Cinta Itu Tulus, Bukan Berlebihan, Inilah Bahaya Fanatik Buta

Cinta Itu Tulus, Bukan Berlebihan, Inilah Bahaya Fanatik Buta

Mencintai seseorang atau sesuatu merupakan anugerah. Namun, ia akan menjadi musibah ketika mencintai secara berlebihan. Apapun jika dilakukan berlebihan akan membawa musibah, termasuk dalam urusan beragama. Karena itulah, dalam beragama pun Rasulullah melarang berlebihan (ghuluw).

Mencintai itu sejatinya harus tulus, bukan berlebihan. Jika sudah berlebihan akan membawa dampak buruk. Orang yang mencintai sesuatu jika yang dicintai terasa dikalahkan orang lain akan terbawa emosi. Mencintai secara berlebihan akan membawa pada sikap fanatik buta.

Karena itulah Rasulullah melarang umatnya untuk mencintai secara berlebihan. Dari Abu Hurairah secara marfu’: “Cintailah orang yang kau cinta dengan sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah kepada orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia yang kau benci menjadi orang yang kau cinta” (HR Tirmidzi).

Begitu pula ketika mencintai seseorang atau hal lain semisal klub sepak bola yang disukai jangan berlebihan dan fanatik. Jika sudah cinta berlebihan dan fanatik akan membela membabi buta benar atau pun salah.

Dalam ajaran Islam sikap fanatik tidak diperbolehkan untuk diterapkan kepada diri sendiri ataupun diajarkan kepada orang lain. Karena sikap fanatik dapat merugikan dan membahayakan diri sendiri ataupun orang lain di sekitar kita. Allah SWT sangat membenci jika setiap umat manusia menerapkan sikap yang ingin benar sendiri, karena sejatinya kebenaran hanya milik Allah SWT.

Apakah seseorang yang memiliki sikap fanatik dapat membahayakan diri sendiri ataupun orang lain? Bagaimanana dampak yang akan terjadi jika seseorang memiliki sikap fanatik? Apakah Allah tidak menyukai orang yang memiliki sikap fanatik terhadap suatu hal apapun itu?

Seseorang yang memiliki sikap fanatik akan merasa pendapatnya selalu benar serta tidak mau disalahkan dan biasanya orang yang memiliki sikap tersebut selalu menyalahkan orang lain sampai memakinya bahkan bisa meimbulkan juga keributan yang cukup besar. Sebab, perbedaan pendapat itu suatu hal yang wajar tetapi tidak harus bertentangan.

Bahkan dalam beragama pun sikap fanatik akan menimbulkan sikap menyalahkan dan mencela sesembahan umat lain. Allah SWT sudah melarang, “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.”

Bahaya buruk yang akan terjadi jika umat manusia menerapkan sikap fanatik terhadap diri sendiri. Pertama, akan memiliki pola pikir konservatif. Artinya orang yang memiliki pola pikir seperti ini tidak akan bisa menerima perbedaan yang sebenarnya sudah ditakdirkan. Yang ada dalam pikirannya hanya sesuai pikiran, pandangan dan kelompoknya. Pola pikir ini tentu sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang mengedapankan saling berinteraksi dalam perbedaan agar tercapai litaarafu (saling mengenal).

Kedua, akan dijauhi banyak orang. Artinya, jika setiap orang menerapkan sikap fanatik terhadap apapun itu, orang-orang di sekitarnya akan menjauhi. Sikap fanatis akan membuat dirinya merasa benar sendiri dan tidak bisa menghargai perbedaan orang lain dan bersikap ekslusif dan menutup diri.

Ketiga, hidupnya pasti akan memiliki sifat kaku. Saat seseorang tercemari fanatisme ia cenderung tidak bisa menikmati hidupnya. Hidup yang seharusnya ia jalani tanpa beban justru malah tidak ia manfaatkan dengan baik dan malah melakukan hal-hal yang percuma. Misalnya setiap ada keributan yang berkaitan dengan idolanya, pasti akan ikut-ikutan untuk membelanya.

Keempat, mudah terpancing emosi. Setiap orang pasti memiliki emosi, tetapi tidak semuanya bisa mengendalikan dan mengontrolnya dengan baik. Orang yang fanatic akan mudah marah dan bahkan mencaci maki jika melihat yang dicintai dan diidolakan tidak sesuai harapannya.

Yang terakhir, tidak bisa membedakan yang baik dan yang buruk. Setiap orang diberikan akal oleh Allah SWT digunakan untuk memilih mana yang baik dan buruk. Orang fanatik tidak bisa menggunakan akal sehat karena ia hanya bersandar kebenaran kepada orang yang dicintai dan diidolakan. Karena itulah, idola seperti berhala (idol) yang membutakan akal sehat manusia.

Karena itulah, seseorang dilarang mencintai sesuatu secara berlebihan termasuk mengidolakan seseorang atau apapun secara berlebihan. Fanatisme bisa memberikan dampak buruk bagi dirinya dan lingkungannya. Mulai sekarang marilah kita selalu berfikir secara  positif dan akal sehat yang sudah dikaruniani oleh Allah SWT dengan sebaik-baiknya. Jangan rusak akal sehat karena fanatisme buta.

ISLAM KAFFAH