Alquran diturunkan ke langit dunia dan Lauhul Mahfuz di bulan Ramadhan.
Allah SWT berfirman, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS Al Baqarah ayat 185)
‘Aidh Abdullah Al-Qarni dalam bukunya, Tsalaatsuna Dirasan Li Ash-Shaaimiina (diterjemahkan Anding Mujahidin menjadi 30 Renungan Ramadhan), menjelaskan Alquran mencintai Ramadhan. Begitu pun Ramadhan, yang juga mencintai Alquran. Keduanya adalah sahabat yang saling mengasihi.
Alquran diturunkan ke langit dunia dan Lauhul Mahfuz di bulan Ramadhan. Bulan ini menjadi terhormat seiring dengan diturunkannya Alquran di bulan tersebut. Rasulullah SAW mengkaji Alquran bersama malaikat Jibril di bulan Ramadhan.
Karena itu, orang yang melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan dan membaca Alquran berarti ia telah membuat paduan antara Ramadhan dan Alquran. Alquran pun telah menyampaikan Ramadhan hidup bersama Alquran yang mulia itu.
Allah SWT berfirman, “Kitab (Alquran) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.” (QS Shad ayat 29)
Dalam surat lain, Allah SWT berfirman, “Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Alquran? Sekiranya (Alquran) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.”
Ulama-ulama terdahulu, bila telah memasuki bulan suci Ramadhan, mereka ibarat tenggelam dalam menikmati Alquran karena di bulan suci itu mereka semakin dekat dengan Alquran. Semua aktivitas selain yang berkaitan dengan Alquran, bahkan ditinggalkan.
Imam Malik tidak memiliki kesibukan apapun di bulan suci Ramadhan, kecuali dengan Alquran. Ia tinggalkan aktivitas mengajar, memberi fatwa, dan acara-acara pertemuan bersama orang-orang untuk sementara waktu. Mengapa demikian? Imam Malik berkata, “Ini adalah bulan Alquran.”