Berhala Kedua di Muka Bumi: Kisah Kaum ‘Ad

Pada artikel sebelumnya (Berhala Pertama di Muka Bumi) telah dibahas mengenai asal usul berhala pertama di dunia yang menjadi sumber dosa yang paling besar, yaitu kesyirikan yang terjadi pada zaman Nabi Nuh ‘alaihis salam. Beberapa riwayat menerangkan bahwa jarak antara Nabi Adam ‘alaihis salam dan Nabi Nuh ‘alaihis salam adalah 10 generasi. Padahal umur manusia kala itu bisa mencapai ribuan tahun. Selama itu pula, tidak ada rasul yang diutus di muka bumi. Kemudian, Allah Ta’ala mengutus Nabi Nuh ‘alaihis salam sebagai rasul pertama ke muka bumi kepada kaum Bani Rasib karena semakin merebaknya penyembahan terhadap berhala yang dilakukan.

Dikisahkan dalam hadis Bukhari bahwa pada masa Nabi Nuh ‘alaihis salam, ada orang-orang saleh dari kaumnya. Ketika orang-orang saleh tersebut meninggal, maka setan membisikkan kepada kaumnya, “Buatlah patung-patung di bekas majelis-majelis pertemuan mereka (sebagai simbol dan untuk mengenang kesalehan mereka)! Kemudian namailah patung-patung tersebut dengan nama-nama mereka!” Maka, kaumnya melaksanakannya dan belum menyembah patung-patung tersebut. Ketika mereka meninggal, dan ilmu telah hilang, maka patung-patung tersebut disembah oleh generasi setelahnya.

Selama Nabi Nuh ‘alaihis salam hidup (menurut Ibnu Abbas, beliau berumur 1.050 tahun), beliau tinggal di tengah-tengah kaumnya untuk berdakwah dan mengajak kaumnya menyembah Allah selama 950 tahun. Karena hanya sedikit sekali yang beriman, maka Allah memberikan azab berupa thufan (banjir bandang).

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ (١٤)فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ (١٥

“Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Maka, dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim. Maka, Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang berada di kapal itu, dan menjadikan peristiwa itu sebagai pelajaran bagi semua manusia.” (QS. Al-Ankabut 14-15)

Di antara orang-orang mukmin yang selamat dan Nabi Nuh ‘alahis salam tersebut, hanya dari beliaulah yang Allah karuniakan keturunan. Ham, Sam, dan Yafits membawa keturunan manusia selanjutnya. Sam adalah kakek moyang bangsa Arab. Ham adalah moyang orang Habsy/Afrika (termasuk India). Dan Yafits adalah moyang Ya’juj-Ma’juj, Turki, Rusia, dan negara pecahan Uni Soviet sekarang, Perancis, Yunani, Amerika, Salves, Cina, Jepang, dan bangsa Melayu. Oleh karenanya, Nabi Nuh juga disebut Bapaknya atau nenek moyangnya seluruh umat manusia.

Allah Ta’ala berfirman,

(77) وَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ (76) وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ

“Kami telah menyelamatkan dia dan pengikutnya dari bencana yang besar. Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan”. (QS. Ash-Shaffat: 76-77)

Daftar Isi

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/84838-kisah-kaum-ad.html