Cara Rasulullah Menghadapi Bullying

Cara Rasulullah Menghadapi Bullying

Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat luar biasa dalam menghadapi bullying. Beliau pernah dihina, dilempar batu, bahkan dilempar kotoran oleh orang-orang kafir. Namun, beliau tidak pernah membalasnya dengan kekerasan. Sebaliknya, beliau justru mendoakan mereka agr mendapat hidayah dari Allah SWT. Nah berikut adalah beberapa cara Rasulullah SAW dalam menghadapi bullying.

Melihat kian maraknya kasus bullying di Indonesia sering kali memunculkan sejumlah stigma dan pertanyaan. Bagaimana jika kita dihadapkan dengan perundungan, apa yang harus kita lakukan?

Sedari dulu kasus perundungan atau bullying sudah ada. Bahkan Rasulullah SAW sering dihadapkan posisi tersebut. Pernah sekali waktu saat Nabi Muhammad saw sholat di Masjidil Haram, seseorang bernama Uqbah bin Abi Muith menghampirinya. Tatkala Nabi sujud, Uqbah langsung meletakkan kotoran dan usus unta yang masih berlumuran darah di pundaknya.

Nabi Muhammad tetap sujud dengan tenang. Sebelum akhirnya Siti Fatimah, putri Rasul, mengambil kotoran tersebut dari punggung ayahnya. Selain Uqbah, perempuan bernama Arwa binti Harb juga sering menyakiti Nabi Muhammad. Dalam Ath-Thabari disebutkan, ketika malam hari, istri Abu Lahab ini selalu meletakkan duri di sepanjang jalan yang biasa Rasulullah lalui.

Tidak hanya mendapat siksaan, kaum kafir Mekkah juga berkali-kali mencoba membunuh Rasulullah. Mereka menduga bisa merendahkan dan menjatuhkan mental Nabi, kemudian membuatnya menyerah dan berhenti berdakwah.

Cara Rasulullah Hadapi Bullying

Meski kerap kali menerima bullying dan intimidasi, keimanan Rasulullah tak pernah goyah. Nabi memiliki cara jitu untuk menghadapi perlakuan orang-orang yang memusuhinya, beberapa di antaranya:

  1. Tidak membalas keburukan dengan keburukan

Ketika nabi Muhammad berdakwah di Thaif dan mengajak mereka masyarakatnya memeluk Islam. Celakanya, tak seorang pun di Thaif yang menerima ajakan Nabi Saw. Mereka justru dengan kejam mengusir Rasulullah Saw dari Negerinya. Sewaktu hendak keluar dari sana, Rasulullah saw dibuntuti orang-orang jahat dan budak-budak Thaif.

Mereka meneriaki dan mencaci-maki Nabi, bahkan juga melempari Rasul dengan batu. Lemparan mereka berhasil mengenai tumit Nabi Saw, hingga terompah yang dikenakannya berlumuran darah.

Setibanya di daerah Qarnul Manazil, Allah Swt mengutus Malaikat Jibril untuk menemui Nabi, ia pun mengabarkan Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung. Nabi Saw dapat memerintahkan apapun kepada mereka untuk membalas perlakuan orang Thaif.

“Wahai Muhammad, demikianlah aku diperintahkan, sekarang terserah apa maumu? Jika engkau menghendaki, akan ku balik dan ku timpakan dua gunung kepada mereka,” ucap malaikat penjaga gunung.

Rasul justru tidak meminta umat Thaif diberikan azab, Rasulullah Saw justru berkata “Aku berharap dari anak keturunan mereka akan muncul orang-orang yang hanya menyembah Allah Swt, yang tidak menyekutukan-Nya dengan apapun.”

  1. Perbanyak teman dan dukungan

Makin hari, pendukung Nabi Muhammad Saw kian banyak. Orang kafir Mekkah menjadi tambah segan kepada Nabi Muhammad dan umat Islam.

Terlebih ketika Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab dengan penuh keyakinan mengucap kalimat syahadat. Nyali para penentang Rasulullah Saw menjadi kian ciut.

  1. Hijrah berpindah ke tempat yang lebih baik

Tatkala kekejaman kaum kafir Mekah semakin menjadi-jadi, Allah Swt kemudian memerintahkan umat Muslim untuk hijrah ke Madinah.

Di sana, banyak masyarakat Madinah menyambut Nabi dengan tangan terbuka. Di kota yang dahulu bernama Yatsrib inilah umat Islam mulai membangun peradaban, hingga selanjutnya berhasil menaklukkan Kota Mekah.

  1. Membela diri

Orang-orang kafir belum juga puas menghalangi dakwah Nabi. Allah Swt kemudian mengizinkan umat Muslim berperang. Syekh Ramadhan Al-Buthi menyatakan, peperangan yang terjadi sebelum perang Khaibar dilandasi sebab yang defensif, yakni untuk mempertahankan keberadaannya dari serangan musuh-musuh.

Dengan membela diri, para musuh Islam menjadi sadar bahwa pengikut Nabi bukanlah kaum yang lemah. Meskipun demikian, orang-orang yang tidak pernah memerangi Muslim tetap harus dilindungi dan tidak boleh diperangi.

Demikian cara yang diambil Rasulullah SAW dalam menghadapi bullying maupun penganiayaan. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH