SYEKH Mutawalli Sya’rawi pernah menyampaikan dalam satu taushiyahnya yang sangat menyentuh sekali. Terjemahan bebasnya kira-kira begini: “Mengapa manusia itu kok tega ya bermaksiat kepada Allah sementara Allah senantiasa memberikan nikmat kepadanya. Sungguh ini bukanlah cara membalas yang layak atas kebaikan Allah, sebuah pengingkaran akan kebaikan-kebaikan yang Allah anugerahkan, termasuk di dalamnya setiap nafas dari nafas-nafas yang dihiruphembuskan.”
Iya saudaraku dan sahabatku. Memang tak layak kebaikan dibalas dengan ketidaktaatan. Memang tak pantas pemberiannya diambil namun kemudian perintahnya dilanggar. Lantas, apa yang bisa kita lakukan dengan kelengahan dan kenakalan serta kemaksiatan yang selama kita lakukan?
Istighfar dan bertaubat, yakni berniat tak akan mengulangi lagi, adalah cara terbaik yang diajarkan Allah dalam al-Qur’an. Tak ada dosa yang tak diampuni jika seorang hamba benar-benar bertaubat dan menangis penuh penyesalan di hadapan Tuhannya.
Sahabat dan saudaraku, satu hal yang harus diyakini sekuat-kuatnya: “Maksiat tak pernah dinyatakan sebagai jalan menuju bahagia. Ketaatan tak pernah disebutkan sebagai jalan menuju derita.” Semua agama berkesimpulan sama, semua akal sehat setuju pada kesimpulan itu, karena agama tak akan pernah bertentangan dengan akal sehat.
Semoga semua kita dibimbingNya menuju ridlaNya, menggapai maghfirahNya, tunduk pada perintahNya dan menjauhi laranganNya. Salam, AIM.