Berjuang dan Melawan! Pilihan Terakhir Pria Rohingya

Sambungan berita PERTAMA

Pernyataan remaja itu seperti menampar pernyataan mantan tokoh Myanmar Aung San Suu Kyi. Dia menuding ARSA yang sebelumnya dicap “teroris” dan menggunakan anak-anak sebagai tentara.

Bagi banyak remaja Rohingya, perlawanan sudah menjadi pilihan terakhir.

“Remaja-remaja kami sudah muak. Mereka tumbuh menyaksikan penistaan dan penyiksaan. Kini mereka memiliki konsensus jika tidak melawan, mereka tidak akan memberikan hak kami,” ujar seorang aktivis Rohingya di Bangladesh yang tak mau disebut namanya.

Di luar sebuah kamp di Cox’s Bazar, dua orang pemuda Rohingya sangat ingin bergabung dengan para “pejuang kebebasan” di Rakhine walau kini berada di Bangladesh.

“Kami tidak memiliki pilihan, Kawan kami ada di Rakhine, bahkan para remaja di desa kami telah bergabung dalam pertarungan tersebut,” salah satu pria tersebut mengatakan kepada AFP dan bersumpah “untuk menyeberangi perbatasan ketika ada kesempatan”.

Sementara itu, Hafeza Khatun yang ketiga anaknya telah berjuang menuturkan bahwa dirinya siap untuk mengorbankan putra-putranya untuk Arakan.

“Siapa yang akan membunuh kita lagi tanpa perlawanan? Saya mengirim anak-anak saya untuk memperjuangkan kemerdekaan, saya mengorbankan mereka untuk Arakan,” pungkasnya.

Sementara itu, warga Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh menghadapi risiko penyakit dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah meminta pemerintah negara tersebut untuk tidak mengantarkan mereka kembali ke Myanmar.

Bangladesh, yang sekarang menampung lebih dari 400.000 orang Rohingya yang melarikan diri dari Rakhine sejak tahun 1990, telah mengumumkan bahwa negara ini tidak akan lagi menerima masuknya penduduk Mynmar.

Menurut penjaga perbatasan Bangladesh, mereka mengusir 550 pengungsi Rohingya  melalui Sungai Naf yang memisahkan kedua negara.

Sedikitnya 5.000 orang Rohingya telah bisa memasuki Bangladesh dalam beberapa hari terakhir, terutama di malam hari melalui jalan darat di Kampung Gumdhum sementara 6.000 pengungsi masih terjebak di perbatasan.

Pekerja bantuan tersebut mengatakan bahwa sebagian besar pengungsi yang sakit telah berhasil menyusup ke perbatasan karena perempuan dan anak-anak menolak berobat akibat takut ditangkap dan dideportasi.

Sementara itu, pejabat tinggi menteri luar negeri Bangladesh dalam sebuah pertemuan dengan wakil diplomat Myanmar di Dhaka melakukan pertemuan guna menggelar operasi militer bersama melawan ARSA.*

 

HIDAYATULAH

 

foto: Tentara Penyelamat Rakyat Rohingya (Arakan Rohingya Salvation Army/ARSA) atau juga dikenal Harakah al-Yaqin