DI ANTARA para pengeluh itu ada banyak yang sesungguhnya tak punya alasan kuat untuk mengeluh. Mereka hanya terjebak pada tuntutan keinginan diri yang terlalu tinggi tanpa adanya kemampuan menata hati untuk mensyukuri apa yang telah diterima.
Di antara para pengeluh itu ada banyak yang melupakan indahnya mata hari terbit dan cantiknya matahari terbenam. Mereka terlalu sibuk mengejar angin dan mengukur jalan demi menjadi yang terkaya dan tersukses. Untuk melihat sunrise dan sunset, mereka harus mengeluarkan biaya bayak ke tempat wisata tertentu. Padahal, setiap hari, matahari bisa dinikmati dari pojok pagar rumah.
Di antara para pengeluh itu ada banyak yang tak lagi bisa menikmati wajah rembulan di bulan purnama. Mereka terlalu sibuk menerobos malam demi mengejar sesuap nasi, ujarnya. Mereka tak lagi mampu membaca pesan bulan sabit yang terus berubah ukuran setiap malam yang mengajarkan manusia bahwa hidup ini berjalan melewati masa. Setiap waktu ada yang berubah, berkembang dan mengurang.
Di antara para pengeluh itu, ada yang memang berprofesi sebagai pengeluh, kemana-mana menjual keluhan demi mendapatkan belas kasihan. Ada pula di antara mereka yang mengeluh karena tak memahami rumus dan kaidah kehidupan. Untuk yang terakhir inilah kami hadir untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar kita bisa berbahagia bersama dalam kehidupan yang sementara ini. Salam, AIM, Pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]