Oleh: Andi Rahman
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketika intimidasi, ancaman, dan gangguan dari kaum kafir Quraisy meningkat, Rasulullah menyarankan kaum Muslimin berhijrah ke Habsyah yang saat itu dipimpin oleh al-Najasyi, seorang raja yang baik dan tidak menzalimi rakyatnya.
Dua kali kaum Muslimin berhijrah ke Habsyah. Rasulullah SAW masih berada di Makkah dan melanjutkan dakwahnya. Belakangan, Beliau SAW juga melakukan hijrah ke Kota Yatsrib yang kemudian diubah namanya menjadi Madinah.
Makkah merupakan kota metropolis yang kering (QS Ibrahim [14]: 37), sementara Madinah relatif lebih sejuk dan banyak penduduknya yang berprofesi sebagai petani. Selama berdakwah di Makkah, Rasulullah menerima banyak gangguan bahkan upaya pembunuhan dari kaum kafir Quraisy.
Namun, saat menuju Madinah, beliau bersedih dan menyatakan bahwa Makkah adalah kota yang sangat dicintainya. Secara kodrati, setiap orang akan mencintai tanah airnya, tempat ia dilahirkan dan hidup. Sungguh aneh jika ada orang yang membenci tanah airnya sendiri.
“Hubbul wathan minal iman”, artinya cinta negara merupakan bagian dari keimanan. Ungkapan ini bukan berasal dari hadis atau dalam bahasa lain kita sebut sebagai hadis palsu. Namun, makna dari ungkapan ini benar, yang mana kita memang harus mencintai negara dan tanah air kita sendiri.
Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Dalam surah al-Dzariyat [51] ayat 56, Allah SWT berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
Semua manusia juga pasti ingin hidupnya bahagia. Ibadah tidak bisa dilakukan dengan baik dan kebahagiaan hidup tidak bisa diperoleh kecuali apabila negara kita aman, tenteram, dan sejahtera. Untuk itu, kita perlu menjaga negara yang kita tinggali dari segala gangguan dan ancaman, baik dari luar maupun dari dalam negeri.
Rasulullah menegaskan bahwa Allah memberikan pahala syahid bagi siapa pun yang meninggal dunia akibat menjaga dirinya, hartanya, dan kehormatannya. Menjaga keselamatan dan kehormatan bangsa merupakan bagian dari menjaga keselamatan diri manusia.
Upaya merongrong kedaulatan negara, aktivitas yang memunculkan kegaduhan di tengah masyarakat, dan kriminalitas sama sekali bukan bentuk cinta negara dan pelakunya tidak layak diberi label “orang yang beriman.”
Dalam banyak ayat Alquran dan hadis disebutkan ciri-ciri orang yang beriman, di antaranya adalah tidak mengganggu orang lain, tidak melakukan perusakan di muka bumi, berbuat baik kepada orang lain, dan menyebarkan keselamatan.
Dirgahayu Indonesia. Kami sungguh mencintaimu. Semoga Indonesia menjadi negeri yang baik dan mendapat ridha dari Allah (baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur).
sumber: Republika Online