Bahaya Hasad dalam Berdakwah

Bahaya Hasad dalam Berdakwah

Godaan dai dalam berdakwah adalah hasad dan dengki, karena sesungguhnya kita ibarat batu bata yang saling mengukuhkan antara satu sama lain

KITA sering mendengar tentang penyakit hasad, iri, dengki sebagai bagian dari kehidupan. Bagi seorang dai, telah dijanjikan bahwa menghadapi orang-orang mukmin yang iri hati merupakan tantangan besar yang harus diatasi dalam perjalanan dakwah.

Mari kita memperhatikan di sekitar kita khususnya. Bagaimana hasad, dengki  dan iri hati suatu perkara yang tidak asing.

Tidak sedikit sebagaian umat Islam sendiri saling menjatuhkan dan menghancurkan kebahagiaan orang lain hanya karena tidak senang melihat keberhasilan dan kelebihan yang dimiliki orang lain.

Tidaklah mustahil penyakit seperti ini juga ada dalam komunitas dakwah sendiri. Padahal, jika kita membiarkannya hal itu meracuni jiwa kita, akan banyak amal dan dakwah yang lumpuh.

Parahnya lagi, kita tidak ingin dakwah ini berhenti karena di antara kader-kader dakwah yang saling mengadu domba dan saling menjatuhkan.  Imam-Nawawi  dalam Syarah Muslim pernah berkata “Para ulama berkata,  Persaingan untuk mendapatkan sesuatu berlomba-lomba untuk mendapatkannya dan tidak suka orang lain mengambilnya, itulah awal dari tingkat rasa iri. Adapun iri hati (dengki) yaitu ingin kehilangan nikmat dari orang lain.”

Hasad dan iri hati semuanya adalah  tanda- tanda hati yang sedang sakit. Untuk para dai sekalipun, memelihara kesucian hati adalah titik tolak utama dalam gerakan dakwah, sebab hati yang menyala bercahaya senantiasa memancarkan tenaga pada jasadnya dan begitulah sebaliknya.

Dari putra Ka’b bin Malik dari ayahnya, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda;

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الرَّجُلِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ

“Tidaklah dua ekor serigala lapar yang dilepaskan dalam sekawanan kambing lebih merusak terhadapnya daripada merusaknya ambisi seseorang terhadap harta dan kedudukan terhadap agamanya.” (Shahih, HR. Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Hibban. Lihat Shahih At-Targhib Wat Tarhib no. 1710).

Boleh jadi dalam kesibukan pendakwah dalam kerja-kerja amal para dai terlupa untuk melihat akan keadaan hati dia sendiri, mungkin karena penat menghadapi kesibukan dunia, akhirnya jiwa menjadi kosong walaupun jasad terus bergerak dengan amal lahiriah.

Inilah permulaan bagaimana hasad dan dengki mulai menjangkiti para pendakwah. Biasanya hati yang sakit ia tidak mampu melihat kelebihan, kesuksesan yang miliki orang lain.

Sungguhpun ada yang sibuk dalam berdakwah, jika hatinya sakit, ia tidak terlepas menyimpan sifat cemburu melihat kelebihan, keberhasilan pendakwah lain, ormas lain, lembaga lain, dalam berdakwah.

Ada yang hatinya sakit melihat para pendakwah lain dicintai masyarakat dan para jamaahnya. Ada yang memiliki perasaan iri melihat keberhasilan dakwah orang lain yang jauh lebih maju dalam dakwahnya.

Meski merasa ada kekurangan pada diri sendiri, tapi di lubuk hatinya yang terdalam ia lebih suka menuding orang lain yang lebih dipercaya umat dan jamaah.

Sabda Baginda Rasulullah ﷺ

أَبْشِرُوْا وَأَمِّلُوْا مَا يَسُرُّكُمْ فَوَاللهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلٰكِنِّي أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ

“Berilah kabar gembira dan carilah apa yang dapat membuat kalian gembira. Demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku khawatirkan terhadap diri kalian, akan tetapi yang aku khawatirkan terhadap diri kalian adalah dibentangkannya kemewahan dunia pada diri kalian sebagaimana dibentangkannya kepada orang-orang sebelum kalian, lalu kalian saling berlomba untuk mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba, sehingga harta dunia tersebut akan membinasakan kalian sebagaimana keluasan dunia membinasakan mereka.” (HR. Ibnu Majah).

Coba perhatikan bersama, mungkin awalnya hanya prasangka buruk terhadap sesama anggota jamaah lain, pendakwah lain di luar golongan kita, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi perasaan iri, dengki, dan hasad dan akhirnya menebar fitnah.

Maka berhati-hatilah, kilatan rasa iri, hasad, walau hanya sedikit, mungkin bisa menjadi api yang meluluhkan dakwah kita.

Dakwah bukanlah medan persaingan. Dakwah bukanlah ladang untuk menunjukkan siapa yang paling cepat melaju, siapa paling hebat, namun ini adalah ladang amal jamaah.

Bidang yang kita gerakkan ibarat menumpuk batu bata satu per satu yang pada akhirnya akan membentuk menara yang presisi.

Para pendakwah terkadang menganggap enteng hal ini. Mungkin karena mereka semua menganggap dirinya adalah orang-orang yang terbina, sudah lama mengaji, sudah diundang kemana-mana, sehingga merasa merasa aman dan jauh dari penyakit hati.

Mari bangun! Hasad, rasa iri dan dengki sesungguhnya sangat halus dan bisa mungkin menjangkiti jiwa kita, tanpa kita sadari dan kita duga. Karena itu sangat penting memperbaharui niat agar setiap amal dan ibadah kita hanya kepada Allah semata, bukan untuk balasan dunia, apalagi untuk follower.

Amatlah penting untuk setiap kader-kader dakwah mengenali kelebihan dan potensi diri masing-masing serta berusaha mengembangkan kebolehan mereka tanpa rasa perlu menjatuhkan  teman-teman lain.

Kita hendaklah sadar bahwa dakwah ibarat kapal yang membawa penumpang menuju jalan selamat, tidak hanya seorang nahkoda yang hebat saja yang memimpin kapal yang dibutuhkan, bahkan setiap individu yang berada di dalamnya harus memperkuat struktur kapal ini agar akhirnya dapat berlayar dengan selamat sampai ke tujuan abadinya.

Wahai saudara-saudaraku, kita koreksi diri kita! Kita buang segala prasangka-prasangka buruk dan perasaan tidak senang sesama, karena sesungguhnya kita ibarat batu bata yang saling mengukuhkan antara satu sama lain.*/isma

HIDAYATULLAH