan melakukan intimidasi dan kekerasan kepada beliau, tapi setelah mereka berhasil dilumpuhkan Nabi tidak melakukan intimidasi dan kekejaman yang sama seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Nabi memaafkan.
Negeri-negeri taklukan Islam tidak dibumihanguskan. Umat Islam bahkan tidak berani menebang pohon karena akan merusak lingkungan. Rumah-rumah tempat ibadah agama lain juga tidak dihancurkan. Apalagi membunuh musuh yang telah menyerah. Mereka tidak pernah membuat syarat masyarakat negeri taklukan harus menganut agama Islam. Mereka tetap bebas memeluk agama yang diyakini sebelumnya. Kalaupun kemudian mereka berbondong-bondong memeluk agama Islam itu karena akhlak mulia yang diteladankan oleh umat Islam.
Inilah sekelumit argumentasi Muhammad bin Ibrahim Alhamdi sebagai kontra narasi terhadap opini yang menyudutkan agama Islam sebagai agama teroris dan mengajarkan paham radikal. Dalam kitab ini ia menjelaskan dengan sangat lugas tentang ajaran-ajaran agama Islam yang universal. Menghargai perbedaan, mengedepankan toleransi, kedamaian dan keramahan. Kesimpulannya, radikalisme dan terorisme bukan ajaran Islam.