Terimalah Taubat Kami Yaa Allah

Allah Maha Pengampun

Saudara-saudaraku, manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Semua orang pasti pernah berbuat dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah yang rajin bertaubat kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

قُلۡ يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Az-Zumar [39] : 53).

Saudara-saudaraku, kezaliman apa pun yang pernah kau lakukan, maka ketahuilah bahwa pintu ampunan Allah sangatlah lebar. Allah Ta’ala berfirman:

وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغۡفِرَةٖ لِّلنَّاسِ عَلَىٰ ظُلۡمِهِمۡۖ وَإِنَّ رَبَّكَ لَشَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ

Sesungguhnya Rabbmu adalah pemilik ampunan bagi umat manusia atas kezaliman mereka, dan sesungguhnya Rabbmu benar-benar keras siksanya. (QS. Ar-Ra’d [13] : 6).

Saudara-saudaraku, kemanakah hendak kau cari ampunan itu kalau bukan kepada-Nya yang berada di atas langit sana?? Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغۡفِرَةٖ وَذُو عِقَابٍ أَلِيمٖ

Sesungguhnya Rabbmu adalah pemilik ampunan sekaligus pemilik siksaan yang amat pedih.” (QS. Fushshilat [41] : 43).

Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan membenci orang-orang yang berpaling

Saudara-saudaraku, tidakkah engkau ingin termasuk orang-orang yang dicintai-Nya, tidakkah engkau ingin menjadi orang yang diampuni kesalahan dan dosa-dosanya? Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلۡمُتَطَهِّرِينَ

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang rajin bertaubat dan (Allah) mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al-Baqarah [2] : 222).

Saudara-saudaraku, apakah kamu enggan untuk bertaubat dan menerima ampunan dari-Nya? Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang. Allah Ta’ala berfirman:

أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى ٱللَّهِ وَيَسۡتَغۡفِرُونَهُۥۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ

Apakah mereka tidak mau bertaubat kepada Allah dan meminta ampunan-Nya. Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Maa’idah [5] : 74).

Saudara-saudaraku, apakah kita tidak ingin terbebas dari azab yang sangat pedih? Apakah kita tidak ingin mendapatkan kebaikan? Allah Ta’ala berfirman:

فَإِن تُبۡتُمۡ فَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَإِن تَوَلَّيۡتُمۡ فَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّكُمۡ غَيۡرُ مُعۡجِزِي ٱللَّهِۗ وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

Apabila kalian bertaubat maka itulah yang lebih baik bagi kalian. Apabila kalian justru berpaling, ketahuilah bahwa kalian tidak akan bisa melemahkan Allah, dan berikanlah kabar gembira untuk orang-orang kafir bahwa mereka akan mendapatkan siksa yang amat pedih. (QS. At-Taubah [9] : 3).

Saudara-saudaraku, kembalilah kepada Dzat Yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, sungguh Dia tidak akan menyia-nyiakan doa dan amal-amal kalian. Nabi Syu’aib ‘alaihis salam memerintahkan kepada kaumnya, sebagaimana tercantum dalam ayat:

وَٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِۚ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٞ وَدُودٞ

Mintalah ampunan kepada Rabb kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya, sesungguhnya Rabbku Maha pengasih lagi Maha penyayang.” (QS. Hud [11] : 90).

Saudara-saudaraku, marilah kita sambut kebahagiaan dan kesuksesan hidup dengan senantiasa bertaubat kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

وَتُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ

Bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, agar kalian berbahagia. (QS. An-Nur [24] : 31).

Allah gantikan dosa-dosa dengan kebaikan dan merekalah orang yang beruntung

Saudara-saudaraku, tidak inginkah kita amal-amal buruk dan kemaksiatan kita terhapus dan dimaafkan oleh Allah kemudian Allah gantikan dengan kebaikan dan ketaatan kepada-Nya? Allah Ta’ala berfirman :

إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلٗا صَٰلِحٗا فَأُوْلَٰٓئِكَ يُبَدِّلُ ٱللَّهُ سَيِّ‍َٔاتِهِمۡ حَسَنَٰتٖۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا

Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan melakukan amal salih, maka mereka itulah orang-orang yang akan diganti kejelekan mereka dengan kebaikan. Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Furqan [25] : 70).

Saudara-saudaraku, marilah kita gapai ampunan Allah dan keberuntungan dari-Nya dengan taubat yang murni, iman yang tulus dan lurus, serta amal yang ikhlas dan mengikuti tuntunan. Allah Ta’ala berfirman :

فَأَمَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا فَعَسَىٰٓ أَن يَكُونَ مِنَ ٱلۡمُفۡلِحِينَ

Adapun orang yang bertaubat, beriman, dan beramal salih, maka semoga saja dia termasuk golongan orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Qashash : 67).

Saudara-saudaraku, Allah Maha Mengetahui isi hati kita dan keinginan-keinginan yang terbetik di dalamnya. Tidakkah kita tergerak untuk segera menyambut ampunan-Nya dan bersimpuh di hadapan-Nya untuk memperbaharui taubat kita. Allah Ta’ala berfirman :

وَهُوَ ٱلَّذِي يَقۡبَلُ ٱلتَّوۡبَةَ عَنۡ عِبَادِهِۦ وَيَعۡفُواْ عَنِ ٱلسَّيِّ‍َٔاتِ وَيَعۡلَمُ مَا تَفۡعَلُونَ

Dialah (Allah) yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan. Allah Maha mengetahui apa yang kalian lakukan.” (QS. Asy-Syura [42] : 25).

Ya Allah, terimalah taubat hamba-hamba-Mu ini…

Sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang…

Penulis: Ari Wahyudi

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/9999-terimalah-taubat-kami-yaa-allah.html

Nasihat Imam Nawawi dari Banten Supaya Selamat di Dunia

Imam Nawawi al-Batani menyampaikan nasihat agar selamat dari fitnah dunia.

Imam Nawawi al-Bantani, dalam kitabnya Nashaih al-Ibad, mengutip nasihat-nasihat dari Syafiq Al Bakhli, seorang ulama yang terkenal sangat wara’dan zahid. Nasihat ini begitu berharga, sehingga pantas bagi kita merenungkannya dalam upaya untuk memaksimalkan kesempatan beribadah selama hidup di dunia.  

Pertama, teruslah beribadah kepada Allah SWT sebab manusia pasti membutuhkan-Nya. Allah SWT telah memberikan fitrah kepada manusia agar beriman kepada-Nya. Bahkan, sebelum manusia itu sendiri lahir ke dunia, Allah SWT telah mengambil janji seluruh keturunan Adam untuk meyakini bahwa hanya Allah SWT satu-satunya Tuhan yang harus disembah. 

Kedua, ambillah harta duniawi sekadar cukup memenuhi hidup. Sebagaimana ketika sedang makan, Rasulullah SAW menganjurkan untuk mengatur perut kita, dengan tidak memenuhi perut dengan makanan hingga tanpa batas. 

Kita pun mesti menyisihkan sepertiga isi perut untuk makan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga lagi untuk bernapas. Maka, be gitu juga dengan urusan dunia, kita diperintahkan Allah SWT untuk mengambil seperlunya saja sebagai penguat untuk beribadah kepada-Nya. 

Ketiga, berbuat maksiatlah kepada Allah jika kalian kuat menahan siksa-Nya. Alangkah malunya seorang manusia yang telah dikaruniai kepadanya nikmat yang berlimpah, tapi berani bermaksiat kepada Allah. Maka, bersiaplah menerima siksa api neraka yang menyala-nyala hingga menembus kulit. 

Keempat, persiapkan bekal di dunia menurut ukuran lamanya tinggal di alam kubur. Jika melihat umur manusia yang begitu singkat di dunia, dan begitu panjang akan tinggal di alam kubur, tentu ia akan berusaha untuk menjadikan hidupnya penuh arti dan tak sia-sia belaka. Demikian pula tentunya akan semakin dekat dan takut kepada Allah SWT. 

Kelima, beramallah untuk meraih surga sesuai dengan tingkatan yang diinginkan. Allah SWT telah menjanjikan surga-surga yang indah kepada mereka yang dekat dan bertakwa kepada Allah SWT. Semakin baik amalan diperbuat, akan semakin tinggi tingkatan surga yang akan kita dapatkan. Semoga Allah SWT menjadikan kita orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak dengan memperoleh surga keabadian. 

KHAZANAH REPUBLIKA


Mendengarkan Al-Qur’an adalah Pintu Menuju Rahmat Allah swt

Allah swt berfirman :

وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

‘Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat.” (QS.Al-A’raf:204)

Allah swt memerintahkan kita untuk bukan sekedar mendengar ketika Al-Qur’an dibacakan. Tapi yang dimaksud adalah mendengarkan dengan perhatian. Dan disana Allah swt telah berjanji akan mengucurkan Rahmat-Nya kepada mereka yang mau menjalankan perintah ini.

Karena Al-Qur’an adalah kitab rahmat, siapa yang membacanya akan mendapat rahmat dan siapa yang mendengarnya juga akan mendapat rahmat. Apalagi bagi mereka yang mendengarkan lalu mengamalkannya, maka kehidupannya akan dipenuhi dengan rahmat Allah swt.

Ketahuilah bahwa mendengarkan Al-Qur’an adalah pintu untuk masuk ke dalam halaman keagungan Al-Qur’an. Dari mendengarkan itu akan muncul kecintaan untuk membacanya dan muncul gerakan dalam hati untuk mengamalkannya.

Bila untuk mendengar Al-Qur’an saja seseorang tidak punya waktu, bagaimana mungkin ia akan mengamalkan isinya?

Karena itu mendengarkan Al-Qur’an merupakan proses yang sangat penting untuk kita bisa hidup sesuai konsep Al-Qur’an. Mendengarkan isi Al-Qur’an adalah pintu untuk kita mencintai Al-Qur’an.

Kemudian diatas semua itu, apakah layak ketika Kalamullah diperdengarkan lalu kita bersikap acuh tak acuh dan meremehkannya? Kemudian tidak ada rasa takut sama sekali dalam hati kita padahal benda-benda mati di dunia ini bergetar dan khusyuk dihadapan Al-Qur’an.

Allah swt berfirman :

لَوۡ أَنزَلۡنَا هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ عَلَىٰ جَبَلٖ لَّرَأَيۡتَهُۥ خَٰشِعٗا مُّتَصَدِّعٗا مِّنۡ خَشۡيَةِ ٱللَّهِۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَمۡثَٰلُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ

“Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.” (QS.Al-Hasyr:21)

Ingatlah dan renungkanlah bahwa yang memerintahkanmu untuk mendengar perkataan-Nya adalah Dia yang memberimu pendengaran.

Semoga bermanfaat..

KHAZANAH ALQURAN

Kala Shalat Jadi Media Istirahat dan Penghilang Rasa sakit

Rasulullah SAW dan generasi salaf menjadikan shalat media istirahat.

Rasulullah SAW dan para sahabat dahulu menjadikan shalat sebagai terminal peristirahatan setelah hati ini lelah menjalani kehidupan, setelah jiwa ini penat menapaki ujian hidup yang begitu berat.

Bila masuk waktu shalat, Rasulullah memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan seraya berkata, ”Wahai Bilal, tenteramkan hati kami dengan shalat.” (HR Daruqutni) Bagi seorang aktivis dakwah, shalat bisa menjadi ajang untuk kembali menjernihkan dan menyegarkan hati.

Bersyukurlah kita karena Allah SWT telah memerintahkan kepada kita shalat lima kali dalam sehari. Itu artinya lima kali input energi yang bisa kita dapatkan. Namun, Rasulullah bersabda, ”Betapa banyak yang melakukan shalat, namun ia hanya mendapatkan letih dan payah.”(HR an-Nasai). 

Hadis ini mengisyaratkan bahwa tidak selamanya shalat yang kita lakukan akan berpengaruh kepada ketenangan jiwa dan mengembalikan kesegaran hati yang tidak terhingga. Salah satu syarat diterimanya shalat adalah dengan memusatkan seluruh perhatian kita terhadap gerakan shalat yang kita lakukan atau yang lebih dikenal dengan kata khusyuk. 

Khusyuk, menurut Imam Ghazali, adalah hudurul qalbi, menghadirkan segenap hati, perhatian dan ketundukan kita kepada Allah SWT. Umar Radiyallahu’anhu berkata, ”Khusyuk bukanlah menundukkan kepala, melainkan menghadirkan hati.” 

Alquran menempatkan orang-orang yang khusyuk dalam shalat sebagai orang-orang beruntung, ”Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang beriman, [yaitu] orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.” (QS. 23: 1-2) Inilah mungkin shalat yang–seperti diisyaratkan Rasulullah, dapat kembali menyegarkan jiwa, bukan hanya gerakan-gerakan shalat tanpa makna dan pengaruh dalam kehidupan sehari-hari kita. 

Bahkan, Ali bin Abi Thalib menjadikan shalat sebagai penghilang rasa sakit ketika beliau terluka oleh panah dan harus dicabut dari tubuhnya. Itulah orang-orang saleh. Kekhusyukan mereka dalam shalat membawa ketundukan mereka di luar shalat. 

KHAZANAH REPUBLIKA



Mengenal Nama Allah “Al-Hakiim”

Pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah, sungguh ilmu tentang Allah ‘Azza wa Jalla adalah ilmu yang paling mulia. Tidak ada jalan untuk mengenal Allah melainkan hanyalah melaui nama-nama dan sifat-sifat-Nya.

Penyebutan “Al-Hakiim” dalam Alquran

Dalam banyak ayat Al-Qur’an, Allah Ta’ala mengenalkan salah satu nama-Nya dalam firman-Nya,

وَهُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

“Dan dia adalah “Al-‘Aliim” (Maha mengetahui) dan “Al-Hakiim” (Maha Bijaksana).” (QS. At-Tahriim [66]: 2)

Allah Ta’ala berfirman,

قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

“Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha bijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2]: 32)

Dan juga ayat-ayat lainnya yang sangat banyak menyebutkan nama Allah Ta’ala “Al-Hakiim”.

Dua makna “Al-Hakiim”

Penjelasan Makna “Al-Hakiim”

Para ulama menjelaskan bahwa “Al-Hakiim” memiliki dua makna,

  • “Al-Hakiim” dengan makna “Al-Haakim”  (الحاكم)

Yaitu, Allah Ta’ala adalah Dzat yang berhak untuk membuat hukum. Hukum Allah Ta’ala itu ada dua, yaitu hukum syar’i dan hukum kauni.

Hukum syar’i adalah syariat agama yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serta terkandung dalam Al-Qur’an dan As-SunnahAllah Ta’ala berfirman berkaitan dengan hukum syar’i sebagai penutup ayat yang menceritakan tentang hukum terkait pernikahan dan mahar,

ذَلِكُمْ حُكْمُ اللَّهِ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

“Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Mumtahanah [60]: 10)

Adapun hukum kauni adalah apa yang Allah Ta’ala tetapkan kepada hamba-Nya, baik berupa penciptaan, rizki, hidup, mati, dan semacamnya. Allah Ta’ala berfirman tentang salah satu saudara Yusuf,

فَلَمَّا اسْتَيْأَسُوا مِنْهُ خَلَصُوا نَجِيًّا قَالَ كَبِيرُهُمْ أَلَمْ تَعْلَمُوا أَنَّ أَبَاكُمْ قَدْ أَخَذَ عَلَيْكُمْ مَوْثِقًا مِنَ اللَّهِ وَمِنْ قَبْلُ مَا فَرَّطْتُمْ فِي يُوسُفَ فَلَنْ أَبْرَحَ الْأَرْضَ حَتَّى يَأْذَنَ لِي أَبِي أَوْ يَحْكُمَ اللَّهُ لِي وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ

“Maka ketika mereka berputus asa dari (putusan) Yusuf, mereka menyendiri sambil berunding dengan berbisik-bisik. Yang tertua di antara mereka berkata, “Tidakkah kamu ketahui bahwa sesungguhnya ayahmu telah mengambil janji dari kamu dengan nama Allah dan sebelum itu kamu telah menyia-nyiakan Yusuf. Sebab itu, aku tidak akan meninggalkan negeri Mesir, sampai ayahku mengizinkan kepadaku (untuk kembali), atau Allah memberi keputusan terhadapku. Dan dia adalah hakim yang sebaik-baiknya.” (QS. Yusuf [12]: 80)

  • Al-Hakiim” dengan makna “Al-Muhkim”  (المحكم)

Yaitu, Allah Ta’ala memiliki sifat hikmah. Makna asal hikmah adalah menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Syariat atau hukum yang Allah Ta’ala tetapkan itu memiliki hikmah. Akan tetapi, ada di antara hikmah tersebut yang kita ketahui dan ada yang tidak kita ketahui. Hal ini karena Allah Ta’ala hanya memberikan kita sedikit ilmu saja, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. Al-Isra’ [17]: 85)

Hukum Allah Ta’ala, baik hukum kauni atau hukum syar’i, semuanya memiliki hikmah. Allah Ta’ala mengatakan,

أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ

“Bukankah Allah adalah hakim yang seadil-adilnya?” (QS. At-Tiin [95]: 8)

Dua Macam Hikmah Allah Ta’ala

Terdapat dua macam hikmah Allah Ta’ala,

Hikmah pertama

Hikmah berupa tatacara ibadah sebagaimana yang Allah Ta’ala syariatkan. Misalnya, tatacara ibadah shalat, sejak mulai dari takbiratul ihram sampai salam. Juga shalat tersebut dimulai dengan bersuci dari hadats, baik hadats besar ataupun hadats kecil. Gerakan shalat juga sudah ditentukan, baik berdiri, ruku’, sujud, atau duduk. 

Demikian pula dalam ibadah zakat. Yaitu ibadah kepada Allah Ta’ala dengan memberikan kelebihan harta yang kita miliki kepada orang-orang yang membutuhkan harta tersebut dan telah ditentukan oleh syariat. 

Hikmah ke dua

Hikmah berupa maksud atau tujuan dari suatu hukum. Hal ini karena semua hukum Allah Ta’ala, baik baik hukum kauni atau hukum syar’i, semuanya memiliki tujuan dan maksud yang baik serta buah (pahala) yang besar. 

Kita lihat misalnya hikmah Allah Ta’ala dari hukum kauni, berupa musibah yang Allah Ta’ala tetapkan untuk hamba-Nya. Musibah tersebut adalah untuk hikmah yang mulia, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum [30]: 41)

Ayat tersebut merupakan bantahan bagi orang-orang yang menganggap bahwa ketetapan Allah itu hanya semata-mata karena kehendak (masyi’ah) saja. 

Demikianlah pembahasan ini, semoga bermanfaat.

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

Catatan kaki:

Disarikan dari kitab Syarh Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, hal. 122-123 (cetakan ke empat tahun 1427, penerbit Daar Ibnul Jauzi KSA) dengan tambahan contoh dari penulis.

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/54573-mengenal-nama-allah-al-hakiim.html

Siapakah Ash-Shiddiquun?

Di antara empat golongan yang Allah Ta’ala sebutkan dalam ayat di atas adalah ash-shiddiquun. Siapakah mereka?

Tunjukilah Kami ke Jalan yang Lurus

Setiap hari, kita berdoa kepada Allah Ta’ala,

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ؛ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

“Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah [1]: 6-7)

Lalu, siapakah orang-orang yang telah Allah Ta’ala beri nikmat tersebut, sehingga kita sangat ingin diberi hidayah agar mengikuti jalan mereka?

Orang-orang yang telah Allah Ta’ala beri nikmat tersebut Allah Ta’ala sebutkan di firman Allah Ta’ala yang lain,

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu  para nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang salih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 69)

Lalu, Siapakah Ash-Shiddiquun?

Di antara empat golongan yang Allah Ta’ala sebutkan dalam ayat di atas adalah ash-shiddiquun. Siapakah mereka? Tafsir atau penjelasan terbaik tentang siapakah ash-shiddiquun ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala,

وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zumar [39]: 33)

Dalam Tafsir Al-Jalalain disebutkan,

{وَاَلَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ} هُوَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {وَصَدَّقَ بِهِ} هُمْ الْمُؤْمِنُونَ

“Dan orang yang membawa kebenaran” maksudnya adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Dan orang yang membenarkannya” maksudnya adalah orang-orang yang beriman.” 

Juga ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala,

وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ أُولَئِكَ هُمُ الصِّدِّيقُونَ

“Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itulah orang-orang shiddiqin.” (QS. Al-Hadiid [57]: 19)

Ketika menjelaskan makna “ash-shiddiquun”, dalam Tafsir Al-Jalalain disebutkan,

الْمُبَالِغُونَ فِي التَّصْدِيق

“Yaitu yang sangat membenarkan.”

Dari ayat-ayat tersebut, kita ketahui bahwa ash-shiddiquun adalah orang yang benar-benar merealisasikan iman dari dalam hatinya. Dan mewujudkan iman tidaklah mungkin terjadi kecuali dengan bersikap jujur (ash-shidqu) dan membenarkan (at-tashdiiq) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Jujur dalam Aqidah, Perkataan dan Perbuatan

Jujur berkaitan dengan aqidah adalah dengan merealisasikan keikhlasan. Dan perkara ini merupakan perkara yang sangat sulit. Sampai-sampai sebagian ulama salaf mengatakan,

ما جاهدت نفسي على شيئ مجاهدتها على الإخلاص

“Aku tidaklah berjuang untuk diriku sendiri melawan sesuatu yang lebih berat daripada mewujudkan ikhlas.” 

Maksudnya, perjuangan mewujudkan keikhlasan adalah perjuangan yang paling berat. 

Jujur berkaitan dengan perkataan adalah dengan berkata-kata (berucap) yang sesuai dengan realita (fakta) senyatanya, baik ucapan itu terkait dengan dirinya sendiri atau terkait dengan orang lain. 

Jujur berkaitan dengan perbuatan adalah dengan menyesuaikan amal ibadahnya dengan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan termasuk jujurnya perbuatan adalah amal tersebut bersumber dari keikhlasan. Jika bukan karena ikhlas, maka bukanlah amal yang jujur. 

Ash-shiddiquun adalah Martabat yang Bisa Diraih Oleh Laki-Laki dan Perempuan

Di antara umat ini, ash-shiddiquun yang paling utama adalah sahabat Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Karena umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling utama -setelah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam- adalah Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

Ash-shiddiquun adalah martabat (kedudukan) yang bisa diraih baik oleh kaum laki-laki ataupun perempuan. Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Isa ‘alaihis salaam,

مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ

“Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul. Sesungguhnya, telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya adalah ash-shddiqah.” (QS. Al-Maidah [5]: 75)

Oleh karena itu, ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah Ash-Shiddiqah binti Ash-Shiddiq (karena ayah beliau adalah Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu)Dan tentu saja, Allah Ta’ala memberikan keutamaan kepada siapa saja di antara hamba-Nya sebagaimana yang Allah Ta’ala kehendaki. 

[Selesai]

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/54543-siapakah-ash-shiddiquun.html

Hari Valentine : Hari Zina Internasional

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah

Di antara bencana yang menimpa pemuda Islam adalah sikap latah meniru kebiasaan orang kafir. Salah satu di antaranya, memeriahkan Valentine’s DayValentine’s day, 100% datang dari orang kafir.

Kita semua sepakat bahwa valentine datang dari budaya non muslim. Terlalu banyak referensi tentang sejarah dan latar belakang munculnya hari valentine, yang mengupas hal itu. Saking banyaknya, mungkin kuranng bijak jika kami harus mengulas ulang pembahasan yang sudah berceceran tentang sejarah valentine’s. Untuk itu, kami di sini hanya ingin meyakinkan bahwa valentine murni dari orang kafir.

Klaim: Kami mengakui bahwa valentine’s day buatan orang kafir, tapi kami sama sekali tidak melakukan ritual mereka. Kami hanya menjadikan hari ini sebagai hari untuk mengungkapkan rasa cinta kepada kekasih. Sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan acara keagamaan. Apakah ini tetap dilarang?

Jawab:

Alasan ini tidak dapat diterima. Setelah Anda memahami bahwa hari valentine adalah budaya orang kafir, ada beberapa konsekuensi yang perlul Anda pahami:

Pertama, turut memeriahkan valentine’s day dengan cara apapun, sama saja dengan meniru kebiasaan orang kafir. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan ancaman yang sangat keras, bagi orang yang meniru kebiasaan orang kafir. Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم

Siapa yang meniru suatu kaum maka dia bagian dari kaum tersebut.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

وهذا الحديث أقل أحواله أن يقتضي تحريم التشبه بهم ، وإن كان ظاهره يقتضي كفر المتشبه بهم كما في قوله : { وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ }

“Hadis ini, kondisi minimalnya menunjukkan haramnya meniru kebiasaan orang kafir. Meskipun zahir (makna tekstual) hadis menunjukkan kufurnya orang yang meniru kebiasaan orang kafir. Sebagaiman firman Allah Ta’ala yang artinya, ‘Siapa di antara kalian yang memberikan loyalitas kepada mereka (orang kafir itu), maka dia termasuk bagian orang kafir itu’. (QS. Al-Maidah: 51).” (Iqtidha’ Shirathal Mustaqim, 1:214)

Pada hadis di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membedakan tujuan meniru kebiasaan orang kafir itu. Beliau juga tidak memberikan batasan bahwa meniru yang dilarang adalah meniru dalam urusan keagamaan atau mengikuti ritual mereka. Sama sekali tidak ada dalam hadis di atas. Karena itu, hadis ini berlaku umum, bahwa semua sikap yang menjadi tradisi orang kafir, maka wajib ditinggalkan dan tidak boleh ditiru.

Kedua, memeriahkan hari raya orang kafir, apapun bentuknya, meskipun hanya dengan main-main, dan sama sekali tidak diiringi dengan ritual tertentu, hukumnya terlarang.

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah, beliau menjumpai masyarakat Madinah merayakan hari raya Nairuz dan Mihrajan. Hari raya ini merupakan hari raya yang diimpor dari orang Persia yang beragama Majusi. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, beliau bersabda,

قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ ، وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ ، وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا : يَوْمَ النَّحْرِ ، وَيَوْمَ الْفِطْرِ

“Saya mendatangi kalian (di Madinah), sementara kalian memiliki dua hari yang kalian gunakan untuk bermain di masa jahiliyah. Padahal Allah telah memberikan dua hari yang lebih baik untuk kalian: Idul Qurban dan Idul Fitri”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasai, dan dishahihkan Syaikh Ali Al-Halabi)

Mari kita simak dengan seksama hadis di atas. Penduduk Madinah, merayakan Nairuz dan Mihrajan bukan dengan mengikuti ritual orang Majusi. Mereka merayakan dua hari raya itu murni dengan main-main, saling memberi hadiah, saling berkunjung, dst. Meskipun demikian, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap melarang mereka untuk merayakannya, menjadikannya sebagai hari libur, atau turut memeriahkan dengan berbagai kegembiraan dan permainan. Sekali lagi, meskipun sama sekali tidak ada unsur ritual atau peribadatan orang kafir.

Oleh karena itu, meskipun di malam valentine’s sekaligus siang harinya, sama sekali Anda tidak melakukan ritual kesyirikan, meskipun Anda hanya membagi coklat dan hadiah lainnya, apapun alasannya, Anda tetap dianggap turut memeriahkan budaya orang kafir, yang dilarang berdasarkan hadis di atas.

Valentine’s Day Hari Zina Internasional

Sudah menjadi rahasia umum, intensitas zina meningkat pesat di malam valentine. Hari itu dijadikan momen paling romantis untuk mengungkapkan rasa cinta kepada pacar dan kekasih.

Apabila valentine hanya sekadar pacaran dan makan malam, setelah itu pulang ke “kandang” masing-masing, ini cara valentine zaman 70-an, kuno! Saat ini, valentine telah resmi menjadi hari zina.

Bukan hanya mengungkap perasaan cinta melalui hadiah coklat, tapi saat ini dilampiri dengan kondom. Allahu akbar! Apa yang bisa Anda bayangkan? Malam valentine menjadi kesempatan besar bagi para pemuda dan mahasiswa pecundang untuk merobek mahkota keperawanan gadis dan para wanita. Malam valentine diabadaikan dengan lumuran maksiat dan dosa besar. Lebih parah dari itu, semua kegiatan di atas mereka rekam dalam video untuk disebarkan ke berbagai penjuru bumi melalui dunia maya. Bukankah ini bencana besar?! Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun..

Dimanakah rasa malu mereka?! Dimanakah rasa keprihatinan mereka dengan umat?! Akankah mereka semakin memperparah keadan?!

Wahai para pemuda pecundang…, jangan karena kalian tidak mampu menikah kemudian kalian bisa sewenang-wenang menggagahi wanita??

Wahai para pemudi yang hilang rasa malunya…, jangan karena sebatang cokelat dan romantisme picisan Anda merelakan bagian yang paling berharga pada diri Anda. Laki-laki yang saat ini sedang menjadi pacarmu, bukan jaminan bisa menjadi suamimu. Bisa jadi kalian sangat berharap kasih sayang sang kekasih, namun di balik itu, obsesi terbesar pacarmu hanya ingin melampiaskan nafsu binatangnya dan mengambil madumu.

Bertaubatlah wahai kaum muslimin…

Ingatlah hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَلاَ ظَهَرَتِ الْفَاحِشَةُ فِى قَوْمٍ قَطُّ إِلاَّ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمُ الْمَوْتَ

Jika perbuatan kekejian sudah merebak dan dilakukan dengan terang-terangan di tengah-tengah masyarakat, maka Allah akan menimpakan kehancuran kepada mereka.” (HR. Hakim dan beliau shahihkan, serta disetujui Ad-Dzahabi)

Allahu Akbar, bukankah ini ancaman yang sangat menakutkan. Gara-gara perbuatan mereka yang tidak bertanggung jawab itu, bisa jadi Allah menimpakan berbagai bencana yang membinasakan banyak manusia. Ya.. valentine’s day, telah menyumbangkan masalah besar bagi masyarakat. Sangat tepat seperti kisah Nabi Musa ‘alaihis salam yang berdoa kepada Allah, karena kelancangan yang dilakukan kaumnya yang menyembah anak sapi. Allah abadikan dalam firman-Nya,

إِنَّ الَّذِينَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُفْتَرِينَ (152)وَالَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ ثُمَّ تَابُوا مِنْ بَعْدِهَا وَآمَنُوا إِنَّ رَبَّكَ مِنْ بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (153) وَلَمَّا سَكَتَ عَنْ مُوسَى الْغَضَبُ أَخَذَ الْأَلْوَاحَ وَفِي نُسْخَتِهَا هُدًى وَرَحْمَةٌ لِلَّذِينَ هُمْ لِرَبِّهِمْ يَرْهَبُونَ (154) وَاخْتَارَ مُوسَى قَوْمَهُ سَبْعِينَ رَجُلًا لِمِيقَاتِنَا فَلَمَّا أَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ قَالَ رَبِّ لَوْ شِئْتَ أَهْلَكْتَهُمْ مِنْ قَبْلُ وَإِيَّايَ أَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ السُّفَهَاءُ مِنَّا إِنْ هِيَ إِلَّا فِتْنَتُكَ تُضِلُّ بِهَا مَنْ تَشَاءُ وَتَهْدِي مَنْ تَشَاءُ أَنْتَ وَلِيُّنَا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الْغَافِرِينَ

Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai sembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan. Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya. Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan taubat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata, “Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang BODOH di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya.” (QS. Al-A’raf: 153 – 155)

Karena itu, kami mengajak kepada mereka yang masih lurus fitrahnya. Berusahalah untuk banyak istighfar kepada Allah. Perbanyaklah memohon ampunan kepada Allah. Kita berharap, dengan banyaknya istigfar yang kita ucapkan di malam zina ini, semoga Allah mengampuni hamba-hamba-Nya. Musa memohon ampunan kepada Allah, disebabkan ulah kaumnya yang bodoh, yang mengundang murka Allah.

Yaa Allah.., akankah Engkau membinasakan kami disebabkan ulah orang-orang BODOH di malam valentine?

Ampunilah kami Yaa, Allah..

Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewab Pembina Konsultasi Syariah)
Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Read more https://konsultasisyariah.com/10485-valentines-day-hari-zina-internasional.html

Kisah Pilu di Balik Gemerlap Perayaan Valentine

Esensi perayaan adalah penuh dengan nafsu dan keburukan.

Secara sederhana, premis Hari Valentine pada 14 Februari dipahami sebagai waktu menunjukkan penghargaan rasa sayang pada seseorang. Namun, ternyata perayaan hari kasih sayang tersebut berawal dari kisah seorang Saint Velentine yang dipenggal.

Seperti dilansir di laman Ensyclopedia Britannica (Britannica.com), asal usul Hari Valentine berawal dari festival Romawi di Roma, yakni Lupercalia. Festival itu diadakan pada 13-15 Februari. Festival itu diadakan untuk merayakan kedatangan musim semi, termasuk upacara kesuburan serta perjodohan pria dan wanita dengan undian.

Pada abad kelima, Paus Gelasius I menggantikan Lupercalia dengan Hari St Valentine. Kemudian, 14 Februari diperingati sebagai hari romansa sejak abad ke-14.

Seorang sejarawan Kristen, Lisa Bitel dalam artikel The Gory Origins of Valentine’s Day (Asal-usul Gory dari Hari Valentine) yang terbit di Smithsoniamag.com juga menyebutkan, Hari Valentine berawal sebagai pesta liturgi untuk merayakan pemenggalan martir Kristen abad kedua atau ketiga.

Bitel menyebut, sumber-sumber kuno mengungkapkan beberapa St. Valentine yang meninggal pada 14 Februari. Dua dari mereka dieksekusi pada masa pemerintahan Kaisar Romawi Claudius Gothicus pada 269-270 M. Dia menyebut, saat itu penganiayaan terhadap orang Kristen adalah hal biasa.

Robi Afrizan dalam buku Maafkan Tuhan, Saya Pernah Pacaran menulis sejarah singkat Hari Valentine. Tulisan itu bersumber dari buku Udah Putusin Aja yang ditulis Ustaz Felix Siauw.

Ustaz Felix menulis, bangsa Romawi yang menjadi dasar peradaban Barat hidup dengan suatu adat, yaitu menjadikan kepuasan fisik badaniah sebagai tujuan hidup mereka. Money, drink, and sex (uang, minuman, dan seks), itulah setali tiga uang dalam kehidupan mereka.

Jauh sebelum dunia mengenal hari kasih sayang, orang Romawi mengenal perayaan Festival Lupercalia, yaitu rangkaian hari raya yang dipersembahkan kepada Lupercus atau sang Dewa Kesehatan dan Kesuburan, dan Juno Februa yang juga Dewi Pernikahan dan Kesuburan. Perayaan ini digelar setiap tahun pada 13-15 Februari.

Lupercus adalah Dewa Kesuburan Seksual Romawi yang diilustrasikan sebagai manusia berkaki dan berkepala kambing, atau setara dengan Pan dalam mitologi Yunani. Pan inilah yang menjelma menjadi Baphomet—dalam tradisi pemuja setan Yahudi, Dewa Kesuburan yang menjadi kambing regeneratif lelaki dan wanita, sekaligus lambang seks.

Adapun Juno Februa, Dewi Pernikahan dan Kesuburan, yang dilukiskan memakai mantel dari kulit kambing adalah istri dari pemimpin para dewa, Jupiter. Dalam mitologi Yunani, Juno dikenal sebagai Hera yang menikah dengan Zeus pada bulan Gamelion yang terletak antara pertengahan Januari dan Februari.

Perayaan dimulai dengan menaruh nama-nama perawan di sebuah tempat dalam kertas yang terpisah. Kemudian lelaki maju satu per satu untuk mengambil secara acak. Siapa yang terpilih, itulah akan menjadi pasangan melakukan hubungan terlarang sepanjang malam. Setelah berlanjut menjadi pasangan hingga tahun berikutnya.

Begitulah Festival Lupercalia yang dipraktikkan selama berabad-abad pada masa Romawi. Hubungan badan yang dihalalkan dalam bentuk adat istiadat, yang tentu saja bersesuaian dengan misi hidup mereka, yakni menjadikan nafsu sebagai Tuhan.

Setelah kaum Kristiani berkuasa, sekitar 494 M, Paus Gelasius I mengkulturasi Festival Lupercalia menjadi Festival Penyucian Bunda Maria sebagai pengganti penyembahan terhadap Lupercalia. Namun, esensi perayaan ini tetap sama, penuh dengan nafsu dan keburukan, berkelindan dengan kepentingan konsumerisme yang menjadi sangat kapitalis.

Pernah pula gereja menjadikan 14 Februari dengan mencangkokkan tokoh St Valentine yang berjuang demi cinta hingga menjadi martir pada 14 Februari. Hari kematiannya diperingati sebagai hari perjuangan cinta, Valentine Day. Namun, kebenarannya tidak bisa diverifikasi dan esensi perayaannya tetaplah sama, hingga pada 1969 Hari Valentine dihapus dari kalender gereja oleh Paus Paul VI.

Laman Britannica.com menuliskan ada beberapa martis Kristen bernama Valentine. Kemungkinan, Hari Valentine diambil dari seorang imam yang mati sekitar 270 M karena hukuman kaisar Claudius II Gothicus.

Pesan formal, atau perayaan Valentine mulai muncul pada 1500-an dan akhir 1700-an dalam kartu yang dicetak secara komersial. Perayaan Valentine komersial pertama di Amerika Serikat dicetak pada pertengahan 1800-an. Simbol Valentine dilambangkan Cupid (Dewa Cinta Romawi), burung, permen dan bunga, mawar.

Seiring berjalannya waktu, perayaan Hari Valentine semakin populer di Amerika Seikat, serta Inggris, Kanada, dan Australia. Selain itu, Valenite juga dirayakan di negara lain, termasuk Argentina, Prancis, Meksiko, dan Korea Selatan.

KHAZANAH REPUBLIKA

Pembuktian Cinta Sejati Dengan Menikah, Bukan dengan Coklat

Hari yang ditunggu oleh sepasang muda-mudi yang terperdaya yaitu hari valentine yang diklaim sebagai hari cinta dan kasih. Padahal sudah banyak tersebar mengenai kisah yang sebenarnya mengenai asal usul hari Valentine. Tentu saja hukum merayakannya sudah jelas yaitu HARAM.

Adalah tepatnya sang pemudi yang lebih banyak tertipu daya, sang pemuda membuktikan cinta dengan sekedar surprise ungkapan romantis manis berbalut kata puitis, kemudian buah tangan yang terbingkis berisi coklat dan sepenggal kalimat yang membuat pemudi melayang ke langit impian. Sedangkan sang pemudi terperdaya dengan membuktikan cinta dengan keperawanan atau apalah, yang seharusnya itu dipersembahkan untuk suami halalnya kelak.

Pembuktian cinta hanya dengan menikah

Jika ada mengakui mencinta tetapi tidak menikahi atau segera menikahi maka itu semua hanya cinta kasih yang menjelma saja dalam pandangan mata yang berfatamorgana. Walaupun yang diumbar adalah sajak romantis yang mengalahkan merdu kicauan burung, walaupun sentuhan sayang yang dibelai mengalahkan tetesan embun dan walaupun buah tangan yang diberi adalah rangkaian melati bersanggul jelita. Semuanya tanpa pernikahan adalah semi palsu bahkan tipu daya.

Mengapa? karena orang yang paling mengetahui hakikat pembuktian cinta mengatakan bukti cinta adalah menikah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لم ير للمتحا بين مثل النكاح

Tidak diketahui [yang lebih bermanfaat] bagi dua orang yang saling mencinta semisal pernikahan1

Ulama pakar hati Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullahu berkata, “sungguh para dokter dan yang lainnya bersepakat dalam pandangan orang-orang yang berakal mengenai pengobatan, bahwa obat dari penyakit ini [mabuk cinta] adalah bertemunya dua ruh dan menempelnya dua badan [yaitu menikah]”.2

Sekali lagi, pembuktian cinta hanya dengan menikah!

Cinta prematur dan cinta lelehan lilin

Sebagian manusia terpedaya dengan cinta prematur, cinta yang belum takdir waktunya untuk diturunkan dari langit. Akan tetapi nafsu merenggut dan menarik paksa sehingga ia turun tertatih, cinta seadanya yang dipaksakan bertahan hidup. Atau mungkin akan lenyap dalam beberapa saat karena ia lahir sebelum garis batas waktunya yaitu pernikahan.

Cinta yang diumbar adalah cinta seumur hidup, padahal ikatannya masih belum mempuyai simpul dan tidak jelas. Cinta yang dikira tulus kepada diri dan jiwanya padahal ia hanya cinta kepada kecantikan rupa, hanya cinta pada harta dan kedudukan. Ketika kecantikan bersaing kuat berlomba dengan usia, maka kecantikan perlahan menyerah. Ketika hilang kecantikan, hilanglah cinta, kemana lagi rayuan yang dulu, kemana lagi buah tangan yang dulu, kemana lagi roman picisan. Apakah telah meleleh lebih cepat dari lelehan lilin yang membakar lenyap diri sendiri?

Mereka mengatakan cinta seumur hidup? Walupun benar, Jika umur telah menjadi perkara malaikat maut, maka usailah cinta, hanya sekedar menjadi sejarah di dunia yang sebentar lagi dilupakan oleh orang-orang karena episode generasi selanjutnya sudah menunggu. Karena semua yang ada di dunia ini adalah akan sirna, termasuk cinta yang hanya mentok dengan cita-cita ujung dunia saja. Allah Azza wa Jalla berfirman,

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ

Semua yang ada di bumi itu akan binasa.” (QS. Ar-Rahman: 26)

Dan bisa jadi jika orang yang saling mencintai di dunia tanpa landasan cinta Allah akan menjadi saling bermusuhan di akhirat, Allah Azza wa Jalla berfirman,

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa” (QS. Az Zukhruf: 67).

Duhai para wanita dan insan yang mencari cinta, apakah ini cinta yang engkau cari? Cinta yang berumur sehari saja? Atau berumur semalam di malam Valentine?

@Pogung Kidul, Yogyakarta tercinta

1 HR. Ibnu Majah no. 1847, Al-Hakim 2/160, Al-Baihaqi 7/78 dishahihkan oleh Al-Albani dalam As- silsilah As-shahihah no. 624

2 Raudhatul Muhibbin hal. 212, Darul Kutub Ilmiyah, Beirut, 1403 H, Asy-Syamilah

Penulis: dr. Raehanul Bahraen

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/20049-pembuktian-cinta-sejati-dengan-menikah-bukan-dengan-coklat.html

Cinta Sejati di Hari Valentine?

Sesaat lagi kawula muda di berbagai belahan dunia akan dibuat gaduh dengan isu “hari cinta”.  Banyak dari pemuda dan pemudi muslim yang turut hanyut dalam perayaan hari cinta ini.

Saudaraku! Bila anda amati perilaku mereka pada hari ini, niscaya anda temukan banyak keanehan. Mitos “cinta” yang diekspresikan dengan sekuntum bunga dan sepotong coklat. Kaum hawa jadi lupa daratan bila telah mendapat sekuntum bunga mawar dan akhirnya pasrah bila telah mendapatkan sepotong coklat. Padahal anda tahu, berapalah harga sekuntum bunga dan sepotong coklat? Harga diri dan kesucian diri diserahkan begitu saja hanya karena bunga atau sepotong coklat yang dibubuhi dengan janji- janji gombal.

Anda tidak percaya, silahkan buktikan dengan anda menuntut untuk segera menikah pada malam itu juga. Anda pasti tahu bahwa tidak ada obat cinta paling manjur selain pernaikahan.

لم ير للمتحابين مثل التزويج

Tidak ada penawar yg lebih manjur bagi dua insan yg saling mencintai dibanding pernikahan“. (HR. Ibnu Majah, Al Hakim, Al Bazzar, dihasankan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Ash Shahihah, 2/196-198)

Atau pintalah pemuda yang konon pangeran anda untuk membayangkan wajah anda yang telah kriput atau mungkin cacat karena suatu kecelakaan atau penyakit. Mungkinkah dia kuasa melakukannya?

Atau sebaliknya coba anda membayangkan wajah pemuda pujaan hati anda yang telah ompong atau cacat karena suatu kecelakaan atau penyakit. Masihkah cinta anda seperti sedia kala? Atau mungkinkah anda masih siap untuk meneruskan hubungan cinta dengannya?

Atau mungkin bayangkan lelaki lain yang lebih tampan dan lebih berduit yang datang melamar anda, akankah anda masih mencintainya, padahal dia telah jatuh miskin, berpakaian seperti gembel, dan hidup dipinggir kali?

Renungkan baik baik saudara-saudariku, janganlah engkau korbankan kehormatan dirimu hanya demi janji-janji gombal dan isu-isu menyesatkan. Bila anda cinta kepadanya karena penampilannya, maka tidak lama lagi akan luntur bersama pudarnya penampilan. Bila cinta karena harta kekayaan maka akan dengan mudah dibeli oleh orang lain dengan penawaran yang lebih mahal. Bila cinta karena jabatan, maka tidak lama lagi akan luntur bersama habisnya masa jabatannya.

Cinta sejati tidak kenal penampilan atau jabatan atau harta kekayaan. Hanya ada satu alasan cinta abadi yang suci, yaitu karena iman dan akhlak yang mulia.

تُنْكَحُ المَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ، تَرِبَتْ يَدَاكَ

Biasanya wanita dinikahi karena satu dari empat alasan berikut: hartanya, kedudukan sosialnya, kecantikannya dan agamanya, maka pilihlah wanita yang beragama bagus, niscaya engkau beruntung” (Muttafaqun ‘Alaih)

Cinta abadi tidak kenal hari, bulan atau tempat. Namun cinta abadi yang dilandasi oleh iman akan abadi hingga hari akhir nanti.

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

Orang yang saling mencintai pada hari itu (hari qiyamat) akan saling memusuhi kecuali orang-orang yg cintanya karena alasan takwa” (QS. Az Zukhruf: 67)

Penulis: Ustadz DR. Muhammad Arifin Baderi, Lc., MA.

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/19971-cinta-sejati-di-hari-valentine.html