Bahagianya Menjadi Perempuan yang Terjaga

Bahagianya Menjadi Perempuan yang Terjaga

Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan laki-laki dan perempuan sesuai fitrahnya masing-masing. Laki-laki memiliki fitrah melindungi, memimpin, dan menjaga perempuan. Adapun perempuan memiliki fitrah sebaliknya. Perempuan tentunya ingin dilindungi, dijaga, dan dipimpin. Allah Ta’ala berfirman,

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisa: 34)

Namun, kehidupan di zaman modern ini seringkali mendorong perempuan keluar dari fitrahnya. Atas nama emansipasi, perempuan didorong untuk menjadi sama dengan laki-laki. Perempuan yang peran utamanya ada di dalam rumah didorong untuk ikut keluar rumah. Akibatnya, peran di dalam rumah menjadi kosong dan mulailah terjadi kegoncangan dalam sendi-sendi kehidupan kaum muslimin.

Saudariku, ingatkah kisah ketika ibunda Aisyah radhiyallahu’anha menangis ketika membaca ayat ini?

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ

Dan tetaplah kalian berada di rumah-rumah kalian.” (QS. Al-Ahzab: 33)

Ibunda Aisyah menangis karena menyadari bahwa menetapnya beliau di dalam rumah adalah lebih baik daripada ikut keluar ke Perang Jamal. Perang yang pada akhirnya memakan banyak korban di kalangan para sahabat itu sendiri. Jika sekelas ibunda Aisyah saja mengakui betapa bermanfaatnya tinggal di dalam rumah, bagaimana seharusnya dengan kita?

Perintah Allah kepada para muslimah untuk tetap berada di rumah jika tidak ada kebutuhan mendesak ini tentulah perintah yang penuh hikmah. Allah lah yang menciptakan manusia. Tentu hanya Allah sajalah yang paling tahu aturan terbaik untuk ciptaan-Nya. Aturan ini bukan untuk mengekang hamba-hamba-Nya. Justru aturan ini adalah untuk kebaikan para hamba itu sendiri. Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Al-Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 2740)

اَلْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ مِنْ بَيْتِهَا اِسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ، وَإِنَّهَا لاَتَكُوْنُ أَقْرَبَ إِلَى اللهِ مِنْهَا فِيْ قَعْرِ بَيْتِهَا

Wanita itu aurat, jika ia keluar dari rumahnya maka setan akan menghiasinya dari pandangan laki-laki. Dan tidaklah ia lebih dekat kepada Allah (ketika shalat) melainkan dikerjakan di dalam rumahnya.” (HR. At-Tirmidzi no. 1173)

Siapapun sejatinya akan merasa lelah ketika telah jauh dari fitrahnya. Kita dapati betapa banyak perempuan yang kemudian menjadi mudah marah ketika sampai di rumah setelah seharian beraktivitas di luar rumah. Kita dapati betapa banyak kasus pelecehan yang terjadi pada perempuan yang keluar rumah sendiri. Dan juga kita dapati betapa banyak rumah tangga hancur karena ketidakseimbangan peran yang dibutuhkan dalam hidup berumah tangga. Na’udzu billahi min dzalik. Allah Ta’ala berfirman,

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah yang mana Allah menciptakan manusia di atas fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Inilah agama yang lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30)

Padahal, syariat Islam telah memudahkan para perempuan untuk tetap berada di rumah. Perempuan tidak dituntut berpanas-panasan keluar rumah untuk keperluan yang bukan menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena perempuan itu mulia dan terjaga, maka tidak boleh sembarang orang memandang atau bahkan menyentuhnya. Bahkan, untuk urusan ibadah saja, perempuan lebih utama mengerjakannya di dalam rumah masing-masing. Hal tersebut sebagaimana sabda Nabi,

صَلاَةُ الْمَرْأَةِ فِى بَيْتِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى حُجْرَتِهَا وَصَلاَتُهَا فِى مَخْدَعِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى بَيْتِهَا

Shalat seorang wanita di dalam (kamar) rumahnya lebih utama baginya daripada shalat di ruang tamunya, dan shalat seorang wanita di ruang kecil khusus untuknya lebih utama baginya daripada di bagian lain di rumahnya.” (HR. Abu Dawud no. 570)

Tinggalnya perempuan di dalam rumah bukan berarti tidak bernilai ibadah. Segala aktivitas di dalam rumah yang dikerjakan oleh perempuan, jika diniatkan untuk beribadah, Insya Allah akan berbuah pahala. Bahkan untuk meraih pintu surga, seorang perempuan bisa mendapatkannya dari dalam rumahnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

Jika seorang wanita menjaga shalat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, maka akan dikatakan kepadanya, “Masuklah kalian ke dalam surga dari pintu mana saja yang kalian kehendaki!.” (HR. Ahmad no. 1661)

Saudariku, demikianlah indahnya menjadi perempuan yang terjaga. Yaitu, perempuan yang sesuai dengan fitrahnya. Fitrah kita berada di rumah ketika tidak ada urusan yang mendesak karena peran kita ada di sana. Ladang pahala kita pun terbuka lebar di dalamnya. Semoga Allah memudahkan langkah kita untuk hidup sesuai dengan fitrah yang telah Allah tetapkan ini.

Penulis: Rahma Aziza Fitriana

© 2023 muslimah.or.id
Sumber: https://muslimah.or.id/16292-bahagianya-menjadi-perempuan-yang-terjaga.html