“BUKAN dirimu yang mengatur jalan kehidupan. Namun, respons darimu yang dibutuhkan. Berikan respons terbaik atas segala yang terjadi dari luar dirimu. Semakin baik responsmu, semakin tinggi nilaimu.” Demikian guru saya mengajari saya agar tak larut dalam kecewa dalam kehidupan yang kisahnya tak selalu sama dengan yang diharap.
Malam ini saya menimba banyak pelajaran kehidupan. Bertemu dengan pengasuh pesantren yang sudah sepuh dengan semangat nasionalisme yang tinggi adalah anugerah. Mendapat pelayanan terbaik dari seorang doktor yang saya bimbing disertasinya adalah sebuah keharuan yang tidak bisa disembunyikan. Bertamu tanpa ketemu tuan rumah juga merupakan sesuatu yang memberikan pelajaran hidup.
Malam ini saya berbahagia bisa berbagi cerita dengan banyak orang, bisa bertukar senyuman dengan para sahabat. Malam ini saya berharap lebih, yakni bertemu dengan lebih banyak lagi sahabat namun ternyata mereka tak sempat datang karena sibuk dengan agendanya masing-masing. Sedikit kecewa, namun suara hati meredamnya dengan menundukkan ego saya. Saya pun berkata lirih: “Siapalah dirimu wahai AIM, tak semua orang butuh dan suka bertemu denganmu.” Saya pun sadar dan tersenyum kembali.
Yang membuat kecewa hati seringkali bukan faktor luar, bukan orang lain. Seringkali yang membuat kecewa adalah faktor diri kita sendiri yang memasang nilai diri terlalu tinggi. Jika ini penyebabnya, maka jalan keluarnya adalah turunkan bandrol harga diri. Biarkan diri kita cukup dengan satu merek saja sebagai hamba Allah.
Lalu bagaimanakah dengan cara kita memandang orang lain? Pandanglah mereka dengan pandangan positif sehingga menjadi alasan baik untuk memaklumkan kita akan ketaknyamanan yang kita terima. Masih terasa tidak fair? Kapan-kapan kita diskusikan.
Oleh :Â KH Ahmad Imam Mawardi