Umrah mandiri biasanya dimanfaatkan oleh generasi milenial yang lebih paham teknologi dan sudah sering bepergian ke luar negeri.
Oleh UMAR MUKHTAR, FUJI EP
Sebelum Pemerintah Arab Saudi melakukan transformasi pelayanan umrah lewat platform digital, praktik umrah tanpa layanan jasa biro travel sudah terjadi di tengah masyarakat. Salah satunya lewat komunitas umrah backpacker. Eaz Eryanda, pendiri Umrah Backpacker Info, menyatakan, umrah mandiri sudah dilakukan bahkan sebelum Arab Saudi memberlakukan kebijakan visa elektronik. Namun, praktiknya tidak semudah sekarang.
Menurut Eaz, Pemerintah Arab Saudi memberi beragam kemudahan untuk perjalanan ibadah umrah dalam dua tahun terakhir. Eaz menuturkan, sudah banyak provider yang menjual visa perorangan. Dengan visa tersebut, seorang Muslim bisa melakukan umrah mandiri. Dengan begitu, pergi beribadah umrah menjadi perjalanan sebagaimana pergi ke luar negeri pada umumnya. Provider yang dimaksud yakni muasasah di Arab Saudi yang memiliki external agent di Indonesia.
Ada beberapa provider yang istilahnya menjual eceran juga, selain menjual per grup yang biasanya terdiri dari 35 sampai 45 orang
EAZ ERYANDA Pendiri Umrah Backpacker Info
“Di Indonesia, pengurusan visa harus di-apply lewat provider, tetapi tidak semua provider memberikan visa mandiri. Tapi, ada beberapa provider yang istilahnya menjual eceran juga, selain menjual per grup yang biasanya terdiri dari 35 sampai 45 orang,” tutur dia kepada Republika, Rabu (6/9/2023).
Untuk bisa melaksanakan umrah mandiri, ujar Eaz, calon jamaah harus membuat paspor terlebih dahulu, kemudian membeli tiket pulang-pergi, menyewa hotel, dan mengajukan visa mandiri. Proses pembuatan visa elektronik ke Arab Saudi dinilai hanya membutuhkan waktu hitungan jam, paling lama sekitar 1-2 hari.
“Untuk visa, memerlukan foto paspor, kemudian softcopy tiket, sudah jadi. Cuma jam-jaman. Sekarang harganya 175 sampai 195 dolar AS,” tutur dia.
Menurut Eaz, umrah mandiri makin mudah dilakukan karena Arab Saudi telah mempermudah pembuatan visa dengan adanya visa elektronik. Belum lagi, ada fasilitas transportasi yang memberi kemudahan, seperti bus gratis dari bandara ke hotel dan kereta cepat Haramain Express.
“Dan banyak lagi kemudahan-kemudahan lain yang diberikan dari Kerajaan Saudi. Misalnya, apply izin ke Raudhah dan izin umrah itu sekarang lewat aplikasi semua, yang mana aplikasi itu bisa di-apply kalau kita punya visa,” tutur dia.
Meski demikian, Eaz mengatakan, masih banyak kalangan yang tidak percaya dan belum melek terhadap cara umrah mandiri yang dilakukan oleh komunitas Umrah Backpacker Info. Saat ini, komunitas tersebut memiliki 3.000 anggota yang dibagi menjadi tiga grup Whatsapp. Sementara itu, pengikut Umrah Backpacker Info di Instagram mencapai 52 ribu.
Grup tersebut merupakan ruang untuk saling tukar informasi, misalnya informasi hotel murah, bus gratis, taksi, cara dari bandara ke hotel, cara dari bandara ke Masjidil Haram, dan rekomendasi tempat makan. “Semua itu ada di grup. Termasuk jika kemudian ada kendala, itu sudah ada di grup, insya Allah,” katanya.
Eaz menjelaskan, informasi tiket murah pulang-pergi dari Arab Saudi dan Indonesia juga disampaikan ke grup tersebut. Dia mencontohkan, beberapa waktu lalu, ada tiket promo Saudia senilai Rp 5 juta—Rp 7 juta pulang-pergi antara Saudi dan Indonesia. Tiket murah ini bisa dibeli langsung secara mandiri di laman resmi Saudia atau melalui pihak ketiga, seperti aplikasi pemesanan tiket. Aplikasi yang biasa digunakan untuk membeli tiket murah adalah Skyscanner.
“Kami juga memfasilitasi kalau misalnya ada yang mau memproses visa lewat kami karena kami juga bekerja sama dengan external agent provider. Nanti proses sekian jam, keluar visa, lalu terbang ke Saudi,” ungkapnya.
Pengelola komunitas Umrah Backpacker Info tidak mengoordinasikan ataupun menyediakan agenda keberangkatan umrah setiap bulan. Namun, pada setiap bulan biasanya di antara anggota komunitas itu sudah saling mengatur tanggal keberangkatan.
“Kami enggak bikin tanggal keberangkatan. Jadi, kami mengarahkan mereka, peserta itu, untuk umrah mandiri. Nanti setelah mereka dapat informasi dan mau berangkat di tanggal berapa, itu terserah mereka,” tuturnya.
Eaz menambahkan, mereka yang ingin melakukan umrah mandiri bisa pergi bersama rombongan lain dengan tanggal keberangkatan yang telah ditentukan oleh mereka. “Misalnya saya mau umrah, kemudian di grup ini ada beberapa orang yang mau berangkat di tanggal 1 Desember dan mereka menerima barengan atau cari barengan, maka saya tinggal mencari tiket di tanggal yang sama,” ujarnya.
Adapun mengenai tips aman umrah mandiri, Eaz memaparkan, lebih baik memang berangkat bersama orang yang telah berpengalaman ke luar negeri ataupun umrah. Namun, jika merasa percaya diri dan yakin, itu bisa juga dilakukan karena sebetulnya memang mudah. Cukup booking tiket, booking hotel dari Indonesia, kemudian apply visa.
“Untuk transportasi di sana gampang, bisa naik taksi, bus gratis, kereta cepat, mudah. Soal ibadah, bisa lihat di buku panduan atau pakai muthawif hanya di hari umrahnya, ini juga bisa,” kata dia.
Adapun untuk penginapan atau hotel, Eaz menyampaikan, umumnya orang yang melakukan umrah mandiri sudah memesan hotel sejak masih di Indonesia. Hotel yang dipesan adalah hotel bintang tiga karena murah. Agar bisa mendapatkan hotel bintang tiga yang ada di ring 1, pemesanan harus dilakukan 2-3 bulan sebelumnya karena hotel-hotel di ring 1, seperti daerah Ajyat dan Misfalah, sudah diblok oleh biro-biro travel umrah.
Jika hotel-hotel murah di area ring 1 sudah penuh, jamaah bisa mencari hotel murah di daerah yang agak jauh atau di ring 2. Opsi lain yaitu menginap di flat atau yang juga disebut dar, yakni semacam apartemen. Itu jauh lebih murah, tetapi cara memesannya harus datang langsung ke tempatnya, tidak bisa dipesan dari Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan perut dengan bujet yang minim, Eaz menjelaskan, sebagian besar orang tentu mengetahui porsi makan orang-orang Arab yang lebih besar dari porsi makan orang Indonesia. Maka sebetulnya dua orang Indonesia cukup membeli satu porsi makanan selama di Saudi. Ibaratnya satu piring disantap oleh dua orang.
Pengamat Haji dan Umrah Ade Marfuddin menjelaskan, umrah mandiri untuk dua hingga tiga tahun ke depan belum menjadi ancaman travel haji dan umrah. “Saat ini travel haji dan umrah masih memiliki segmen pasar yang berbeda dengan umrah mandiri, sehingga tidak terlalu mengancam bisnis mereka,” ujar dia kepada Republika, Rabu (6/9/2023).
Menurut pengamatan Ade, setidaknya masih ada 70 persen jamaah umrah yang akan memilih travel sebagai pendamping ibadah tersebut. Mereka yang memilih travel biasanya jamaah yang berusia 45 hingga 50 tahun ke atas atau generasi milenial yang baru pertama kali umrah. Sementara itu, umrah mandiri biasanya dimanfaatkan oleh generasi milenial yang lebih paham teknologi dan sudah sering bepergian ke luar negeri.
“Bagi jamaah umrah mandiri, literasi digital sangat penting karena membutuhkan kemandirian dari segala sisi, baik ibadah maupun layanan pribadi, seperti akomodasi, transportasi, dan konsumsi,”ujar dia.
Selain segmen pasar yang masih luas, regulasi di Indonesia tidak memungkinkan umrah mandiri berkembang. Sesuai aturan, perjalanan haji dan umrah harus mendapatkan jaminan keamanan, dalam hal ini travel berizin. Namun, pemerintah atau pihak mana pun tidak perlu menutup keran jalur umrah mandiri ini mengingat Arab Saudi sendiri telah mengakui kebijakan ini melalui aplikasi Nusuk.
Tidak perlu menakut-nakuti jamaah yang hendak umrah mandiri karena umrah mandiri sudah menjadi bagian dari tuntutan zaman
ADE MARFUDDIN Pengamat Haji dan Umrah
“Tidak perlu menakut-nakuti jamaah yang hendak umrah mandiri karena umrah mandiri sudah menjadi bagian dari tuntutan zaman. Yang lebih penting justru travel ini berinovasi agar jamaah tetap bisa memakai jasa travel,” ujar dia.
Kementerian Agama melalui Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Nur Arifin mengingatkan masyarakat bahwa umrah mandiri tidak memiliki jaminan kematian, kesehatan, dan hukum. Sehubungan dengan itu, Kemenag tetap merekomendasikan masyarakat untuk berumrah melalui penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) yang berizin.
Arifin menyampaikan, saat ini penyelenggaraan umrah masih mengacu pada Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2019. Pada pasal 122 dinyatakan bahwa seseorang atau kelompok orang yang menyelenggarakan umrah tapi tidak berizin maka diancam denda maksimal Rp 6 miliar atau penjara enam tahun. Artinya, umrah harus melalui PPIU atau travel umrah yang berizin.
“Umrah bukan sekadar memaksa ke sana (Makkah dan Madinah, Red). Aturan ini juga dalam rangka perlindungan terhadap warga negara,” kata Arifin saat diwawancarai Republika, Kamis (7/9/2023) malam.
Arifin mengatakan, di dalam negeri saja, piknik antarpulau jika tidak ada yang menjamin maka itu bisa dinilai berbahaya, apalagi di luar negeri yang memiliki bahasa berbeda. Saat umrah mandiri tentu tidak ada jaminan. Maka ketika jamaah meninggal atau sakit, siapa yang akan mengurus?
“Kemarin kami dengar informasi ada orang empat bulan dipenjara gara-gara namanya mirip dengan buronan, jadi jangan sampai kita menjadi orang-orang nekat yang tidak ada jaminan, jaminan kesehatan, jaminan keselamatan, dan jaminan hukum,” ujar Arifin.
Ia menyampaikan, saat musim haji ia menemukan banyak orang berwajah Indonesia, tapi Arab Saudi tidak mau mengurusnya kalau mereka tidak memiliki bukti surat-surat. Kalau orang tersebut punya visa haji, ia otomatis mendapatkan perlindungan, sehingga ketika sakit akan ditampung di rumah sakit di Arab Saudi.