SYEKH Ahnaf bin Qays yang sopan dan beradab serta lembut dan santun itu ditanya seseorang tentang rahasia sikap baiknya itu, dari siapakah beliau belajar. Pertanyaan tentang berguru kepada siapa ini menunjukkan bahwa guru memang betul-betul menjadi pilar kebangunan akhlak.
Sejak dulu hingga nanti, peran guru dalam membentukan sikap mental serta perilaku keseharian akan tetap vital. Salah sekali kalau guru hanya bertugas mentranser ilmu pengetahuan saja dengan membiarkan transfer ketaudalanan etika.
Apa jawaban Syekh Ahnaf bin Qays atas pertanyaan orang itu? Jawabannya: “Aku belajar dari diriku sendiri. Jika aku tak suka orang lain melakukan sesuatu kepadaku, maka selamanya saya tidak akan melakukan hal sama kepada orang lain.”
Luar biasa dalamnya jawaban ini. Inilah yang disebut belajar pada kehidupan. Ruang belajarnya bukan kelas saja melainkan juga alam sekitar secara keseluruhan. Gurunya bukan saja pak guru dan bu guru yang bergiri di depan kelas, melainkan pula semua makhluk yang ada di sekitarnya.
Seorang majikan begitu pongah karena kekayaan dan kekuasaannya. Pembantunya selalu saja dibentak dan dihinakan. Tiada hari tanpa amarah, tiada minggu tanpa kekerasan. Ini kisah nyata, bukan sinetron. Tak menunggu pergantian generasi, majikan itu jatuh bangkrut, terbelit banyak kasus dan sakit-sakitan. Saat ini, majikan itu hidup dari belas kasihan mantan pembantunya yang kini dikayakan dan disukseskan Allah.
Saudaraku dan sahabatku, hidup ini berputar. Perhatikan hukum alam. Jangan sombong dan jangan sakiti orang lain. Salam, AIM, Pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]