12 Rabiul Awal adalah tanggal kelahiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maulid Nabi. Menyambut momentum istimewa ini, berikut ceramah maulid Nabi dengan tema Cinta Rasulullah kepada Umatnya.
Rabiul Awal, Bulan Maulid Nabi
Rabiul Awal adalah bulan maulid Nabi. Bulan lahirnya Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menurut jumhur ulama. Tepatnya pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah sebagaimana Ibnu Katsir rahimahullah sebutkan dalam Sirah Nabawiyah.
Ada beberapa riwayat yang mengisahkan terjadinya sejumlah keajaiban ketika Nabi Muhammad dilahirkan. Pertama, jatuhnya empat belas balkon dari istana Kisra. Kedua, padamnya api yang disembah oleh orang Majusi. Ketiga, hancurnya gereja-gereja di sekitar Danau Sawah setelah sebelumnya danau itu surut.
Namun, menurut Syaikh Mahmud Al Mishri dalam Sirah Rasulullah, tiga peristiwa itu tidak berdasar dan tidak ada riwayat shahih yang membenarkannya.
Keajaiban saat kelahiran Nabi Muhammad yang bersumber dari hadits shahih, kata Syaikh Mahmud Al Mishri adalah ibunda Nabi melihat cahaya keluar darinya dan menyinari istana-istana Romawi di negeri Syam saat Rasulullah dilahirkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Aku adalah doa ayahku Nabi Ibrahim, kabar gembira Nabi Isa dan ibuku melihat cahaya keluar darinya menerangi istana-istana di Syam.” (HR. Ahmad dan Hakim)
رَأَتْ أُمِّي حِينَ وَضَعَتْنِي سَطَعَ مِنْهَا نُورٌ فَضَاءَتْ لَهُ قُصُورُ بُصْرَى
“Ibuku melihat cahaya terang yang dapat menerangi istana-istana di Basrah (Syam) ketika melahirkanku.” (HR. Ibnu Sa‘ad)
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan terkait hadits ini, “Keluarnya cahaya saat lahirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebuah indikasi atas apa yang akan datang bersamanya. Yakni cahaya yang dijadikan petunjuk oleh penduduk bumi dan hilangnya syirik dari muka bumi.”
Dan sungguh benar. Hanya dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari setelah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus menjadi Rasul, cahaya tauhid tersebar ke seluruh jazirah Arab. Dan hari ini, kita mendapati lebih dari 1,8 miliar penduduk dunia adalah muslim.
Maulid Nabi adalah Rahmat
Kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah rahmat agung bagi manusia, bahkan bagi alam semesta. Sebab beliau adalah rahmatan lil ‘alamin.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al Anbiya: 107)
Sejak bayi, rahmat Rasulullah sudah dirasakan oleh keluarga Halimah di Bani Sa’ad. Ketika itu, sebagaimana tradisi Makkah, Rasulullah yang masih bayi dititipkan ke Bani Sa’ad untuk mendapatkan ASI yang bagus, udara segar dan belajar bahasa Arab yang fasih (fusha).
Halimah tidak merasa berat menggendong bayi Rasulullah. Seketika itu pula, ASI-nya yang semula tidak lancar menjadi lancar. Keledai yang dinaikinya berubah menjadi perkasa. Unta tua pengangkut barang yang dibawanya juga menjadi kuat dan mengeluarkan susu hingga dia dan suami kenyang meminumnya.
Tiba di Bani Sa’ad, tanah keluarga Halimah menjadi subur. Domba-dombanya pulang dengan kenyang dan air susunya penuh. Sampai-sampai warga Bani Sa’ad mengatakan, “Tirulah Halimah dengan melepaskan domba agar mencari rumput sendiri.” Namun domba mereka pulang dalam kondisi lapar, tidak seperti domba Halimah.
Dua tahun menyusui Muhammad, keluarga Halimah dipenuhi keberkahan. Saat waktunya mengembalikan ke pangkuan ibu, Halimah minta diperpanjang.
Kelahiran Rasulullah juga rahmat bagi semesta. Allah tidak akan menurunkan azab yang menghancurkan seluruh umat manusia, selagi Nabi Muhammad ada di tengah-tengah mereka. Meskipun saat itu kejahiliyahan kafir Quraisy sudah sangat keterlaluan.
Apalagi ketika beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Rahmat bagi semesta alam sangat terasa. Bukan hanya untuk sahabat nabi dan umatnya. Dengan ajaran Islam yang dibawanya. Manusia yang beriman selamat dari neraka. Manusia yang semula jahiliyah kemudian berubah menjadi peradaban mulia. Bahkan yang tidak beriman pun, azabnya tidak disegerakan di dunia.
Cinta Rasulullah kepada Umatnya
Maulid Nabi adalah rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebelum diangkat menjadi Rasul, beliau sudah memikirkan tentang umat manusia. Mengapa mereka tersesat, mengapa mereka saling menindas. Dan mengapa tatanan kehidupan masyarakat demikian jahiliyah dan tersesat.
Setelah diangkat menjadi Rasul, beliau senantiasa berjuang untuk menyelamatkan umatnya dari kejahiliyahan dan kesesatan yang bisa menjebloskan mereka masuk neraka. Allah menggambarkan kecintaan dan kasih Rasulullah kepada umat dalam firman-Nya:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At Taubah: 128)
Begitu berat terasa oleh beliau penderitaan umat sehingga beliau bersedia menebus dan meringankan penderitaan itu. Misalnya sakaratul maut yang demikian berat. Saat menjelang wafat, putri beliau Fatimah radhiyallahu ‘anha bertanya, “apakah sakaratul maut sakit ya Rasulullah.” Rasulullah justru meminta kepada Allah agar sakitnya sakaratul maut umat ditanggung beliau.
Andaikan beliau tidak menanggung sebagian sakaratul maut umatnya, tentu sakaratul maut yang dirasakan umat ini sangat berat. Berlipat-lipat dari sakitnya sakaratul maut sekarang. Namun, demi meringankan penderitaan umatnya, Rasulullah menanggung itu semua.
Beliau sangat menginginkan keimanan dan keselamatan umat. Maka beliau siang malam berdakwah. Siang malam berdoa. Bahkan, ketika disakiti oleh kaumnya, hal itu tidak menghentikan dakwah beliau.
Peristiwa yang paling menyakitkan beliau terjadi di Thaif. Saat itu, dalam kondisi sedih karena ditinggal wafat istri tercinta Khadijah radhiyallahu ‘anha dan Abu Thalib paman sang pembela serta permusuhan sengit kafir Quraisy sepeninggal keduanya, Rasulullah berdakwah ke Thaif.
Bukannya diterima dengan baik, penduduk Thaif malah mengusir beliau dan melemparinya dengan batu. Dalam kondisi demikian, malaikat Jibril dan malaikat penjaga gunung datang.
“Wahai Rasulullah, Allah telah mengetahui perlakuan penduduk Thaif kepadamu. Jika engkau mau, aku timpakan dua gunung ini kepada mereka,” kata malaikat penjaga gunung.
Apa jawaban Rasulullah? “Tidak. Justru aku berharap keturunan mereka akan menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya.”
Masya Allah… inilah akhlak agung Rasulullah yang senantiasa mengharap keselamatan untuk umatnya. Beliau tidak mau umatnya diazab. Beliau maunya umat mendapat hidayah dan masuk surga bersama-sama.
Rasulullah sangat penyayang kepada orang-orang mukmin. Karenanya beliau menyimpan doa pamungkas sebagai syafaat di akhirat kelak. Ketika orang-orang kepanasan, kehausan dan ketakutan di padang mahsyar, Rasulullah akan memanggil umatnya untuk diberi minum di telaga kautsar beliau. Orang yang telah minum dari telaga itu takkan kehausan lagi selama-lamanya.
Dan di saat semua manusia bingung berharap pertolongan, mereka mendatangi sejumlah Nabi mulai Adam, Musa, hingga Isa, semuanya tak ada yang bisa memberikan syafaat. Akhirnya mereka semua datang kepada Nabi Muhammad dan beliau pun memberikan syafaat kepada umatnya.
Cinta Kita kepada Rasulullah
Jika demikian besar cinta Rasulullah kepada kita, bagaimana cinta kita kepada beliau? Pada momentum peringatan maulid Nabi ini, marilah kita merenung dan bermuhasabah.
Sudahkah kita memperbanyak membaca sholawat nabi kepada beliau? Sebab di antara tanda cinta adalah banyak menyebut nama kekasihnya. Dan sebaik-baik menyebut nama Rasulullah adalah dengan bershalawat kepada beliau. Satu shalawat akan diganjar dengan sepuluh kebaikan, dihapuskan sepuluh dosa dan diangkat sepuluh derajat. Siapa yang paling banyak shalawatnya, dialah yang paling berhak mendapat syafaat Rasulullah di akhirat kelak.
أَوْلَى النَّاسِ بِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً
“Orang yang paling berhak mendapatkan syafa’atku di hari kiamat adalah orang yang paling banyak bersholawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi)
Selanjutnya, sudahkah kita berusaha untuk meneladani beliau? Sebab bukti cinta paling konkrit kepada Rasulullah adalah dengan meneladani beliau.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21)
Meneladani beliau, artinya juga otomatis kita mengamalkan sunnah-sunnah beliau. Apa yang Rasulullah perintahkan, kita laksanakan. Apa yang Rasulullah larang, kita tinggalkan.
Bukti cinta itu juga membela kekasihnya. Maka ketika kita mengaku cinta Rasulullah, kita pun membela beliau. Ketika ada yang berusaha menghina beliau, kita melawan sebagai bentuk pembelaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Termasuk akhir-akhir ini, ketika Presiden Prancis menghina beliau dengan mendukung penerbitan kartun Nabi Muhammad. Sebagai muslim yang mencintai Rasulullah, buktinya adalah membela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]