Puasa 30 hari sebulan penuh sebelumnya tidak populer di kalangan masyarakat Arab Jahiliyah. Menurut al-Qalaqasyandi dalam Nihayat al-Irb fi Ma’rifat Ansab al-Arab, penduduk jazirah Arab mengenal tradisi berpuasa sebulan penuh itu selama penjajahan Nabonidus penguasa Babilon (berkuasa selama 556-539 sebelum Masehi) terhadap wilayah Taima, yang merupakan kawasan di Jazirah Arab.
Lambat laun, ritual berpuasa menjadi bagian tak terlepaskan dari kebiasaan arab jahiliyah, meski dengan istilah yang tak sama. Arab jahiliyah menyebut Ramadhan dengan sebutan natiq yang berarti puasa. Ada juga yang mengistilahkan Ramadhan dengan Ramdha’ akibat cuaca panas yang berlangsung selama puasa tersebut.
Imam at-Thabari dalam tafsirnya, menggambarkan bagaimana masyarakat Arab penyembah berhala malaksanakan puasa. Lazimnya puasa pada umumnya, mereka juga menahan makan dan minum serta berhubungan intim, termasuk juga berpuasa dari berbicara apapun. Al-Maqdisi dalam al-Bud’u wa at-Ta’rikh menambahkan, sebelum Islam datang, selama berpuasa Suku Quraisy juga kerap ‘bersemedi’ (tahannuts) selama berpuasa.
Ibn an-Dadim dalam al-Fihrist menyatakan tradisi berpuasa Ramadhan konon telah populer di kalangan Kaum Sabian yang tinggal di utara Irak. Mereka berpuasa sebulan penuh tiap tahun sebagai bentuk penghormatan terhadap dewa bulan yang mereka sebut dengan Sin. Tidak hanya berpuasa mereka juga mempersembahkan hewan kurban kepada Sin.
Menurut Abu al-Fida Ibnu Katsir dalam al-Mukhtashar fi Tarikh al-Basyar, Kaum Sabian berpuasa selama 30 hari, jika berdasarkan penanggalan bulan, hari tersebut tidak penuh 30, maka mereka akan berpuasa 29 hari. Puasa mereka bermula dari seperempat malam terakhir hingga terbenamnya matahari.
Selain puasa mereka, ungkap Ibnu Katsir, juga memiliki ritual shalat jenazah tanpa sujud dan ruku’. Pada pengujung berakhirnya puasa mereka selama sebulan, imbuh Ibn al-Jauzi dalam Talbis al-Iblis, Sabian menghadiahkan sembelihan kurban untuk dewa mereka. Dalam istilah Ibnu Nadim, perayaan mereka setelah menunaikan puasa sebulan penuh itu disebut dengan Id al-Fithr.