Ayo, Belajar Tauhid Dari Tubuh Kita

BANYAK hal besar dan mengagumkan dalam kehidupan ini yang sesungguhnya sering kita lewatkan. Jika kita mau sedikit merenungkan, maka tidak ada sedikitpun hal kecil yang tidak memiliki makna. Seolah-olah mereka hendak mengatakan sesuatu. Sebuah pesan yang hanya bisa ditangkap oleh mereka yang mau memikirkannya.

Jika belajar tentang anatomi tubuh manusia, maka kita akan terheran-heran. Bagaimana mungkin, setiap alur kecil berukuran milimeter sekalipun ternyata memiliki peran yang sangat penting. Tonjolan, lekukan, cekungan, lubang, serta detail detail kecil lainya dalam tulang kita, semua berada dalam posisi yang sangat tepat.

Ada bagian bagian dari tulang tersebut yang kemudian bertemu membentuk persendian, ada yang menjadi tempat perlekatan otot, ada yang ditembusi oleh pembuluh darah dan saraf, ada pula yang membentuk keanekaragaman wajah kita. Semua dikemas dengan begitu rapi dan sangat efisien.

Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana mungkin semua ini terbentuk dengan sendirinya tanpa ada rancangan, jika ada yang membentuk, lalu siapakah yang menciptakan semua struktur luar biasa itu? Sehingga walaupun setiap manusia berasal dari rahim yang berbeda beda, terbentuk dari sel sperma dan ovum yang juga berbeda beda, tetap memiliki pola struktur yang sama dan telah berlangsung selama berjuta juta generasi.

Seandainya tubuh ini membentuk dirinya sendiri dari sebuah proses kebetulan, tentulah akan banyak error yang terjadi.

Ketika kita sedang duduk, bersantai, atau beraktivitas normal, tanpa kita sadari semua keajaiban itu bekerja. Setiap hari, jantung manusia normal berdetak sekitar seratus ribu kali, dengan memompa darah sebanyak 2000 galon, untuk mengalirkannya pada pembuluh darah sepanjang 96561 km jauhnya. Sebuah jarak yang fantastis, bahkan energi yang dihasilkan oleh jantung kita setara dengan energi yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah truk sejauh 32 km dan dalam seumur hidup setara dengan menggerakkanya dalam jarak 2 kali bumi bulan. Dan hebatnya semua proses ini sebagian besar manusia tidak pernah menyadarinya.

Kita mungkin juga akan terheran-heran, bahwa di dalam paru paru manusia, terdapat bangunan yang memiliki luas setara dengan lapangan tenis. Tempat itulah yang kita sebut dengan alveolus. Di sana terjadi pertukaran antara oksigen yang masuk dengan karbondioksida yang akan dikeluarkan dari tubuh. Apa yang akan terjadi ketika struktur yang berbentuk mirip buah anggur tersebut mengalami kerusakan atau penyusutan luas permukaan? Tentu proses bernapas akan menjadi lebih sulit, membutuhkan energi yang lebih besar, terkadang perlu bantuan oksigen tambahan hingga mesin ventilator dan di saat itulah kita akan sadar, betapa mahalnya harga bernafas.

Tulang, jantung, dan paru-paru tersebut di atas hanya sebagian kecil dari keajaiban yang terdapat dalam diri manusia. Di balik semua itu, masih terdapat keajaiban yang jauh lebih besar serta rahasia rahasia yang masih belum terungkap. Jika kita melihat tubuh kita lebih dekat lagi, dalam skala mikrometer hingga nanometer maka kita akan menyaksikan kehidupan terkecil yang begitu luar biasa di antara serangkaian besar kehidupan di alam semesta ini. Sel-sel dalam tubuh kita yang kesemuanya berjumlah sekitar 100 triliyun, mereka seolah olah mengerti bahasa satu sama lain.

Sel dalam tubuh kita memiliki bahasa untuk berkomunikasi, melalui molekul-molekul kimia yang berjuta banyaknya. Ketika sel merasa bahwa dirinya sudah terlalu tua dan tidak mampu produktif menjalankan fungsinya, maka dia akan mengeluarkan sinyal melalui molekul kimia yang disebut sitokin untuk memberitahukan pada sel imun untuk membunuhnya agar bisa digantikan dengan sel baru. Ketika sel terinfeksi oleh mikroorganisme patogen maka dia akan berusaha memberitahu sel lain dan meminta sesegera mungkin dihancurkan agar sel lain tidak terinfeksi.

Memasuki lebih dalam di ruang intraseluler atau ruangan di dalam sel, maka kita akan takjub karena kita akan melihat sebuah aktivitas transportasi dan desain tata bangunan yang lebih canggih dari kota manapun di dunia ini. Semua proses terjadi secara ajaib, tanpa perintah, tanpa sadar. Sel kita memproduksi apa yang kita butuhkan, membuang apa yang kita tidak perlukan, memperbaiki apa yang rusak dalam proses yang otomatis.

Semua kunci dari proses-proses yang luar biasa tersebut, terletak pada struktur yang hanya terdiri dari gula, nitrogen, forfor dan karbon yang apabila dirangkai maka kita akan mengenal yang disebut DNA. Dalam dunia genetika, DNA divisualisasikan dalam deretan huruf-huruf yang jumlahnya sekitar enam miliar. Huruf-huruf ini apabila dirangkai menjadi satu untaian panjang kalimat, maka panjangnya sekitar delapan kali perjalanan bumi bulan bolak-balik. Dari struktur itulah, dihasilkan jutaan proses dalam tubuh manusia, dari struktur itu pula ada bermilyar ragam wajah manusia.

Semua proses dalam tubuh manusia bersifat integratif dan saling mempengaruhi, A membuat B untuk menghasilkan C, atau A membuat B untuk memperbanyak A, atau A membuat B yang akan mempengaruhi C, D, E. Ada berjuta kemungkinan yang bisa terjadi pada reaksi kimia di dalam tubuh manusia setiap detik, setiap hari. Meskipun demikian, hanya kecil sekali kesalahan yang mungkin dilakukan.

Bagaimana mungkin semua itu terjadi? Tentulah pasti ada yang mengatur semua itu. Dan pasti, Dia yang sama dengan yang mengatur kecepatan pengembangan alam semesta sehingga setiap bintang tidak saling bertabrakan. Dia yang sama dengan yang mengatur komposisi zat dalam atmosfer bumi sehingga ada kehidupan. Dia yang sama dengan yang menciptakan semua hal dari yang awalnya tidak ada menjadi ada. Semua tunduk pada perintah-Nya. Dialah Allah Robbul alamin.

Dia berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.” (QS At-Tin : 4)

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Alquran itu benar..” (QS Fussilat : 53)

Jika di dalam diri manusia saja, semua tunduk taat kepada Allah, maka mengapa hati manusia menjadi keras untuk beriman kepadanya .

“Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik” (QS Al Hadiid: 16). [dakwatuna.com]

 

MOZAIK