Yahudi

Benarkah Yahudi Bangsa Paling Unggul? Inilah Kata Al-Quran tentang Bani Israil

Allah menyebutkan, letak kemuliaan dan keunggulan Bani Israil atas umat-umat yang lainnya, ketika taat pada Allah dan ajaran para nabi 

SAMPAI hari ini, orang  Yahudi percaya bahwa dirinya percaya jika secara genetik bangsa Yahudi paling unggul, dengan mengklaim memiliki tingkat kecerdasan intelektual atau IQ (intelligence quotient) sangat tinggi, dibandingkan bangsa lain di dunia. Tidak heran kalau orang Yahudi menyebut suku bangsa lain sebagai goyim (bahasa Ibrani) yang artinya bangsa-bangsa lain diciptakan Tuhan Allah hanya untuk melayani kepentingan Yahudi belaka.

Goyim atau gentiles adalah sebutan bangsa Yahudi untuk orang non-Yahudi. Dalam Kitab Talmud–kitab suci orang Yahudi sebagai perubahan Kitab Taurat–telah disebutkan bahwa perbedaan antara Yahudi dengan Goyim ibarat ketidaksamaan antara manusia dengan binatang.

Tafsir An-Najah kali ini akan membahas Surat Al-Baqarah ayat 47, yang membahas nikmat Allah yang diberikan pada Bani Israel namun mereka berkhianat.

يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتِيَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ وَأَنِّي فَضَّلۡتُكُمۡ عَلَى ٱلۡعَٰلَمِين

“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat.” (QS: al-Baqarah {2} : 47).

Beberapa Pelajaran dari ayat di atas:

Pelajaran Pertama: Allah memperingatkan nikmat yang diberikan pada Bani Israel

Pada ayat di atas Allah Subhanahu wa ta’ala mengingatkan untuk kesekian kalinya kepada Bani Israil, terutama yang hidup pada Zaman Nabi Muhammad ﷺbegitu juga kepada generasi sesudahnya, akan nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa ta’ala yang diberikan kepada nenek moyang mereka.

Hal itu karena nikmat nenek moyang merupakan nikmat anak keturunan mereka juga, kejayaan nenek moyang merupakan kejayaan anak keturunan mereka juga.

Kemudian timbul suatu pertanyaan: mengapa Allah Subhanahu wa ta’ala secara terus menerus mengingatkan Bani Israil akan nikmat-nikmat-Nya yang diberikan kepada mereka? Padahal pada ayat-ayat sebelumnya Allah juga telah mengingatkan hal itu?

Jawabannya adalah:

(a). Nikmat yang diingatkan Allah Subhanahu wa ta’ala kepada Bani Israil pada ayat-ayat sebelumnya adalah nikmat yang masih umum, maka perlu diingatkan kepada mereka akan nikmat yang lebih terperinci lagi.

(b). Semakin banyak seseorang atau sekelompok orang mengingat nikmat Allah, semakin pula mendorong mereka untuk segera melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya, karena seseorang yang masih mempunyai hati bersih tentunya akan berusaha membalas jasa-jasa, paling tidak berterima kasih kepada siapa saja yang pernah berbuat baik kepadanya.

Tentunya balasan terima kasih itu akan besar dan luar biasa manakala yang dibalas dan disyukuri itu adalah Dzat Yang menciptakannya, menghidupkannya, merawatnya, memberikan rezeki kepadanya, melindunginya dari segala marabahaya, memberikannya anak, jabatan, kesehatan dan yang paling penting: memberikan kepadanya Hidayah dan Taufik sehingga menjadi Orang Islam yang patuh terhadap perintah-perintah-Nya.

(c). Nikmat ini terus saja diulang-ulang oleh Allah Subhanahu wa ta’ala agar mereka terpacu dan terdorong untuk segera beriman kepada Nabi Muhammad ﷺdan beriman kepada apa yang dibawanya, yaitu al-Qur’an.

(d).  Nikmat ini diulang-ulang agar mereka senantiasa mengingatnya dan diharapkan bisa mensyukurinya, dan tidak dengki dan iri kepada nikmat yang diberikan kepada  Bangsa Arab dengan diutusnya Nabi akhir zaman bukan dari mereka.

Point ini sangat penting untuk diungkap, karena banyak dari kita yang terus menerus merasa iri, bahkan tidak sedikit yang dengki dengan nikmat yang didapatkan oleh saudaranya atau tetangganya, atau teman kerjanya. Padahal, kalau dia mau melihat dan merenungi nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadanya, seperti kesehatan, kecukupan dalam harta, istri yang shalihah, anak yang sehat dan sempurna, tentunya dia tidak akan merasa iri apalagi dengki dengan nikmat yang didapat oleh saudaranya.

(e). Jika seseorang semakin sering mengingat nikmat yang diberikan kepadanya niscaya akan membuatnya untuk mencintai Sang Pemberi nikmat, sebagaimana yang ditulis oleh Mansyur al-Waraq dalam salah satu Syairnya :

تعصي الإله وأنت تُظهر حبَّه … هذا لَعمري في القياس بديعُ

لو كان حُبّك صادقاً لأطعته … إن المحِب لمن يُحب مُطيع

“Engkau selalu bermaksiat kepada Allah, tetapi tetap saja engkau berpura-pura mencintai-Nya,

Perbuatan seperti ini sungguh tidak sesuai dengan qiyas.

Seandainya cintamu benar, pasti engkau akan mentaati-Nya,

Karena sesungguhnya orang yang cinta itu pasti mentaati sesuatu yang dicintainya.”

Pelajaran Kedua:  Kemuliaan Bani Israel saat taat kepada Allah

Salah satu nikmat agung yang diberikan kepada Bani Israil adalah Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan mereka umat yang mempunyai derajat yang tinggi di atas umat-umat yang lainnya. Tetapi perlu diketahui bahwa nikmat ini hanya diberikan kepada nenek moyang mereka, yaitu Para Pengikut Nabi Musa Alaihi as-Salam yang masih taat dengan perintah Allah dan perintah Nabi Musa Alaihi as Salam, begitu juga Para Pengikut Nabi-Nabi Bani Israel sesudah Nabi Musa Alaihi as Salam.

Sebagaimana yang disebutkan Allah sendiri dalam salah satu firman-Nya :

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ اذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنبِيَاء وَجَعَلَكُم مُّلُوكًا وَآتَاكُم مَّا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِّن الْعَالَمِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun diantara umat-umat yang lain.”  (QS: al-Maidah {5} : 20).

Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman :

وَلَقَدِ اخْتَرْنَاهُمْ عَلَى عِلْمٍ عَلَى الْعَالَمِينَ

“Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka (Bani Israil) dengan pengetahuan (Kami) atas umat-umat lain.” (QS: ad-Dukhan {44} : 32).

Mulia saat berpegang ajaran Nabi

Dari ayat di atas, bisa kita ketahui bahwa letak kemuliaan dan keunggulan Bani Israil atas umat-umat yang lainnya, karena mereka mempunyai Nabi-nabi dan berpegang teguh kepada ajaran-ajaran Para Nabi tersebut. Dan ketika mereka tidak taat lagi dengan Para Nabi, maka keutamaan dan keunggulan tersebut dengan sendirinya telah hilang dari diri mereka, termasuk dari diri Bani Israil yang hidup pada Zaman Nabi Muhammad ﷺ.

Mengapa begitu?

Karena Para Nabi Bani Israil seperti Nabi Musa dan Nabi Isa telah memberitahukan kepada umatnya sebagaimana yang tercantum dalam kitab Taurat dan Injil bahwa akan datang Nabi Akhir Zaman yang berasal dari Bangsa Arab sebagai penerus dan penutup Para Nabi yang berasal dari Bani Israil, maka hendaknya seluruh Bani Israil yang menemui Nabi tersebut untuk beriman kepada-nya. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَآئِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالأَغْلاَلَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُواْ بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُواْ النُّورَ الَّذِيَ أُنزِلَ مَعَهُ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS: al-A’raf {7} : 187)

Dalam Surat as-Shaff disebutkan juga :

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءهُم بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ

“Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.”  (QS:. as-Shaff {61} : 6)

Bahkan dalam Injil Barnabas disebutkan: “Maka Allah menutup hijabnya dan diusir keduanya oleh Mikail dari Surga Firdaus. Kemudian Adam menengok dan melihat di atas pintu ada tertulis ‘Laa Ilaaha Illallah Muhammadur Rasullullah.” (41:29-30).

Dalam Injil Lukas tertulis : “Puji Tuhan (Allah) di tempat yang tinggi dan di bumi keselamatan (Islam) dan bagi manusia ‘Ahmad’.” (2:14).*

HIDAYATULLAH